PESAN KEMANUSIAAN DAN KEPEDULIAN SOSIAL HARI RAYA IDUL ADHA

0
366

KHUTBAH IDUL ADHA 1445 H MASJID RAYA PUSAT PENGKAJIAN DAAN PENGEMBANGAN ISLAM JAKARTA (JAKARTA ISLAMIC CENTRE)

PESAN KEMANUSIAAN DAN KEPEDULIAN SOSIAL HARI RAYA IDUL ADHA

Oleh : Prof. Dr. KH. Ali Masykur Musa, SH, M.Si., M.Hum

(Ketua Umum PP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama)

 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ  

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ  

 

Kaum Muslimin-Muslimat Jamaah Idul Adha Masjid Raya Jakarta Islamic Centre Rahimakumullah.,   

Mengawali khutbah ini, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan kepada seluruh jamaah, marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, yaitu melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Hal tersebut kita lakukan karena takwa merupakan predikat terbaik bagi hamba dihadapan Allah SWT. Salah satu wujud dari ketakwaan seorang hamba adalah melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Allah SWT tidak akan menerima daging atau darah dari hewan kurban, namun yang diterima Allah adalah ketakwaan dari orang yang berqurban.

Alhamdulillah, pagi hari ini kita semua berbahagia, karena kita dapat melaksanakan Shalat Idul Adha bersama-sama dan merayakan Idul Adha dengan khidmad dan penuh kedamaian. Karena itu, mari kita bersama merenungi makna dan hakikat yang terdalam dari Idul Adha.

 

Kaum Muslimin-Muslimat Jamaah Idul Adha yang berbahagia., 

Makna hakiki Idul Adha, yang juga disebut Hari Raya Haji, Hari Raya Besar-Idul Kabir adalah peristiwa penghambaan 2 (dua) Rasulullah kepada Allah SWT yang ditandai dengan penyerahan total atas perintah-Nya kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putra terkasih Nabi Ismail AS. Adapun makna praksis sosialnya adalah menyembelih hewan kurban sebagai wujud dari komitmen kemanusiaan dan sosial. Dua makna inilah yang diperintahkan Allah kepada kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pada Hari Raya Idul Adha ini, mari kita bersama-sama belajar dari pesan moral Nabi Ibrahim AS yang mendapat predikat Kholilullah (Sang Kekasih Allah). Imam Nawawi bin Umar Al Bantani Al Jawi dalam Kitab Nashoihul Ibad, halaman 10 mengisahkan tentang Nabi Ibrahim AS ketika ditanya, apa alasan utama Allah SWT. mengangkat Nabi Ibrahim AS menjadi Kholilullah dan dari keluarga ini lahirlah keturunan-keturunan para nabi dan rasul seperti Nabi Ishâq AS, Nabi Ya‘qûb AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Makna hakiki dari peristiwa tersebut terdapat tiga pesan yaitu, pertama, Nabi Ibrahim AS selalu mendahulukan perintah Allah; kedua, Nabi Ibrahim AS selalu bertawakkal kepada Allah; dan ketiga, Nabi Ibrahim AS adalah pribadi yang memiliki komitmen kemanusiaan dan sosial yang tinggi.

Pesan Pertama, Nabi Ibrahim AS menjadi Khalilullah (kekasih Allah) adalah karena selalu mendahulukan perintah Allah SWT. Hal tersebut mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim AS ketika diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih putra terkasihnya Nabi Ismail AS, sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat As-Shaffat 102 :

  فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Artinya: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.

Syekh Wahbah Zuhaili dalam Tafsir Munir li Zuhaili juz 23 halaman 117 menjelaskan bahwa ketika usia Nabi Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di Bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu untuk menyembelih anakmu.” Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT. atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah yang artinya, berpikir/merenung.

Pada malam ke-9 di Bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau meyakin bahwa mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah, yang artinya mengetahui, dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah. Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan perintah Allah SWT yaitu menyembelih putra terkasihnya, Nabi Ismail AS. Karena itulah, hari itu disebut Yaumun Nahr (hari menyembelih kurban), sebagaimana makna yang terkandung dalam Surat As-Shaffat 102.

Dalam Firman Allah yang lain disebutkan, sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Kautsar:

 إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ  (2)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu (Muhammad) nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah.” (Al-Kautsar 1-2)

Pada akhirnya Nabi Ibrahim AS lulus atas ujian Allah SWT, begitu juga Muhammad Rasullah SAW memetik kemenangan dalam perjuangan dalam menegakkan Agama Islam, hal itu dikarenakan ketundukan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Sudah semestinya kita mengambil pelajaran dari peristiwa di atas yaitu kita selalu berkurban dan membantu orang lain. Seluruh nikmat dan rezeki dari Allah harus kita bagi kepada sesama manusia.

