IDUL FITRI DAN MOMENTUM MEMPERKOKOH UKHUWAH

0
385

KHUTBAH IDUL FITRI 1445 H MASJID RAYA PUSAT PENGKAJIAN DAAN PENGEMBANGAN ISLAM JAKARTA (JAKARTA ISLAMIC CENTRE)

اَللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً،

اَلْحَمْدُ ِللهِ , اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي سَهَّلَ لَنَا الصِّيَامَ وَالقِيَامَ ويَسَّر

نَحْمَدُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَتِي لَا تُحْصَر

وَنَشْكُرُهُ عَليَ فَضْله وَإِحْسَانِهِ وَحَق لَهُ وَاحِدٍ أَحَدٍ صَمَدٍ أَن يُشْكَرُ

وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ رَبُّنَا تَفْرِدُ بِاخَلْقِ وَالتَدْبِيْرِ وَكلُّ شَيءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلِ مقدَّر

وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَامَ وَقَامَ وَصَلَّى وَزَكَى وَحَجّ وَاعتَمَر صلّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الذِينَ أَذهَب اللهُ عَنْهُم الرجسَ وطهّر

وَعَلَى أَصْحَابِهِ الَّذِينَ سَبَقُوا اِلَى الخَيْرَاتِ فَنِعْمَ الصَحْبُ وَالمَعْشَرُ وَعَلَى التَابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانِ مَا بَدَا الفَجَرُ وَتَنَوَّرُ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

.أَمَّا بَعْدُ،

فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي مُحكمِ تَنْزِيْلِهِ :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ

صدق الله العظيم فيا عباد الله أوصيكم وإايي بتقوى الله فقد فاز المتقون

 

Jamaah Shalat ‘Id yang mulia,

Puji syukur, Alhamdulillah, kita haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Pada hari yang mulia ini, marilah kita tingkatkan kualitas takwa kita kepada Allah SWT, dalam arti melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segenap larangan-Nya. Pada hari yang mulia ini kita kumandangkan takbir, kita agungkan Allah dengan segala kebesaran-Nya, kemuliaan-Nya dan kasih-sayang-Nya, setelah kita sebulan penuh menunaikan ibadah puasa Ramadhan.

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Q.S. al-Baqarah:185).

Pada hari ini pula kita semua bergembira dan bersuka ria. Allah SWT telah melimpahkan karunia-Nya dan mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Jamaah Shalat ‘Id yang mulia, Idul Fitri yang kita rayakan saat ini berdekatan waktunya dengan rangkaian perjalanan bangsa dan negara kita menapaki jalan hidup negara demokrasi melalui penyelenggaraan pemilu presiden dan pemilu legislatif beberapa waktu lalu. Kondisi sosial politik negeri yang kita cintai ini memang menguras energi warga bangsa, khususnya kaum muslimin. Untuk itu, ada kebutuhan untuk menjadikan ‘Idul fitri sekarang ini sebagai momentum memperkokoh ukhuwwah; dan hal inilah yang menjadi tema khutbah di hari yang mulia ini.

 

Jamaah Shalat ‘Id yang mulia,

Ukhuwwah merupakan ikatan persaudaraan yang kokoh dan langgeng. Ukhuwah melampaui batas dan sekat wilayah, ras, suku, etnis, golongan, bahkan kebangsaan. Ukhuwwah tidak mengenal kasta, tidak memandang rupa, tidak memperhatikan warna kulit, dan tidak membeda-bedakan status sosial. Ukhuwwah 4 merupakan inti dari persatuan dan kesatuan kaum muslimin. Ukhuwwah merupakan jalinan persaudaraan yang didasarkan keimanan. Ukhuwwah terbentuk karena jalinan ikatan aqidah.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati. (Q.S. al-Hujurāt:10).

Ukhuwwah pada hakekatnya merupakan nikmat berharga, anugerah suci, dan pancaran cahaya ilahi, yang dikaruniakan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang terpilih.

Terdapat 3 (tiga) bentuk ukhuwwah yang seharusnya dijalin dalam kehidupan kita sebagai umat Islam sekaligus warga bangsa Indonesia. Pertama, ukhuwwah imānīyyah, yakni persaudaraan yang diikat oleh akidah atau keimanan. Sesama muslim/mukmin harus hidup rukun dan harmonis. Persaudaraan ini dapat disebut juga sebagai persaudaraan keimanan.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. (Q.S. al-Hujurāt:10).

