WASIAT ULAMA

0
87

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari sahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah ra. bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW menasihatkan kepada kami dengan satu nasihat yang menggetarkan hati-hati kami dan air mata pun berlinang karenanya. Maka ketika itu kami mengatakan,’ Wahai Rasulullah, nasihat ini seperti nasihat orang yang mau mengucapkan selamat tinggal, karena itu berilah wasiat kepada kami.’ Beliau pun bersabda, ’Aku wasiatkan kepada kalian bertakwa kepada Allah, untuk mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian itu seorang budak. Dan barangsiapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku, niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Karena itu wajib atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnahnya Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang erat-erat sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hati kalian dari perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru (bid‘ah) itu sesat.’

Imam Abu Dawud meriwayatkan dari sahabat Al ‘Irbadh bin Sariyah ra. bahwa ia berkata, “Rasulullah SAW menasihatkan kepada kami dengan satu nasihat yang menggetarkan hati-hati kami dan air mata pun berlinang karenanya. Maka ketika itu kami mengatakan,’ Wahai Rasulullah, nasihat ini seperti nasihat orang yang mau mengucapkan selamat tinggal, karena itu berilah wasiat kepada kami.’ Beliau pun bersabda, ’Aku wasiatkan kepada kalian bertakwa kepada Allah, untuk mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian itu seorang budak. Dan barangsiapa di antara kalian yang masih hidup sepeninggalku, niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak. Karena itu wajib atas kalian untuk berpegang dengan sunnahku dan sunnahnya Al Khulafa’ Ar Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Pegang erat-erat sunnah itu dengan gigi geraham kalian. Dan hati-hati kalian dari perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru (bid‘ah) itu sesat.’

Sepeninggalan Rasulullah SAW, nasihat ini menjadi wasiat yang diteruskan oleh ulama untuk disampaikan kepada umat dari generasi ke generasi sampai kemudian di zaman ini. Zaman dimana kita melihat banyaknya perselisihan yang timbul akibat perkara-perkara baru paham-paham baru (bid`ah), seperti liberalisme, pluralisme dan sebagainya yang menyesatkan umat.

Tentu ulama di zaman ini, khususnya di Indonesia, tidak tinggal diam menghadapi persoalan-persoalan tersebut yang telah diramalkan oleh Rasulullah SAW beserta solusinya sejak ribuan tahun lalu. Berbagai upaya dilakukan untuk tetap menjaga umat agar tetap berpegang kepada sunnah Rasulullah SAW dan sunnah Al-Khulafa` Ar-Rasyidin dalam wujud paham Ahlussunnah Wal Jama`ah dan terhindar dari perkara atau paham baru yang sesat dan menyesatkan.

Salah satu upaya itu dilakukan oleh sebagian ulama dengan membentuk organisasi massa yang bernama Wasiat Ulama. Organisasi ini dideklarasikan pada hari Ahad, 8 Januari 2012, di tempat Wakaf Habib Salim bin Jindan . Nama Wasiat Ulama, selain memiliki makna sebenarnya, yaitu menjadi tempat ulama melaksanakan wasiat Rasulullah SAW tersebut dan mewasiatkannya kepada umat, juga merupakan singkatan dari Wadah Silaturahim Asatidz Ulama. Deklarasi ormas Islam ini dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo, dan dihadiri oleh alim ulama, tokoh dan umat Islam. Dalam deklarasi tersebut diungkapan bahwa tujuan didirikannya Wasiat Ulama adalah untuk mengokohkan mata rantai Ahlussunnah Wal Jama`ah dalam membangun bangsa berakhlakul karimah sehingga umat Islam tetap berada dalam ajaran Islam yang benar, yaitu berpaham Ahlussunnah Wal Jama`ah, dan tidak terseret kepada perkara atau paham-paham baru yang sesat dan menyesatkan.

