JIC, Jakarta — Indonesia menjadi Negara pengirim bantuan pangan terbesar untuk pengungsi Rohingya. Hal ini sebagaimana tercatat dalam salah satu lembaran surat perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Divisi Chittagong, Bangladesh.
Direktur Global Humanity Response Aksi Cepat Tanggap (ACT) Bambang Triyono mengatakan, dalam lembaran surat itu, nama “Indonesia” mentereng dengan catatan approximately weight bantuan pangan sebesar 2.077 metrik ton. Dari jumlah tersebut, akumulasi bantuan sebesar 2.000 tercatat atas nama Aksi Cepat Tanggap (ACT), mewakili amanah besar bangsa Indonesia.
“Total seluruh bantuan pangan untuk Rohingya dari 15 negara mencapai berat 3.880,308 metrik ton. Alhamdulillah, dari jumlah sebanyak itu, 2.000 metrik ton adalah beras amanah dari Bangsa Indonesia yang dititipkan lewat ACT,” ujar Bambang.
Seperti dilaporkan sebelumnya, bantuan 2000 ton untuk Rohingya, beras amanah dari Bangsa Indonesia lewat program Kapal Kemanusiaan ACT telah tiba di Pelabuhan Chittagong pada Sabtu (14/10). Pengiriman beras ini bukanlah urusan mudah. Sekelumit aturan ekspor-impor barang bantuan kemanusiaan membelit di tengah jalan. Banyak pihak dilibatkan, baik di Indonesia maupun di Bangladesh.
Menurut Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin, ini adalah “perjalanan hati” yang menggerakkan hati banyak pihak. “Ada kebaikan hati banyak pihak untuk membantu menuntaskan amanah kemanusiaan beras dari Indonesia ini sampai ke kamp-kamp pengungsi Rohingya,” kata Ahyudin.
Sejak awal memproses urusan legal pengiriman, ACT sudah menyadari bahwa ini tak bakal menjadi sebuah pengiriman ekspor impor biasa. Akan ada banyak pemangku kepentingan yang dilibatkan.
Seperti yang dikatakan Ahyudin, 2.000 ton beras dari Indonesia ke Rohingya tak bakal bisa terjadi jika tak menyatukan banyak kekuatan. “Di depan pebisnis Bangladesh, pejabat tinggi Bangladesh bidang pengungsi Rohingya, dan perwira militer Bangladesh, Kami katakan, bantuan ini adalah bentuk persaudaraan kami sesama bangsa Asia. Seberapa pun besar bantuan dari Indonesia, tak lebih hebat dari kemuliaan Bangsa Bangladesh memberikan ruang untuk Rohingya,” papar Ahyudin.
Usai kapal tiba di Chittagong dan seluruh urusan legal tuntas, masih ada perjalanan panjang sejauh kurang lebih 150 kilometer dari Chittagong menuju ke Distrik Cox’s Bazar. Di distrik Cox’s Bazar inilah, lebih dari sejuta orang-orang Rohingya hidup sebagai pengungsi.
Meski sempat tertahan proses administrasi yang panjang dan rumit, surat-surat perizinan yang akhirnya berhasil dikantongi benar-benar menunjukkan ikhtiar masif bangsa Indonesia.
Butuh lebih dari 12 jam perjalanan, melintasi kemacetan luar biasa Kota Pelabuhan Chittagong menuju ke tujuan akhir di Distrik Cox’s Bazar, sebuah distrik setara kabupaten, tempat penampungan lebih dari sejuta pengungsi Rohingya. Perjalanan molor menjadi belasan jam, padahal jarak yang harus ditempuh hanya sekira 144 kilometer melintasi jalur utama penghubung Chittagong dan Cox’s Bazar.
Namun wajar, jika durasi perjalanan menjadi lebih lama, sebab perjalanan malam hari itu ditempuh oleh konvoi puluhan truk besar yang mengangkut belasan ribu karung beras dari Indonesia.
Sabtu (11/11) malam, atau malam Ahad waktu Bangladesh, total ada 21 truk yang menggilas aspal. Truk berjalan konvoi dari pelabuhan Chittagong menuju ke gudang milik pemerintah Distrik Cox’s Bazar. Ahad (12/11) pagi, gembok-gembok khusus yang dikunci sejak dari Pelabuhan Chittagong itu pun dibuka. Satu per satu dari 21 truk berisi beras dari masyarakat Indonesia diturunkan ke dalam gudang. Jika ditotal, 21 truk yang datang di tahap pertama ke Cox’s Bazar, menampung 15.066 karung beras atau setara dengan 376,65 ton.
Untuk seluruh 2.000 ton beras yang diboyong dari Chittagong, butuh kurang lebih 80 truk yang bertolak dari Pelabuhan Chittagong. Vice President ACT, Insan Nurrahman menuturkan amanah masyarakat Indonesia untuk Rohingya diterima dengan baik oleh pemerintah Bangladesh. “Tapi memang harus ada administrasi legal dengan proses yang panjang, cukup memakan waktu. Beras sempat tertahan cukup lama di Pelabuhan Chittagong,” katanya.
Usai semua izin distribusi bantuan rampung, Pemerintah Cox’s Bazar telah menyiapkan dua gudang khusus, untuk menampung 2.000 ton bantuan beras dari Indonesia. “Menurut regulasi yang ada di Bangladesh, setelah tiba di Bangladesh, usai semua izin administrasi rampung, beras bantuan ini pada akhirnya akan berada dalam pengawasan pemerintah. Insya Allah, mitra ACT di Cox’s Bazar pun akan ikut mengawal proses distribusi beras sampai ke titik-titik pengungsian Rohngya,” jelas Bambang.
Sumber ; gomuslim.co.id