Kedua, ukhuwwah basyarīyyah, yakni persaudaraan yang didasarkan pada kedudukan manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki harkat dan martabat. Persaudaraan 5 sesama manusia dilandasi oleh kesamaan dan kesetaraan manusia di hadapan Allah SWT. Persaudaraan ini dapat disebut juga sebagai persaudaraan kemanusiaan. Persaudaraan ini didasarkan kepada status kemanusiaan setiap orang, siapapun orang itu.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti. (Q.S. al-ujurāt:13).

Ketiga, ukhuwwah wathaniyyah, yakni persaudaraan yang dijiwai oleh spirit cinta tanah air dan kebangsaan yang sama. Persaudaraan ini dapat disebut juga sebagai persaudaraan kebangsaan. Persaudaraan ini didasarkan kepada rasa senasib sepenanggungan dalam ikatan sebangsa, setanah air dan seibu pertiwi.

Harus diakui, ukhuwwah lahir karena adanya persamaan. Oleh karena itu, kaum muslimin harus lebih mengedepankan persamaan daripada perbedaan. Perbedaan itu sudah menjadi ketetapan Allah yang ajeg (sunnatullah) sehingga kita tidak perlu berkecewa hati dengan adanya perbedaan. Akan tetapi, ikhtiar mempertahankan dan mengokohkan ukhuwwah adalah perintah Allah (amrullah). Maka dari itu, yang perlu kita tonjolkan dan nampakkan ialah bahwa kita semua, kaum 6 muslimin, adalah sama: sama agamanya, sama aqidahnya, sama syari’ahnya, sama bangsanya, dan sama negaranya. Atas dasar persamaan yang konkret ini, tentu kita harus peduli akan terwujudnya ukhuwwah yang kokoh di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Salah satu hal yang sangat penting bagi terwujudnya ukhuwwah ialah ta’āwun atau empati, sinergi dan kolaborasi, yakni sikap saling membantu, saling menolong, sikap mau bekerja sama, mau bersinergi, mau membangun kemitraan, mau berkolaborasi dalam jalan kebaikan, kemaslahatan dan ketakwaan.

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ

Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya. (Q.S. al-Ma’idah: 2).

Dalam konteks implementasi ta’āwun, kewajiban zakat hadir, baik zakat fitrah maupun zakat māl. Menunaikan zakat merupakan indikator otentisitas keislaman setiap orang muslim. Dengan menunaikan zakat, berarti kita telah membersihkan, menjernihkan dan mensucikan jiwa dan harta kita.

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doa kamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. al-Taubah: 103).

فَرَضَ رَسُولُ اللهِ ﷺ زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةٌ لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ )رَوَاهُ أَبَوْدَاوُد(

Rasul s.a.w telah mewajibkan zakat fitrah, di mana zakat fitrah itu mensucikan diri orang yang berpuasa dari (dosa) berbicara sia-sia dan berbicara kotor dan memberikan makan kepada orang miskin. (H.R. Abū Dāwud).

Marilah kita tunaikan zakat, infaq, dan shadaqah agar bersih jiwa kita, bersih harta kita, bahagia kaum dhu’afa, gembira kaum miskin papa, dan sejahtera semua warga bangsa.

Hal lain yang juga sangat penting bagi terwujudnya ukhuwwah ialah tasāmuḥ atau toleransi, yakni sikap tenggang rasa dan berlapang dada atas segala perbedaan yang ada di antara sesama kaum muslimin dan sesama warga bangsa. Dalam kaitan ini, ada ungkapan populer bahwa Islam adalah agama toleransi (dīn alsamḥah), maksudnya toleransi merupakan salah satu inti dari ajaran Islam. Di dalam kitab Musnad Imam Aḥmad ibn Hanbal diriwayatkan, suatu saat Rasulullah S.A.W 8 ditanya oleh seorang sahabat : “Wahai Baginda Rasul, sikap beragama apa yang paling disukai oleh Allah ? ” Baginda Rasul menjawab: “sikap benar lagi lurus, serta sikap toleran (al-anīfiyyah al-samah).”

Maka dari itu, marilah kita satukan pandangan bahwa perbedaan tidaklah menjadi hambatan bagi terbinanya kehidupan yang penuh ukhuwwah. Perbedaan tidaklah menjadi kendala demi terwujudnya ukhuwwah yang mulia di antara kita. Dengan demikian, jelaslah bahwa melalui implementasi toleransi, jalinan ukhuwwah akan selalu membumi dan terkonsolidasi. Dalam konteks implementasi tasāmuḥ atau toleransi ini, lahirlah sikap mau memaafkan. Sikap mau memaafkan menjadi salah satu indikator bagi setiap muslim yang ingin mencapai derajat muḥsinīn yang disayangi Allah SWT. Di hari yang mulia ini, marilah kita saling memaafkan dan berlapang dada, agar kita mendapat limpahan kasih sayang dari Allah SWT.

