KONDISI RAMADHAN MUSLIM UIGHUR DI XINJIANG

0
577
kondisi-ramdhan-muslim-uighur-di-xinjiang

JIC– Umat Islam di seluruh dunia saat ini sedang menikmati beragam ibadah di bulan suci Ramadhan. Namun Muslim Uighur di Xinjiang, China, justru menghadapi larangan berpuasa dan berbagai kebijakan represif lainnya.

Otoritas China menginstruksikan agar warga Muslim di Turkistan Timur (Xinjiang) tidak mengizinkan anak-anak mereka berpuasa. Anak-anak pun ditanyai oleh aparat mengenai apakah orangtua mereka berpuasa atau tidak, kata pejabat setempat dan kelompok hak asasi manusia.

“Selama Ramadhan, rezim meminta 1.811 desa (di Xinjiang) untuk menerapkan sistem pemantauan sepanjang waktu, termasuk inspeksi langsung ke rumah-rumah warga Uighur,” kata jurubicara World Uyghur Congress (WUC), Dilshat Rishit, sebagaimana dilansir oleh Radio Free Asia (23/03/2023).

Laporan juga menyebutkan bahwa rezim komunis telah menjadikan mereka sebagai sasaran kampanye “kontraterorisme” di Xinjiang. Lebih dari 100.000 warga Hui juga dikirim ke kamp konsentrasi bersama warga Uighur.

Turghunjan Alawudin dari WUC mengatakan, “China tidak menghormati atau mentoleransi budaya dan agama orang lain, tetapi memperlakukan budayanya sendiri sebagai yang tertinggi. Alih-alih memberi selamat kepada umat Islam atas datangnya Ramadhan, China justru terus melarang kaum Muslimin untuk berpuasa dan shalat.”

“China telah menunjukkan permusuhan ekstrem terhadap keyakinan beragama dan kebudayaan Uighur. China terus melanjutkan genosida terhadap Muslim Uighur dan berupaya untuk menghapusnya,” tegasnya.

Tak hanya itu, 11,4 juta Muslim etnis Hui –komunitas yang paling dekat dengan etnis mayoritas Han Cina– juga berada dalam bahaya. Hal ini diperingatkan oleh koalisi kelompok hak asasi, termasuk Chinese Human Rights Defenders, dalam laporan terbaru.

Etnis Muslim Hui telah diidentifikasi oleh Beijing sebagai “ancaman yang harus diselesaikan melalui asimilasi paksa”, sebut laporan koalisi itu.

Sekolah-sekolah di Ili memanfaatkan anak-anak Muslim untuk mendapatkan informasi tentang ketaatan beragama orangtuanya. Demikian dikisahkan oleh Serikjan Bilash, pendiri kelompok hak asasi Atajurt yang berbasis di Kazakhstan.

“(Mereka diberi) formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan terperinci mengenai praktik-praktik yang sebenarnya normal dalam sebuah keluarga Muslim,” katanya.

“Misalnya, apakah orangtua menggunakan Assalaamu’alaykum ketika mereka menyapa kerabatnya. Juga, apakah orangtua mereka makan atau minum saat tengah hari, dan apakah mereka sarapan setelah matahari terbit,” jelasnya.

Pertanyaan tentang makan dan minum ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah mereka melaksanakan puasa atau tidak.

Seorang pejabat di biro pendidikan daerah Xinyuan membenarkan bahwa setiap orang dewasa yang bekerja untuk pemerintah dilarang berpuasa selama Ramadhan.

“Para siswa tidak diperbolehkan berpuasa, dan anggota keluarga yang menjadi pegawai negeri juga tidak diperbolehkan,” kata pejabat itu.

Seorang Muslim Kazakh yang menyebut dirinya dengan nama Kamina mengatakan, siapapun yang ditemukan berpuasa akan dikenakan sanksi.

“Puasa benar-benar dilarang. Beberapa orang terpaksa meninggalkan puasa karena takut, sementara yang lain berpuasa secara diam-diam,” ujarnya.

“Beberapa tempat mengizinkan puasa, tetapi kemudian mereka (aparat) memantau orang-orang itu dan menyebut mereka sebagai ‘pemuja agama’, kemudian mereka ditahan,” katanya.

Sumber: Hidcom

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here