Salah satu tempat di Betawi yang masih dijadikan tempat rukyatul hilal, orang Betawi menyebutnya tempat ngeker bulan, adalah Menara Masjid Al-Musyari`in, Basmol, Jakarta Barat. Sudah menjadi agenda tetap sejak puluhan tahun yang lalu jika setiap memasuki awal Ramadhan tempat ini didatangi ratusan umat Islam dari Jakarta maupun dari luar Jakarta. Sebagian besar mereka yang datang ini adalah satu generasi yang meneruskan tradisi generasi-generasi sebelumnya (orang tua dan kakek mereka) yang saban tahunnya datang untuk menyaksikan kegiatan ngeker bulan di tempat ini. Untuk Ramadhan kali ini, kegiatan ngeker bulan dilaksanakan pada hari Senin, 8 Juli 2013. Tentu jika Anda peminat, pemerhati dan pencinta kebudayaan Betawi, kesempatan ini tidak akan disia-siakan karena Anda akan menyaksikan para ahli falak Betawi mengeker bulan dari Menara Masjid Al-Musyari`in. Keahlian mereka mengeker bulan ini merupakan satu kekayaan kebudayaan etnis Betawi di bidang astronomi yang masih terlihat dilestarikan dan dikembangkan sampai hari ini.
Salah satu tempat di Betawi yang masih dijadikan tempat rukyatul hilal, orang Betawi menyebutnya tempat ngeker bulan, adalah Menara Masjid Al-Musyari`in, Basmol, Jakarta Barat. Sudah menjadi agenda tetap sejak puluhan tahun yang lalu jika setiap memasuki awal Ramadhan tempat ini didatangi ratusan umat Islam dari Jakarta maupun dari luar Jakarta. Sebagian besar mereka yang datang ini adalah satu generasi yang meneruskan tradisi generasi-generasi sebelumnya (orang tua dan kakek mereka) yang saban tahunnya datang untuk menyaksikan kegiatan ngeker bulan di tempat ini. Untuk Ramadhan kali ini, kegiatan ngeker bulan dilaksanakan pada hari Senin, 8 Juli 2013. Tentu jika Anda peminat, pemerhati dan pencinta kebudayaan Betawi, kesempatan ini tidak akan disia-siakan karena Anda akan menyaksikan para ahli falak Betawi mengeker bulan dari Menara Masjid Al-Musyari`in. Keahlian mereka mengeker bulan ini merupakan satu kekayaan kebudayaan etnis Betawi di bidang astronomi yang masih terlihat dilestarikan dan dikembangkan sampai hari ini.
Kegiatan ngeker bulan di Basmol (ada yang menulisnya Besmol) tidak terlepas dari peranHabib Usman Bin Yahya, Mufti Betawi yang menguasai berbagai bidang ilmu ke-Islaman, termasuk ilmu falak. Menurut KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani, salah seorang sesepuh Masjid Al-Musyari`in, saat saya mewawancarainya bahwa pada waktu itu Habib Utsman Mufti Betawi melihat di sebelah barat Betawi terdapat dataran tinggi, dikenal dengan nama Pisalo atau Basmol. Dikarenakan datarannya lebih tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya, maka sampai hari ini kawasan tempat ngeker bulan di Basmol tidak pernah kebanjiran.
Pada waktu itu, daerah Basmol hampir seluruhnya digunakan sebagai area persawahan dengan cuaca dan pemadangan ke arah ufuk barat yang sangat baik dan memenuhi syarat untuk dijadikan tempat rukyatul hilal. Karena itulah Habib Usman terpikat dan menjadikan Basmol sebagai tempatnya untuk melakukan rukyatul hilal. Sepeninggalan Habib Usman yang wafat pada tahun 1913, Basmol tidaklah redup sebagai tempat favorit masyarakat Betawi untuk ngeker bulan. Ulama yang kemudian menggantikan posisi Habib Usman adalah KH. Abdul Majid atau Guru Majid, salah satu dari enam guru Betawi. Seperti Habib Usman, Guru Majid juga lahir di Pekojan. Guru Majid juga ahli falak dan sempat mengarang risalah falak yang berjudul Taqwim an- Nayyirain berbahasa Arab-Melayu yang menjadi rujukan hisab para perukyat hilal di Pesalo Basmol selain kitab Sullam an-Nayyirain. Begitu terpikatnya dengan daerah Pisalo Basmol, ulama asal Pekojan ini bahkan ketika mau wafatnya meminta agar jenazahnya dikuburkan di tempat ini. Sekarang, makam beliau berada tepat di depan Masjid Al-Musyari`in, Basmol, Jakarta Barat bersama dengan beberapa makam lainnya.