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Q.S. Ali ‘Imrân: 134).

Marilah kita saling memaafkan, saling berjabat tangan dengan penuh kerendahan hati. Dengan cara demikianlah kita akan memperoleh derajat kemuliaan, lipat ganda pahala kebaikan dan curahan pengampunan.

ما نقصت صدقة من مال، وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا، وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله

Sedekah tidak akan mengurangi harta; tiada yang Allah tambahkan kepada hamba-Nya yang mau memaafkan melainkan kemuliaan; dan tidaklah seseorang bersikap rendah hati karena Allah melainkan Allah tinggikan derajatnya. (H.R. Muslim).

ارْحَمُوْا تُرْحَمُوْا وَاغْفِرُوْا يَغْفِرِاللهُ لَكُمْ (رواه أحمد)

Bersikaplah dengan kasih sayang niscaya kamu sekalian akan disayangi Allah; dan berilah pemaafan niscaya Allah akan memberikan pengampunan kepada kamu sekalian. (H.R. Amad).

مَا مِنْ مُسْلِمَينِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أنْ يَفْتَرِقَا) رواه أبوداود(

Tidaklah dua orang muslim saling bertemu, lalu berjabatan tangan melainkan akan diampuni dosa keduanya sebelum keduanya berpisah. (H.R. Abū Dāwud).

Hal lain yang juga sangat penting bagi terwujudnya ukhuwwah ialah tarāḥum atau saling mengasihi dan menyayangi, yakni sikap santun penuh keadaban, sikap menyantuni, sikap saling menghormati dan menghargai, sikap mau menciptakan kedamaian, ketertiban dan keselamatan bagi semua. Dalam kaitan ini, 10 ada ungkapan populer bahwa Islam adalah agama kasih sayang (dīn al-rahmah), maksudnya kasih sayang merupakan salah satu inti dari ajaran Islam. Dalam kitab Shahih Muslim diriwayatkan, suatu saat Rasul SAW diminta oleh sebagian sahabat untuk melaknat orangorang musyrik/kafir. Lalu, beliau menjawab dengan tegas:

إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً

Sesungguhnya Aku tidak diutus untuk menjadi orang yang suka melaknat; dan Aku diutus hanyalah sebagai rahmat, sebagai penyebar kasih-sayang. (H.R. Muslim).

Maka dari itu, marilah kita saling menyayangi bukan saling membenci, saling membantu bukan saling berseteru, saling merangkul bukan saling memukul, saling menghormati bukan saling mencaci, saling mendoakan dengan kebaikan bukan saling menyumpahi dengan keburukan, agar ukhuwwah umat ini kembali pulih dan terus terjaga, agar ukhuwwah umat ini sebagai cita-cita mulia yang menjadi realita, agar ukhuwwah umat ini tetap langgeng dan tidak sirna dari bumi Indonesia tercinta.

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ

Orang yang suka menyayangi akan disayangi Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah semua yang ada di bumi niscaya Allah akan menyayangi kamu sekalian. (H.R. Abū Dāwud).

Hal lain yang juga sangat penting bagi terwujudnya ukhuwwah ialah silaturahim. Dengan silaturahim, akan tersambung kembali yang selama ini terputus, akan terhimpun kembali yang selama ini terserak, akan cair ke mbali yang selama ini membeku, dan akan menghangat kembali yang selama ini mendingin. Indahnya silaturahim akan menjernihkan jiwa, membasuh luka lama, menghangatkan suasana, dan mendekatkan nan jauh di mata.

من أحبّ أن يُبْسَطَ عليه في رزقه، وأن يُنْسَأَ له في أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رحمه

Siapa saja yang senang untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah dia melakukan silaturahim. (H.R. al-Bukhārī).