 

Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa Li Allâh Al-Hamd  

Saudara-saudara sidang Idul Adha yang berbahagia.,

Pesan kedua, ketakwaan Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS selalu bertawakkal kepada Allah SWT, maksudnya, Nabi Ibrahim AS adalah Nabi yang selalu memadukan antara kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Nabi Ibrahim AS selalu memadukan langkah: ihktiar, berdoa, dan bertawakal dalam melaksanakan perintah Allah SWT.

Allah SWT. berfirman dalam Surat Ar Ra’d, ayat 11:

 إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ  

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”   

Dalam ajaran Islam, kita diperintahkan untuk selalu berikhtiar, berdoa, dan tawakkal kepada Allah SWT. Dalam konteks Hari Raya Idul Adha, Nabi Ibrahim AS selalu bekerja keras untuk melaksanakan perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim AS bekerja cerdas dengan mengklarifikasi mimpi hingga tiga kali. Nabi Ibrahim AS juga mendiskusikannya dengan Nabi Ismali AS. Nabi Ibrahim AS juga menerima perintah Allah tersebut dan mengerjakannya dengan ikhlas yang hanya tertuju untuk Allah SWT.

Nabi Ibrahim AS adalah pribadi yang arif bijaksana dalam berdakwa kepada masyarakat. Beliau menguasai berbagai bahasa, faham ajaran, beliau mengerti sosiologi, dialektika dan adat istiadat umatnya. Sehingga masyarakat yang didakwahi Nabi Ibrahim AS menerima ajakannya.

Keteladanan Nabi Ibrahim AS di atas penting untuk diamalkan generasi bangsa sekarang ini yaitu harus selalu rajin dan giat belajar dalam menguasai ilmu pengetahuan. Setiap generasi muda muslim wajib untuk mempelajari berbagai ilmu yang menjadi kebutuhan hidupnya untuk beribadah dan berjuang menegakkan Agama Islam. Barang siapa tekun ia akan akan sukses; siapa menanam pasti menuai; dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. Pemuda harus bangkit dan bergerak demi meneladani perjuangan Nabi Ibrahim AS.

 

Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar wa Li Allâh al-Hamd

Saudara-saudara sidang Idul Adha Rakhimakumullah.,

Pesan ketiga kedermawanan Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS adalah sosok nabi yang dermawan dan peduli sosial. Dikisahkan, Nabi Ibrahim AS  tidak pernah makan pagi dan makan sore, kecuali disertai oleh sahabat; walaupun beliau harus berjalan jauh untuk mencari sahabat dalam melakukan dakwah.

Dalam konteks hari raya Idul Adha, kita diperintahkan Allah untuk meneladani Nabi Ibrahim AS dalam hal kedermawanan dan kepedulian sosial. Intinya, kita harus meneladani Beliau yang mempunyai sikap: jangankan harta, tenaga, dan pikiran, bahkan putra terkasihnyapun Beliau kurbankan demi menjalankan perintah Allah SWT.

Ibadah kurban dan sedekah memiliki banyak keutamaan terlebih jika sedekah itu dikeluarkan di waktu yang mulia, seperti di bulan Ramadhan, dan tanggal 10 bulan Dzulhijjah.

Ibadah kurban yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS juga memiliki makna ajaran untuk menjunjung tinggi kemanusiaan dalam beragama. Kita perlu merenungkan mengapa Allah SWT mengganti Nabi Ismail AS dengan seekor domba. Hal ini mengandung hikmah diantaranya tidak diperbolehkannya mengorbankan dan meneteskan darah manusia. Penggantian “objek kurban” dari manusia ke binatang juga mengandung makna bahwa manusia memiliki hak untuk hidup (Hifdzu Nafs) di dunia. Siapa pun atas nama apa pun tidak boleh menghilangkan nyawa manusia.

Sekarang, kita tidak diperkenankan menyembelih putra kita, namun kita hanya diperintahkan untuk menyembelih hewan qurban dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Selain itu, kita juga  diperintahkan Allah SWT untuk menjadi seorang yang peduli sosial, membantu sesama yang membutuhkan.

Ya Allah Ya Rahman, Ampunilah umat Nabi-Mu, Nabi Muhammad SAW; kasihanilah mereka, bimbinglah mereka, sayangilah mereka, sebagaimana Nabi Muhammad SAW menyayangi umatnya. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

 

 بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

 

Khutbah II

 

   اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ.

  اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

   أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

Buku Khutbah Idul Adha 1445 H Masjid Raya JIC (2024)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here