KETIKA ALLAH MEMBERIKAN PENGAJARAN
“Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik”
[Surat Al-Baqarah: 26]
JIC- Salah satu bentuk pengajaran Allah ta’ala kepada hamba-Nya melalui amtsal (perumpamaan), adalah bagian dari pendidikan. Bagaimana memvisualisasikan hal yang abstrak dengan cara menganalogikan sesuatu dengan hal serupa atau sebanding agar lebih mudah difahami.
Allah ta’ala pernah memberikan perumpamaan tentang orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain, yaitu mengambil pelindung selain Allah, seperti laba-laba yang membuat sarang dan sarangnya sangat rapuh ( surat al-‘Ankabut ayat 41). Juga memberikan perumpamaan dengan lalat, bahwa orang-orang musyrik yang mempersekutukan Allah, tidak dapat menciptakan seekor lalat pun walaupun mereka bersatu melakukannya (surat al-Hajj ayat 73).
Di antara karakter orang-orang yang tidak mengakui fitrah tauhidnya adalah menganggap remeh perumpamaan-perumpamaan yang Allah sampaikan. Bahkan mempertanyakan maksud Allah dengan metode perumpamaan tersebut. Maka di ayat ini Allah menegaskan tidak malu membuat perumpamaan apa saja, nyamuk atau yang lebih kecil dari padanya.
Pengajaran ini menggugah orang-orang beriman dan dengan penuh kerendahan hati menganggapnya sebuah kebenaran dari Allah. Iman mereka bertambah dan semakin kagum akan kebesaran Allah ta’ala. Sebaliknya, orang-orang kafir semakin sesat dan fasik karena kebodohannya. Atau bodoh, tetapi tidak sadar akan kebodohannya.
Al-Qur’an diturunkan untuk sepanjang masa dan untuk orang yang berfikir dan mencintai ilmu pengetahuan. Maka tak heran, ayat pertama yang diturunkan adalah tentang ilmu dan pendidikan (al-‘Alaq ayat 1-5). Bagi para pendidik, ayat ini sangat penting dalam hal mencari sumber ilmu atau sarana-sarana pendidikan. Terkadang tanpa sadar kita menganggap remeh satu hal karena melihat dalam kaca mata fisik. Padahal di sini Allah berupaya mendidik hamba-Nya sekalipun dengan perumpamaan nyamuk. Terkesan remeh dan tidak bernilai sama sekali
Satu hal yang difahami bahwa Al-Qur’an dan ilmu saling selaras, tidak bertentangan dan tidak ada batas pemisah antara keduanya. Karena sumber Al-Qur’an dan ilmu adalah Allah ta’ala, pencipta kosmos dan alam semesta. Dan, ketika tauhid sudah kokoh dalam diri seorang muslim, cahayanya akan menerangi bagian dalam dan luar hatinya, bahkan cahayanya akan terpancar hingga telinga, mata, dan mulut sehingga seluruh anggota tubuh akan memancarkan cahaya keimanan dengan perilaku-perilaku yang mencerminkan ketaatan kepada Allah ta’ala
Dari penggalan sebuah hadis, Rasulullah saw berdo’a,
اللهم اجعل فی قلبی نورا وفی سمعی نورا وفی بصری نورا وفی عظمی نورا وفی مخی نورا .
“Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di dalam pendengaranku cahaya, di dalam penglihatanku cahaya, di dalam tulangku cahaya dan di dalam otakku cahaya”
(HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasai, dan Ibnu Majah)
Oleh: Ustadz Arief Rahman Hakim, M.Ag.
Kasubdiv. Pendidikan dan Pelatihan PPPIJ