Surabaya, (islamic-center.or.id)–Gelaran Walk for Harmony yang diinisiasi Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) pada Ahad (30/11/2025) tidak hanya menjadi ajang olahraga massal, tetapi juga wadah pertemuan sosial yang merangkul beragam kelompok masyarakat. Sebanyak 27.500 peserta memenuhi kawasan Masjid Al-Akbar Surabaya dalam agenda yang dirancang untuk memperkuat interaksi lintas komunitas.
Keikutsertaan pelajar, tokoh agama, perangkat desa, komunitas lokal, hingga keluarga dari beragam latar belakang menunjukkan bahwa ruang-ruang publik mampu menjadi medium penyatu masyarakat. Suasana semakin hidup mulai pagi hari, ditambah penampilan El Kiswa Gambus dan band Pagi Boeta yang menutup rangkaian acara.
Direktur Jenderal Bimas Islam, Abu Rokhmad, menegaskan bahwa kegiatan ini memang diproyeksikan menjadi arena perjumpaan sosial. “Hari ini kita ingin mengajak masyarakat melakukan dua hal mendasar: hidup sehat dan hidup rukun. Kesehatan jasmani dan kerukunan sosial adalah modal penting bagi kehidupan yang damai dan sejahtera,” ujarnya.
Abu menambahkan pentingnya menghadirkan nilai kerukunan dalam perilaku sehari-hari. “Toleransi tidak boleh berhenti sebagai slogan. Ia harus hadir dalam perilaku sehari-hari — dalam cara kita berkomunikasi dengan tetangga, menghargai perbedaan, dan menjaga hubungan baik dengan siapa pun,” katanya.
Melalui pendekatan yang inklusif, ujar Abu, Walk for Harmony dirancang untuk membumikan moderasi beragama dalam format yang ringan namun berdampak. “Kita ingin masyarakat merasakan langsung manfaat kebersamaan. Kalau kita rukun, sekolah lancar, pekerjaan lancar, dan hubungan sosial semakin kuat. Ini bukan hanya olahraga, tetapi investasi sosial bagi harmoni bangsa,” tuturnya.
Penyelenggara juga memberi ruang apresiasi melalui sejumlah hadiah undian, termasuk dua smart TV bagi peserta berkostum terbaik, 11 telepon genggam, tujuh motor listrik, satu sepeda motor, dua paket umrah, hingga satu mobil untuk hadiah utama.
Di tengah tingginya partisipasi masyarakat, Abu berharap energi kebersamaan ini berlanjut di lingkungan terkecil. “Semangat rukun ini harus dibawa pulang. Kalau harmoni dijaga bersama, kehidupan sosial kita akan semakin sehat dan kuat,” pungkasnya.*