Hal lain yang juga sangat penting bagi terwujudnya ukhuwwah ialah muwāsah, yakni solidaritas sosial. Perlu dibangun jiwa setiap muslim dengan spirit solidaritas sosial agar terbentuk dan terbina ukhuwwah. Solidaritas sosial dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk amal kebaikan, baik yang tertuju kepada individu perorangan maupun kepada masyarakat. Di dalam kitab Shahih Muslim, diriwayatkan, pada suatu hari di hadapan beberapa sahabat, Rasul SAW bertanya: “Siapakah pada hari ini yang berpuasa?”. Abu Bakr al-Shiddiq menjawab: “saya, wahai Baginda Rasul”. Rasul bertanya lagi: “Siapakah pada hari ini yang telah mengiring jenazah?” Abu Bakr al-Shiddiq menjawab: “saya, wahai Baginda Rasul”. Rasul bertanya lagi: “Siapakah pada hari ini yang telah memberi makanan kepada orang miskin?” Abu Bakr 12 al-Shiddiq menjawab: “saya, wahai Baginda Rasul”. Rasul bertanya lagi: “Siapakah pada hari ini yang telah menjenguk orang yang sakit ?” Abu Bakr al-Shiddiq menjawab: “saya, wahai Baginda Rasul”. Lalu, Rasul SAW berkata: “Tidaklah berhimpun amal-amal kebaikan tersebut pada diri seseorang melainkan dia akan masuk surga.” Di dalam Hadis ini terdapat isyarat akan pentingnya muwāsah di kalangan umat agar ukhuwwah terbina dengan kokoh. Hal lain yang juga sangat penting bagi terwujudnya ukhuwwah ialah munāshaḥah, yakni saling menasehati, saling mengingatkan dan saling berpesan kebaikan. Penting kiranya munāshaḥah antara sesama muslim, apapun kedudukannya, munāshaḥah antara bawahan dan atasan, munāshaḥah antara rakyat dan pemerintah. Maka, ukhuwwah akan tumbuh dan menguat jika semua komponen umat mengimplementasikan munāshaḥah.

عن جرير بن عبد الله رضي الله عنه قال: بَايَعْتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم على إِقَام الصَّلاَة، وإِيتَاء الزَّكَاة، والنُّصح لِكُلِّ مُسلم.

Dari Jarir ibn ‘Abdillah, dia berkata: “ Saya telah berbai’at (berjanji setia) kepada Rasul SAW untuk mendirikan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasehat kepada setiap orang muslim.” (H.R. al-Bukhārī).

Di dalam Hadis ini terdapat isyarat akan pentingnya munāshaḥah, pentingnya saling menasehati, saling mengingatkan dan saling berpesan kebaikan antar sesama muslim, terlepas dari apapun status sosialnya. 13 Hal lain yang juga sangat penting bagi terwujudnya ukhuwwah ialah muwālah, yakni kepemimpinan umat. Ukhuwwah akan tegak kokoh jika ada kepemimpinan umat yang adil. Para tokoh pemimpin dan elit masyarakat harus menunjukkan keteladanan, kebijakan yang berkeadilan dan keadilan yang berkeadaban. Harus diakui, ukhuwwah menuntut adanya muwālah, adanya peran kepemimpinan umat yang mampu mengkonsolidasi dan mengorganisasi sumber daya umat agar umat tetap solid, kompak dan bersatu sehingga memperoleh curahan rahmat Allah SWT.

وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ

Bersatu itu mendatangkan rahmat dan berpecah-belah itu mendatangkan azab. (H.R. Amad).

Dalam rangka membina ukhuwwah, mari kita hindari dan jauhi semua anasir sikap yang dapat melemahkan ukhuwwah, merusak ukhuwwah, bahkan memporakporandakan ukhuwwah. Nabi SAW dengan tegas mengingatkan kita:

وَكُوْنُوا عِبَادَ اللهِ إِخوَاناً.

Jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (H.R. Muslim).

Jamaah Shalat ‘Id yang Mulia Mari kita perkokoh ukhuwwah dengan tiga dimensinya: ukhuwwah īmānīyah, ukhuwwah basyarīyah maupun ukhuwwah wathanīyah. Demi terbina dan terpeliharanya ukhuwwah dengan kokoh, mari kita tingkatkan implementasi ta’āwun (empati, sinergi dan 14 kolaborasi), tasāmuḥ (toleransi), dan tarāḥum (saling mengasihi), muwāsah (solidaritas sosial), munāshaḥah (saling menasehati), dan muwālah (kepemimpinan umat). Semoga semangat dan kesadaran ukhuwwah tersebut tetap menyala di dada kaum muslimin. Semoga pula Allah SWT senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya, rahmat-Nya kepada kita semua karena kita tetap istiqāmah berada di jalan ukhuwwah. Semoga juga kita semua tergolong orang yang kembali kepada fithrah (kesucian ruhaniah) dan berhasil memperoleh kebahagiaan dan kemenangan yang hakiki. Āmīn ya Mujīb al-Sā’ilīn.

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تَقَبَّلْ ياَ كَرِيْمُ

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ َالْفَائِزِيْنَ الأمنين

وَأَدخلنَا وَاِيَّاكُمْ في عبَاده الصَالحينَ

وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين

 

Prof. Dr. Asmawi, M.Ag – Khutbah Idul Fitri 1445 H Masjid Raya JIC (2024)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here