وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ ٱذْكُرُوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنجَىٰكُم مِّنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَآءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَآءَكُمْ ۚ وَفِى ذَٰلِكُم بَلَآءٌ مِّن رَّبِّكُمْ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari pengikut-pengikut Fir‘aun; mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih, dan menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu; pada yang demikian itu suatu cobaan yang besar dari Tuhanmu.
[Surat Ibrahim: 6]
JIC– Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada beberapa makna dari kata kemerdekaan; Pertama, bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya), berdiri sendiri. Kedua, tidak terkena atau lepas dari tuntutan. Ketiga, tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasa.
Istilah kemerdekaan dalam bahasa Arab disebut الإستقلال al-Istiqlal. Hari kemerdekaan disebut عید الإستقلال ‘Id Istiqlal. Hal ini bentuk penafsiran dari التحرر والخلاص من القید والسیطرة الأجنبیة, artinya bebas dan lepas dari segala bentuk ikatan dan penguasaan pihak lain.
Dalam kata lain digunakan istilah الحریة, al-Hurriyyah diterjemahkan sebagai kebebasan. Kemerdekaan atau kebebasan bagi seorang mukmin adalah situasi batin yang lepas dari segala himpitan dan tekanan, sehingga mampu mengekspresikan fikiran, gerak dan amal tanpa ada rasa khawatir dan intimidasi. Terus mengembangkan ide, konsep, dan kreatifitas sepanjang dalam koridor Islam tanpa ada intervensi dan paksaan.
Al-Qur’an secara tersirat berbicara tentang kemerdekaan di beberapa ayat; Al-An’am (6: 76-79), kisah Nabi Ibrahim as dalam membebaskan dirinya dalam mencari orientasi hidup yang lurus. Al-Baqarah (2: 49), Al-A’raf (7: 127), dan surat Ibrahim (14: 6), saat Nabi Musa as berupaya membebaskan bangsanya dari kekejaman dan kejahatan Fir’aun.
Ayat 6 surat Ibrahim di atas mengisahkan ketika Nabi Musa as mengingatkan kaumnya untuk bersyukur atas banyaknya nikmat Allah yang telah diberikan kepada mereka. Yaitu kenikmatan selamat dari siksaan yang buruk dan keras saat pasukan Fir’aun membantai anak-anak lelaki mereka yang baru lahir, karena khawatir munculnya seorang anak yang akan menjadi sebab kehancuran kerajaan Fir’aun sebagaimana tafsir mimpi yang dialami Fir’aun. Serta membiarkan kaum perempuan tetap hidup dengan hina dan aib. Ini bagian dari bala dan bencana yang paling besar.
Di antara kandungan ayat adalah pelajaran tentang kesabaran. Dalam sebuah tafsir dijelaskan bahwa kesabaran bukan hanya kesanggupan menanggung kehinaan dan siksaan. Namun kesabaran adalah (1) kesanggupan menanggung siksaan tanpa adanya kerapuhan dan kekalahan jiwa, (2) kontinuitas tekad dan semangat untuk menyelesaikan (sesuatu atau tugas), (3) kesiapan diri untuk berada dalam wajah kezaliman dan kesewenang-wenangan.
Syukur adalah ungkapan mengapresiasi nikmat disertai dengan memuliakan pihak yang memberi nikmat serta bertindak yang sesuai dan mencerminkan hal itu. Syukur atas nikmat adalah dalil bagi lurusnya barometer dalam jiwa manusia. Kebaikan itu harus disyukuri, sebab syukur adalah balasan alamiahnya dalam fitrah yang lurus.
Jiwa yang bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya akan selalu mendekatkan diri kepada-Nya dalam menggunakan nikmat tersebut dengan tidak disertai (1) pengingkaran terhadap nikmat itu, (2) perasaan menang dan unggul atas makhluk, dan (3) penyalahgunaan nikmat itu untuk melakukan kekejian, kejahatan, kemasiatan, dan perusakan.
Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa diberi ilham untuk bersyukur, ia tidak terhalang untuk mendapatkan tambahan”(HR. Bukhari).
Dari Tsauban, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba terhalang dari mendapatkan rezeki oleh sebab perbuatan dosa yang dilakukannya” (HR. Hakim).
Di antara bentuk-bentuk syukur atas nikmat kemerdekaan adalah; (1) Mendorong terwujudnya cita-cita nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat; melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, (2) Mengentaskan buta huruf Al-Qur’an, (3) Memasifkan proyek-proyek kebaikan umat seperti pembangunan rumah-rumah Al-Qur’an, (4) Terlibat dalam dakwah sebagai pelanjut risalah Rasulullah saw, (5) Menjaga ukhuwah Islamiyah walau berbeda organisasi kemasyarakatan dan pilihan partai politik dan calon presiden, (6) Menjaga suasana negara tetap kondusif memasuki tahun politik, (7) Menampilkan Islam rahmatan lil-‘Aalamiin dalam keseharian tiap-tiap muslim, (8) Saling mendo’akan sesama umat dan anak bangsa agar bumi, laut dan kekayaan sumber daya alam Indonesia senantiasa Allah berkahi, aman sentosa dan dijauhkan dari musibah.
Selamat mengisi hari-hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 78 dengan memproduksi banyak kebaikan. Semoga Allah meridhai seluruh amal usaha kita. Aamiin
Ditulis oleh: Ustadz Arief Rahman Hakim, M.Ag
Kepala Sub Divisi Pendidikan dan Pelatihan PPIJ