Seiring dengan waktu, pemandangan di Pisalo Basmol ke arah ufuk barat mulai terhalang oleh bangunan. Terlebih sawah lapang yang dijadikan tempat rukyatul hilal dijadikan lintasan kali yang cukup lebar. Dikarenakan tidak lagi memungkinkan, menurut KH. Ahmad Syarifuddin Abdul Ghani tokoh dan penerus rukyatul hilal Pisalo Basmol selain KH. Zawawi Mas`ud dan Ustadz Mawardi, pada tahun 1991, tempat rukyatul hilal dipindah ke Masjid Al-Musyari`in yang berjarak hanya beberapa meter di belakang tempat yang lama. Masjid Al-Musyari`in sendiri memiliki menara dengan ketinggian 28 meter, dan yang digunakan untuk rukyatul hilal pada ketinggian 25 meter dari menara. Tetapi, hanya pada ketinggian 9 meter saja, yaitu ketinggian yang ada di masjid, sebenarnya hilal sudah dapat dirukyat. Bukan hanya tempat rukyatul hilalnya saja yang berubah, tetapi juga sistem hisab yang dijadikan rujukan bukan hanya kitab Taqwim an- Nayyirain dan Sullam an-Nayyirain, tetapi juga menggunakan Ephemeris, Newcomb, dan lainnya.
Penggunaan sistem hisab yang modern atau kontemporer dilakukan oleh para ahli falak Betawi di Basmol ini, menurut saya, salah satu alasannya dikarenakan kitab-kitab falak karya ulama Betawi terdahulu seperti Taqwim an- Nayyirain dan Sullam an-Nayyirain yang biasa mereka gunakan memiliki kelemahan. Kelemahannya terletak pada rumusan-rumusan falak yang tertuang di dalam tabel-tabel di dalam dua kitab tersebut yang sulit dikembangkankan sehingga perlu ditunjang dengan sistem hisab yang terkini agar hasil perhitungannya lebih akurat. Pendapat saya ini merujuk dari hasil pengkajian Prof. Thomas Jamaluddin, pakar astronomi Indonesia dari LAPAN, terhadap kitab-kitab tersebut yang menyimpulkan bahwa hasil pengamatan dan rumusan perhitungan posisi dan peredaran matahari dan bulan telah dibukukan, diterjemahkan, dan dijelaskan oleh para ulama ahli falak terdahulu. Kitabnya dipelajari secara turun temurun. Dalam bentuknya yang awal, rumusannya dituliskan berbentuk tabel yang dalam perhitungannya menggunakan operasi matematika sederhana. Tabel tersebut memudahkan penggunanya, tetapi sulit menelusuri asal usul perhitungan rumit yang mendasarinya. Ini berbeda dengan rumusan modern yang menggunakan rumusan matematik rumit, tetapi setiap orang yang mempelajarinya bisa menelusuri asal-usul rumus tersebut dengan menurunkannya berbedasarkan rumus-rumus dasar yang umumnya telah diketahui. Para ulama ahli falak dahulu mewariskan cara penggunaan tabel tersebut, tetapi tidak banyak yang mengajarkan cara mendapatkan tabel-tabel tersebut. Banyak ulama di banyak daerah (termasuk di Betawi) yang menguasai ilmu falak seperti itu dan mengajarkan cara pemakaian kitab-kitab tersebut kepada para santrinya. Sayangnya, cara mengembangkan tabel-tabel seperti itu tampaknya tidak diturunkan ilmunya.Ini menjadi sebab kemadegan pengembangan metodenya.
Selain itu. seiring munculnya bangunan-bangunan tinggi di wilayah Basmol, maka kegiatan ngeker bulan akan semakin sulit dilakukan di wilayah ini karena pandangan ke ufuk barat terhalangi oleh gedung yang lebih tinggi dari menara masjid, polusi cahaya dan udara. Jika kegiatan ngeker bulan ingin terus dilanjutkan, maka pilihannya hanya dua, yaitu: Pertama, memindahkan tempat ngeker bulan ke wilayah lain yang representatif; atau kedua, kegiatan ngeker bulan ditinggalkan dan hanya melakukan kegiatan hisab dengan menggunakan sistem kontemporer berbasis IT yang memiliki tingkat akurasi tinggi. Jika pilihan kedua yang dilakukan, maka para ahli falak harus meningkatkan kemampuan hisab kontemporer dan menyiapkan kader-kader penerusnya sebagai ahli hisab kontemporer.
Akhir kalam, dalam rangka meningkatkan kemampuan para mubaligh dan aktivis dakwah di DKI Jakarta dalam hisab kontemporer dan sebagai salah satu kegiatan Tarhib Ramadhan 1434H, Jakarta Islamic Centre (JIC) mengadakan kegiatan Pelatihan Falakiyah Menghitung Awal Bulan Hijriyah untuk Mubaligh dan Aktivis Dakwah Se-DKI Jakarta pada hari Sabtu, 6 Juli 2013 dari jam 08.00 s/d 17.00 WIB di Ruang Mualim KH. M. Syafi`i Hadzami (Audio Visual). Acara ini gratis dengan fasilitas snack, makan, buku (Almanak Nautika), dan sertifikat. Bagi yang ingin menjadi peserta pelatihan ini dapat mendaftarkan diri ke 081314165949. Selain itu, dalam rangka Tarhib dan memeriahkan bulan Ramadhan, JIC juga mengadakan lomba untuk anak-anak pada tanggal 8 Juli, Jambore Anak pada tanggal 29-30 Juli. Bagi yang berminat, dapat menghubungi penyelenggara di 021-4413069, 021-44835349. ***
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Kepala Seksi Pengkajian JIC