Pencetus sekaligus Ketua Umum Wasiat Ulama adalah KH. Fachrurrozi Ishaq. Ia adalah ulama Betawi kelahiran Kampung Kober Ulu, Jatinegara, Jakarta Timur pada tanggal 11 Nopember 1954. Pendidikan formalnya dimulai di Madrasah Ibtidaiyah, SMP, Pesantren SLTA dan Pesantren As-Saqofah, Tebet, Jakarta Selatan. Sejak kecil ayahnya (H. Ishaq) dikenal sangat telaten dalam mendidik anaknya, sehingga ia sangat rajin menuntut ilmu, utamanya ilmu agama. Setamat dari mondok ia menikah dengan Hj.Suryani dan dikaruniai 5 (lima) orang anak.

Berkat ketelatenanya dalam menimba ilmu agama, ia kemudian menjadi sosok mubaligh yang ceramahnya selalu dibanjiri jamaah. Ia bukan hanya pandai berorasi di depan jamaah, tetapi kedalaman ilmunya membuat ia diminta untuk mengisi majelis taklim di berbagai masjid dan mushola yang ada di Jakarta.

Wawasan keagamaannya yang luas serta pergaulannya yang luas membawanya aktif dalam berbagai organisasi sekaligus mendirikannya antara lain di PII, di PUMAWI, di MPW PPP DKI Jakarta,mendirikan Solidaritas Masyarakat Betawi se-Jabotabek (MABES) bersama Ali Shahab dan lain-lain.

KH. Fachrurrozi Ishaq memiliki terobosan dalam dakwah. Salah satunya adalah hasil dari dirinya mencermati dan mengamati fenomena tahun baru Masehi yang selalu dipenuhi dengan acara hiburan dan menyedot ribuan massa yang hadir. Lalu, ia berinisiatif melakukan upaya alternatif dalam merayakan tahun baru tersebut, yakni dengan berzikir, sholawat dan mendengarkan tausiah dari para ulama. Ia pun mengadakan tabligh akbar setiap malam tahun baru Masehi yang telah berjalan sejak tahun 1985 bersama KH.Noer Ali Bekasi waktu itu dan tabligh akbar tersebut selalu dibanjiri oleh masyarakat Jabodetabek hingga saat ini setiap tahunnya.

Ia juga termasuk ulama yang tetap teguh di jalur dakwah. Ketika ia menjadi salah satu anggota Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan suara partai semakin surut, banyak kader partai yang memintanya untuk tampil sebagai pimpinan partai, namun ia tetap memilih untuk berada di majelis pertimbangan bahkan di luar struktur sekalipun. Alasannya bukan karena kapabilitasnya namun ia lebih memilih di luar struktur karena dengan begitu ia lebih bisa berinteraksi dengan banyak pihak, meski tidak bisa dipungkiri bahwa ia adalah kader PPP. Namun demikian, ia memiliki relasi dengan banyak pihak dan lintas partai politik. Sejak dahulu ia dikenal memiliki hubungan dekat dengan Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan saat ini, juga dengan Agung Laksono (Menkokesra) dan murid-muridnya juga sangat beragam dalam hal politik.

Kemampuannya bergaul dengan banyak pihak sangat kentara dari hubungan dekatnya dengan banyak pihak. Mulai dari ustadz-ustadz kampung yang mengajar ngaji di mushola dan masjid, ulama garis keras, pengusaha, pejabat publik, seniman danbudayawan hingga masyarakat awam sekalipun. Keterbukaan dan kesederhanaan dalam pergaulan inilah yang kemudian menjadikannya tetap memiliki posisi tersendiri di masyarakat Jakarta. Hampir setiap Haflah Maulid Nabi, Isra` Mi`raj dan Perayaan Hari Besar Islam lainnya, kehadirannya selalu ditunggu-tunggu jamaahnya.

Dengan sikap teguhnya di jalur dakwah ini, semoga dibawah kepemimpinannya, Wasiat Ulama benar-benar dapat memberikan penerangan yang menyejukan umat sehingga terhindar dari perkara-perkara atau paham-paham baru (bid`ah) yang menyesatkan, khususnya untuk warga Jakarta dan umumnya untuk bangsa ini sebagaimana yang telah diwasiatkan oleh para ulama dari Rasulullah SAW. Amin.***


Oleh: Rakhmad Zailani Kiki

Koordinator Pengkajian JIC

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here