JIC, JAKARTA- Tapi apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh kita saat terjebak di lautan?
Di tengah laut, tubuh manusia dihadapkan pada dua tantangan besar: kekurangan air dan kondisi ekstrem.
“Tubuh pun merespons dengan dua cara yang disebut osmoregulasi dan termoregulasi,” kata Ahmad Ridwan, asisten profesor fisiologi hewan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB.
Osmoregulasi adalah penyesuaian agar tingkat cairan di dalam tubuh tetap seoptimal mungkin untuk bertahan hidup. Sel tubuh manusia terdiri dari 90% air; jika jumlah itu berkurang sampai 70%, maka sel akan terganggu berat.
Salah satu cara menjaga tingkat cairan di dalam tubuh ialah dengan menahan (retensi) air supaya tidak keluar — itu berarti lebih sedikit kencing dan berkeringat. “Mungkin dia tidak akan pipis, dalam sehari itu akan sedikit sekali urinenya,” imbuh Ridwan.
Sedangkan termoregulasi adalah upaya tubuh untuk mempertahankan diri agar perubahan temperatur tidak terlalu ekstrem. Suhu tubuh manusia harus dipertahankan di kisaran 37C.

Ridwan menambahkan bahwa dalam keadaan asupan energi rendah, tubuh akan melambatkan laju metabolisme sampai pada tingkat yang paling rendah sehingga terjadi penghematan energi. Kondisi ini disebut Basal Metabolic Rate (BMR).
“Satu-satunya cara adalah dengan dia pada kondisi rest (istirahat), yang dilakukan adalah dengan tidur. Harus melakukan aktivitas seminim mungkin,” ujarnya.
sumber : bbcindonesia.com