PEMIMPIN TERTINGGI SPIRITUAL IRAN: HARAM CACI MAKI AISYAH RA

0
68
In this picture released by an official website of the office of the Iranian supreme leader, Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei attends a meeting with families and survivors of the last year's stampede in Hajj pilgrimage in Mina in saudi Arabia, in Tehran, Iran, Wednesday, Sept. 7, 2016. Khamenei reiterated his demand that Saudi Arabia's ruling Al Saud family properly investigate the disaster, IRNA reported. "If they are claiming that they are not guilty in the incident, they should let an Islamic-international fact-finding delegation review and probe the case closely," Khamenei said, adding that Saudi Arabia "should not shut people's mouth with money." (Iranian Supreme Leader Office via AP)

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan larangan mencaci maki Aisyah RA.                                                                                                                                                          Foto: AP

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei haramkan hina Asiyah dan sahabat.

,  IRAN— Pemimpinan Revolusi Islam Iran, Ayatollah Khamenei pernah mengeluarkan larangan penghinaan terhadap Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW, maupun tokoh atau simbol Islam manapun, yang dimuliakan Sunni.

“Menghina tokoh dan simbol, termasuk istri Rasulullah, Aisyah, yang dihormati oleh penganut Sunni, dilarang. (Larangan) Ini berlaku juga untuk para istri dari semua nabi, terutama penguasa semua nabi, Nabi Muhammad SAW,” ujar Ayatulloh Khamenei yang dikutip di Khamenei, Ahad (7/6).

Pernyataan larangan ini dikeluarkan sebagai respons dari aksi penghinaan seorang pendeta Syiah terhadap istri terakhir Rasullah, Aisyah, dengan menggunakan kata-kata ofensif. Pendeta tersebut diketahui sempat melarikan diri ke Inggris sebagai pengungsi dan meluncurkan sebuah acara televisi dengan bantuan Pemerintah Inggris.

Dalam salurannya tersebut, dia mengeluarkan perkataan yang menghina Aisyah binti Abu Bakar. Pendeta tersebut disebut salah mendeskripsikan dirinya sebagai seorang Syiah. Meski begitu, larangan penghinaan yang dikeluarkan Khamenei bukan hanya didasari hal ini.

Dalam pertemuan antara ulama Syiah dan Sunni di Kermanshah pada 12 Oktober 2011 lalu, Ayatollah Khamenei mengungkapkan banyaknya pihak yang akan menyerang umat Muslim dengan berbagai cara, bahkan dengan siasat yang telah dimodernisasikan.

“Iblis yang menyerang kita tidak akan selalu menyerang dengan strategi yang sama. Para musuh modern yang menyerang Anda melalui internet, saluran satelit, dan alat komunikasi yang sangat canggih memiliki hal-hal modern untuk diartikulasikan,” ujar Khamenei.

“Mereka menciptakan kesalahan. Mereka menciptakan masalah ideologis. Mereka menimbulkan kebingungan intelektual. Mereka mempromosikan keputusasaan. Mereka menimbulkan perselisihan,” sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Khemenei mengaku telah menerima laporan bahwa banyak dana yang telah dihabiskan demi membuat proyek-proyek penyulut perselisihan. Dia juga menyebutkan beberapa siasat para kelompok pemecah demi menghancurkan kesatuan Islam.

“Di satu sisi, mereka menghabiskan banyak uang untuk mendirikan kelompok anti-Syiah di kalangan Muslim Sunni di negara-negara Islam tertentu. Di sisi lain, mereka membayar tertentu yang disebut pengkhotbah Syiah untuk menghina dan menuduh tuduhan terhadap Ummul Mukminin, Aisyah, atas nama Islam Syiah: ini adalah metode mereka,” jelasnya.

“Sebagai Muslim Syiah atau Sunni, apa yang Anda lakukan ketika Anda dihadapkan dengan metode-metode ini? Pada akhirnya, kita tidak boleh tertipu oleh apa yang mereka lakukan: perselisihan di antara kita adalah berkat terbesar bagi mereka,” tegas Khamenei.

Dalam sebuah pertemuan dengan agen-agen Konferensi Sadaf Kowsar, Ayatollah Khamenei juga menegaskan bahwa seluruh istri Nabi memiliki derajat yang mulia dan patut dihormati. “Siapa pun yang menghina salah satu dari mereka telah menghina Nabi. Saya dengan tegas menyatakan ofensif ini,” kata dia.

Dia juga menceritakan bagaimana Khalifah Ali bin Abi Thalib memperlakukan dan menghormati Aisyah AS. Menurutnya, seluruh istri Nabi tidak berhak mendapatkan tindakan atau perkataan yang menodai kemuliaan mereka.

“Dia (Ali bin Abi Thalib) memperlakukan seorang Aisyah dengan sangat hormat karena dia adalah istri Nabi. Karenanya, rasa tidak hormat seperti itu tidak boleh terjadi,” tutupnya.

 

Sumber : Republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here