{ وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِی عَنِّی فَإِنِّی قَرِیبٌۖ أُجِیبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡیَسۡتَجِیبُوا۟ لِی وَلۡیُؤۡمِنُوا۟ بِی لَعَلَّهُمۡ یَرۡشُدُونَ }
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.
[Surat Al-Baqarah (2): 186]
JIC– Sebab turunnya ayat ini, Ath-Thabari dan lain-lain meriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata : Seorang Badui menghadap Nabi saw lalu bertanya, Apakah Tuhan kita dekat sehingga kita berbisik kepada-Nya ataukah Dia jauh sehingga kita menyeru-Nya? Rasulullah saw tidak memberi jawaban, kemudian turunlah ayat ini.
Menurut seorang mufassir, betapa lembut, halus, sayang, ramah, dan akrabnya kalimat ini. Tidak ada kesulitan berpuasa dan beratnya tugas ini di bawah bayang-bayang kasih sayang, kedekatan, keramahan, dan keakraban. Setiap kata yang diungkapkan dalam ayat ini bernuansakan kasih sayang itu.
Di bawah naungan keramahan yang penuh kecintaan, di bawah kedekatan yang penuh kasih sayang, dan di bawah pengabulan doa yang mengesankan ini, Allah Ta’ala mengarahkan hamba-hamba-Nya agar memenuhi segala perintah-Nya dan beriman kepada-Nya. Sehingga mereka selalu terbimbing ke jalan yang lurus, kepada petunjuk dan kesalehan.
Di ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
{ وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ وَنَعۡلَمُ مَا تُوَسۡوِسُ بِهِۦ نَفۡسُهُۥۖ وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَیۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِیدِ }
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” [Surat Qaf (50): 16]
Dari Abi Maimun dengan isnadnya, dari Salman Al Farisi ra dari Nabi saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala malu kalau hamba-Nya menadahkan kedua tangannya kepada-Nya untuk meminta suatu kebaikan, lalu Dia menolaknya dengan hampa” [HR. Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah].
Ketika mengetahui betapa dekatnya Allah Ta’ala, maka kita pun harus semakin mendekat dan merasa butuh kepada-Nya. Sebagaimana ungkapan Ibnul Jauzi, “Alangkah kayanya aku tatkala Engkau membuatku fakir di hadapan-Mu. Betapa merdekanya aku tatkala Engkau membuat diriku tak bergantung pada makhluk-Mu”.
Semoga Ramadan ini menjadikan kita semakin dekat kepada Allah Ta’ala. Aamiin
*Ditulis Oleh Ustaz Arief Rahman Hakim (Kasubdiv Pendidikan dan Pelatihan PPIJ)