JIC, JAKARTA — Industri pariwisata halal kini semakin berkembang. Sejumlah Negara berlomba-lomba menyajikan wisata yang ramah muslim. Tidak mau kalah, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata pun turut serta menghadirkan wisata yang kini menjadi tren.
Baru-baru ini, pemerintah menargetkan kunjungan wisatawan muslim sebesar 5 juta orang pada 2019. Angka tersebut 25 persen dari sasaran total wisatawan mancanegara (wisman) yang jumlahnya 20 juta jiwa.
Menurut Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata Riyanto Sofyan, destinasi yang sudah ditetapkan sebagai tujuan wisata halal, terbukti mampu bertumbuh. “Jumlah wisatawan muslim yang datang ke Lombok meningkat 17,5% dalam periode 2014-2016, dari 2 juta orang menjadi 2,7 juta orang,” ujarnya, Selasa (22/8/2017).
Selain itu, Riyanto juga mengatakan saat ini pemerintah sedang mengembangkan aplikasi yang berisi informasi mengenai akomodasi terkait wisata halal di Indonesia. Hal ini dilakukan demi mendorong jumlah wisatawan muslim datang ke Tanah Air.
“Saat ini, pengembangannya masih dalam tahap pengumpulan data. Integritas datanya kan harus benar. Jadi, jangan sampai kami bilang halal tapi ternyata tidak,” ungkapnya.
Selain informasi mengenai hotel dan restoran, aplikasi tersebut juga mencakup data atraksi dan destinasi halal serta lokasi masjid. Riyanto berharap aplikasi ini dapat rampung secepatnya karena destinasi yang sudah ditetapkan sebagai tujuan wisata halal terbukti mampu bertumbuh.
Sementara itu, anggota Komisi X DPR RI Wiryanti Sukamdani menyatakan besarnya pasar halal ditunjukkan oleh mulai gencarnya negara-negara dengan mayoritas warga nonmuslim menawarkan paket wisata halal. Contohnya, Jepang dan Korea Selatan.
“Halal sudah bukan hanya brand, tapi lifestyle yang memberi nilai tambah bagi konsumen. Di negara-negara yang mayoritas penduduknya nonmuslim pun banyak berkembang karena lebih sehat dan higienis,” papar dia.
Pada kesempatan yang sama, Visit Indonesia Tourism Office (VITO) Halal Rafi-Uddin Shikoh mengungkapkan Indonesia harus mampu menyesuaikan paket wisata halal dengan masing-masing kebiasaan atau budaya asal wisatawan yang datang. Agen perjalanan dan pemerintah pun diingatkan untuk tidak terpaku pada wisata ibadah.
“Sebagian besar wisatawan halal datang untuk liburan. Mereka tidak datang untuk umrah, jadi destinasi utama yang dijual bukanlah masjid,” tutur dia.
Paket wisata dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah ada, tapi diberi nilai tambah. Contoh paling mudah yaitu mengintegrasikan paket wisata dengan belanja langsung di pusat fesyen muslim yang ada di Indonesia.
Pasar wisata halal memang sangat besar, di mana nilai pengeluaran wisatawan muslim sudah mencapai US$151 miliar pada 2015, di luar pengeluaran untuk haji dan umrah. Angka itu nyaris menyamai pengeluaran wisatawan China yang sebesar USD 168 miliar.
Sebelumnya, dalam data Global Muslim Travel Index (GMTI) 2017, Indonesia berada di posisi ketiga sebagai negara tujuan wisatawan muslim dunia. Posisi pertama dan kedua masing-masing diisi oleh Malaysia dan Uni Emirat Arab (UEA).
Sumber ; gomuslim.co.id












