MEMELIHARA KEINGINAN

0
74

Erina-2BEmiliana-2BIsmail

JIC – Ada hadis yang perlu kita renungkan!

Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa yang ingin berbuat baik, tapi dia tidak jadi melakukannya, Allah memberinya pahala kebaikan dengan sempurna, dan jika dia ingin berbuat baik dan melakukannya, Allah memberinya pahala kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, dan sampai berlipat-lipat. Dan barangsiapa yang ingin berbuat jahat tetapi dia tidak jadi melakukannya, Allah memberinya pahala dengan sempurna. Lalu jika dia ingin berbuat jahat dan melakukannya, Allah memberi satu dosa kejahatan saja.” (HR Bukhari).

Apa yang bisa kita petik dari hadis ini? Kekuatan motivasi. Keinginan untuk berbuat baik, meski baru sebatas keinginan, merupakan harta berharga yang luar biasa. Di hadapan Allah akan dicatat sebagai kebaikan, sementara bagi dirinya keinginan untuk berbuat memberi kekuatan jiwa sehingga langkahnya terjaga dan pikirannya terarah.

Semakin besar keinginannya untuk berbuat baik, semakin besar catatan kebaikan yang bisa ia petik di akhirat, semakin besar pula buahnya bagi kebugaran jiwa. Ia senantiasa menemukan harapan ketika yang lain sudah berada di ambang keputusasaan.

Maka, tugas kitalah untuk memelihara keinginan. Kita berusaha untuk terus menerus membangkitkan hasrat berbuat baik, dan bersungguh-sungguh mendorong diri sendiri untuk mewujudkannya.

Dan Allah telah menyiapkan pahala berlimpah di sisi-Nya sesuai dengan tingkat keikhlasan, kadar kesungguhan kita untuk mewujudkannya, keteguhan dalam melaksanakan, berat ringannya tantangan, dan Allah Maha Tahu apa saja yang mengantarkan kita pada kebaikan tertinggi. Maha Mulia Allah Yang Memberi tanpa berhitung. Mengapa keinginan kuat sudah dihitung sebagai kebaikan, meski belum diwujudkan? Wallahu alam bish-shawab.

Sesungguhnya, ada kekuatan besar yang bisa mengubah manusia. Bukan kekayaan. Tetapi jiwa yang hidup, hati yang bercahaya dan pikiran yang terarah pada kebaikan. Inilah yang memberi daya hidup sehingga kehidupan kita terasa bermakna.

Sepanjang sejarah, kita belajar bahwa cita-cita besarlah yang menggerakkan jiwa manusia. Peradaban-peradaban besar lahir karena adanya keinginan yang kuat di atas pijakan keyakinan yang kokoh kepada nilai-nilai luhur yang tak terbantah. Orang-orang besar itu sebagian tidak meninggalkan karya nyata saat jasadnya dikuburkan. Tetapi mereka mewariskan keinginan besar yang tumbuh dari kuatnya keimanan. Keinginan besar itulah yang menginspirasi dan menggerakkan puluhan, ratusan, ribuan dan bahkan jutaan manusia hingga berpuluh tahun sesudah ia tiada.

Siapakah Syaikh Ahmad Yassin? Seorang kakek tua yang lumpuh. Jasadnya bahkan sudah dikubur dalam keadaan hancur karena dibunuh oleh Israel dengan dua buah roket. Tetapi keteguhan sikapnya, kebulatan tekadnya, ketegaran jiwanya dan kekuatan iman dan cita-cita telah menggerakkan ribuan pemuda pada gelora perjuangan yang menyala-nyala. Mereka tak punya senjata. Tetapi batu-batu kecil yang dilempar dengan keyakinan kuat, telah cukup untuk menggentarkan dan membuat tentara teroris Israel lari terbirit-birit.

Ada nama lain yang bisa disebut untuk menunjukkan betapa keinginan yang kuat kerapkali melahirkan kekuatan yang dahsyat bagi diri manusia dan peradaban dunia. Kita tidak memperbincangkan nama-nama itu hari ini, karena waktu amat sedikit sementara banyak yang harus kita kerjakan.

Satu yang penting untuk kita ingat –keinginan untuk berbuat baik harus kita pelihara. Kita harus menghidupkan tekad untuk memancang cita-cita besar yang memberi kebaikan bagi agama ini. Keinginan besar itu kita pupuk. Sebagiannya kita pendam agar tak pupus sebelum menguat, sebagian kita tebarkan agar ada yang terbakar motivasinya untuk melakukan hal yang sama. Hadis ini juga memberi pelajaran kepada kita agar membangun kekuatan motivasi pada anak-anak kita, lebih dari sekedar mencerdaskan otaknya.

Sumber : Pusat Data Republika

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here