JIC– Para ilmuwan sejarah telah bersepakat bahwa keturunan Arab punya peran sentral dalam penyebaran Islam di Indonesia. Sejarawan Ahmad Salabi dalam Ensiklopedia Sejarah Islam, menuliskan bahwa peradaban Islam di Afrika dan Asia, termasuk Indonesia tidak lepas dari peran migrasi para ulama di selatan Jazirah Arab ke wilayah-wilayah tersebut. Peran Sadah (lapisan masyarakat di Hadramaut) dan Asyraf (keturunan Hasan dan Husein anak Ali) dalam penyiaran agama Islam di Indonesia menjadi fakta sejarah yang tak bisa terbantahkan. Baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan.
Berikut nama Habib yang akan dibahas secara berseri yang diangkat dari buku 27 Hababib Berpengaruh Di Betawi:
1. Habib Husein bin Abubakar Alaydrus (Keramat Luar Batang)
Habib Husein bin Abubakar Alaydrus merupakan tokoh habaib yang sangat berpengaruh di Jakarta yang hidup di abab ke 18. Kondisi saat ini beliau sudah meninggal dunia dan dimakamkan di komplek Yayasan Keramat Luar Batang. Semasa hidup beliau banyak berkaitan dakwah dan perjuangan masyarakat terhadap penjajah Kolonial Belanda.
Beliau hidup menetap tinggal di daerah Luar Batang salah satu kampung di daerah pesisir Jakarta di dekat pelabuhan Ikan Muara Baru Jakarta Utara. Lokasi ini pada masa itu merupakan kawasan penyangga pusat perdagangan di Batavia yang menjadi magnet perekonomian pada masa itu. Dakwahnya bukan hanya pada kalangan masyarakat pribumi (Betawi) di Batavia tetapi kalangan pendatang pedagang Tionghowa.
Masyarakat luas lebih mengenal beliau dengan nama Habib Keramat Luar Batang, hal ini berkaitan dengan dengan lokasi tempat tinggal semasa hidupnya dan lokasi makamnya berada. Terdapat kisah dari Kampung Luar Batang yang berarti symbol batas wilayah antara Barat dan Utara dengan menggunakan sebatang bambu sebagai tanda batasnya.
Tokoh habaib yang satu ini sudah sangat terkenal hinga ke daerahdaerah di Nusantara sebagai tujuan wisata sejarah dan religi, bahkan bagi masyarakat Betawi menjadi tujuan utama berziarah sebagaimana yang di ungkapkan Rahmat salah satu peziarah dari Jakarta Timur. Rahmat datang bersama rekan-rekan pengajian untuk datang dengan tujuan yang sama dengan banyak orang yang datang pada umumnya yaitu berziarah dan berdoa. Lokasi makam yang berada di muka sisi kiri masjid, membuat para penziarah bukan hanya datang berjiarah tetapi bisa melaksanakan shalat di Masjid tersebut.
Antusias masyarakat untuk berziarah yang tinggi ternyata tidak terpengaruh wilayah tersebut yang padat penduduk dan udaranya panas tidak menghalangi orang untuk datang, sehingga di sekitar komplek makam banyak terdapat warung-warung penyedia kebutuhan penziarah seperti makanan dan souvenir.
Para penjiarah datang kesini berkelompok atau perorangan. Mereka yang berkelompok biasanya seperti rombongan jamaah majlis taklim pengajian, keluarga besar, serta perkumpulan-perkumpulan lainnya. Penziarah datang dari berbagai kalangaan masyarakat tampa dibatasi oleh status social dan generasi, anak-anak hinga orang tua, orang biasa hingga orang luar biasa, bahkan pengurus Yayasan Kramat Luar Batang Habib Husein Fikri menceritakan tokoh dan orang-orang terkenal pun suka datang ke sini dari kalangan pejabat dan pengusaha.
Habib Husein Keramat Luar Batang lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut sekarang Yaman Selatan. Wafatnya di Jakarta pada 24 Juni 1756 dan haul beliau hingga saat ini sudah 272 tahun. Catatan tentang perjalanan hidupnya di Batavia sebagaimana yang terdapat dalam Biografi 11 Habaib beliau dinyatakan bahwa kedatangannya itu pada usia 20 tahunan.
Nasab beliau yaitu Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad Bin Husein bin Abdullah (Alaydrus) bin Syaikh Abubakar (Assakran) bin Abdurrahman (assegaf) bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi Alawiyin bin Ubaidillah bin Ahmad almuhajir bin Isa Arrumi bin Muhammad bin Nagieb bin Ali Uraidy bin Jafar as-Shadiq bin Muhammad alBaqir bin Zainal Abidin bin Al-Husein Sayyidusy-Syuhada bin Fathimah Azzahra binti Muhammad SAW.
Catatan perjalanan pendidikan yang ada dalam Biografi 11 Habaib menyebutkan bahwa beliau memperoleh ilmu tampa belajar (ilmu wahbi), yaitu keistimewaan yang ada padanya atas pemberian dari Allah tampa belajar dahulu. Habib Husein Fikri sebagai pengelola Yayasan menyebutkan bahwa beliau banyak belajar tentang ilmu-ilmu tasawuf dari guru-gurunya yaitu di antaranya Habib Abdullah bin Abubkaar Alaydrus (sohibul ratib alaydrus), Habib Abdullah bin Alwi Alhadad (sohibul ratib alhadad) dan para alim sufi.
Perjalanan dakwah beliau yang berseumber dari cerita lisan dan tulisan, yaitu diantaranya bahwa kisahnya beliau pernah dipenjara di Glodok, ada juga kisah tentang seorang tentara Belanda yang baik dan suka menyapa ketika bertemu suatu ketika diramalkan akan menjadi seorang Gubernur di Batavia dan hal itu terbukti sehingga setelah menjadi Gubernur, tentara itu memberikan hadiah harta untuk habaib yang ditolaknya, kisah lainnya yaitu bahwa beliau mengajar dan berdakwah di langgar kampung baru dan murid yang terkenal yaitu seorang saudagar Tionghowa H. Abdul Kadir yang makamnya berada di samping makam beliau.
Habib Husein memiliki kelebihan dalam keilmuan tasawuf dan salah satu karya intelektual terdapat dalam bacaan shalawat sebagaimana terlampir. Selain itu beliau merupakan pribadi yang sangat menghormati dan menyangi orang tua sehinnga pesan wasiatnya yaitu agar selalu berbakti kepada orang tua.