PALESTINA AMAN UNTUK TUJUAN WISATA RELIGI

0
142

1276437367_masjid-al-aqsa-3

JIC – Project Manager Holy Land Trust Elias D Deis mengatakan Palestina dapat menjadi destinasi wisata religi baik umat muslim maupun kristen.

Selain berkunjung ke Masjidil Aqsa sebagai tempat suci tiga agama, mereka juga dapat mengatur acara pertemuan dengan pemuka agama dan kelompok agama disana serta menginap di rumah penduduk untuk berinteraksi langsung.

“Saya agak heran dengan adanya wisata halal di Indonesia, karena di kami semuanya halal, jadi kami bisa katakan semua keluarga muslim memakan makanan halal, dapat beribadah dan mengunjungi masjid saat shubuh,” jelas dia usai Seminar Pariwisata Halal, Rabu (13/4).

Pihaknya memiliki paket wisata religi selama empat hari. Setelah umrah ke Arab Saudi mereka dapat berkunjung ke Yerusalem selama dua hingga tiga hari lalu pulang ke Indonesia.

Wisata religi ke Palestina sangat diminati terbukti dengan jumlah pengunjung hingga 50 ribu orang. Namun angka ini sempat menurun dari sebelumnya sebanyak 60 ribu karena pemberitaan media yang jauh dari kenyataan.

Banyak turis yang takut datang ke Palestina karena pemberitaan, padahal kenyataannya sangat berbeda. Pihaknya tidak akan membawa turis ke tempat-tempat berbahaya.

Dia menargetkan tahun ini kunjungan wisatawan dapat mencapai 100 ribu orang. Indonesia merupakan target pasar yang besar untuk berwisata ke Palestina.

Setiap tahun 2,5 juta turis datang dari berbagai negara. Dia menilai angka tersebut memuaskan karena adanya keterbatasan dari Israel dan tanpa bandara.

Seluruh akses semuanya dibawah pengawasan Israel termasuk transportasi darat, laut dan udara. Ijin visa pun harus melalui bandara Israel.

Namun demikian, Esia menjamin situasi di Palestina dalam keadaan aman dan berharap semakin banyak turis yang datang. “Kami berahrap turis dari Rumania, Albania, Polandia dan beberapa negara lain datang berwisata,” jelas dia.

Direktur Kerja Sama Teknik Kementrian Luar Negeri, Siti Nugraha Mauludiah mengatakan dukungan kepada Palestina telah diberikan melalui pengembangan kapasitas. Pariwisata merupakan salah satu bidang yang dapat dikembangkan dalam program tersebut.

Namun pelatihan pengembangan itu saat ini terbatas terutama terkendala visa. Menurut dia kendala visa wisata relatif tak ada masalah. Berbeda dengan visa diplomatik yang sulit didapatkan. Mereka menganggarkan 1,5 juta dolar AS untuk program Pengembangan Kapasitas selama dua tahun kedepan.

“Kita bantu Palestina berdasarkan permintaan, kami akan memberikan bantuan yang dibutuhkan mereka sesuai dengan kapasitas,” jelas dia usai seminar pariwisata Palestina di Hotel Pullman, Rabu (13/4).

“Saya sempat mendengar adanya masalah visa ke Palestina tetapi itu sepertinya hanya faktor pertemanan kita dengan Palestina saja,” jelas dia menerangkan.

Menurut dia saat ini tidak ada masalah terkait kunjungan wisata bagi warga Indonesia melalui jalur mana saja. Hanya saja memang yang bermasalah itu jika warga Indonesia masuk ke wilayah Israel karena Indonesia tidak mengakui Israel.

Sumber ; REPUBLIKA.CO.ID

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here