AMAN ABDURRAHMAN MENGAKU ‘KAFIRKAN APARAT PEMERINTAH’ NAMUN SEBUT SERANGAN BUNUH DIRI SURABAYA ‘TINDAKAN KEJI DENGAN DALIH JIHAD’

0
330

JIC, JAKARTA- Terdakwa berbagai dugaan serangan teror Aman Abdurrahman mengaku bahwa ia mengkafirkan aparat pemerintah namun menurutnya ia tidak menyerukan kekerasan dan menyebut serangan bom Surabaya dengan membawa anak merupakan hal yang salah.

Pekan lalu, jaksa menuntut agar Aman Abdurrahman dijatuhi hukuman mati, sebagai dalang untuk dua serangan teror tahun 2016 dan tiga serangan teror tahun 2017.

Dalam nota pembelaannya di sidang yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jumat (25/5) Aman menolak dakwaan jaksa, sekaligus mengecam serangkaian aksi bom bunuh diri di Surabaya beberapa waktu lalu.

“Kejadian ibu menuntun anak meledakkan diri di parkiran gereja, adalah tindakan yang tidak mungkin muncul dari orang yang memahami ajaran Islam dan tuntunan jihad,” katanya.

Adapun tentang serangan bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya, katanya, “merupakan tindakan keji dengan dalih jihad.”

Aman menolak dakwaan jaksa yang menyebutnya sebagai dalang atas sejumlah serangan teror pada tahun 2016 dan 2017 dengan memberikan arahan atau pengaruh dari dalam penjara.

“Walaupun saya kafirkan aparat pemerintah ini, akan tetapi sampai detik ini saya dalam kajian atau tulisan yang disebarluaskan, saya belum melontarkan seruan kepada saudara-saudara kami yang hidup di tengah masyarakat ini untuk menyerang aparat keamanan,” katanya.

Sejumlah serangan teror yang menurut jaksa melibatkan Aman Abdurrahman adalah dua serangan tahun 2016, yakni serangan sekitar jalan Thamrin, Jakarta dan serangan gereja Samarinda (2016), dan tiga serangan pada 2017, yakni serangan bom terminal Kampung Melayu, penusukan polisi di Mapolda Sumut dan penembakan polisi di Bima, NTB.

Kerusakan dan kehancuran di luar Gereja Pantekosta Surabaya, akibat serangan bom bunuh diri yang dilancarkan keluarga Dita yang disebut sebagai tokoh JAD pimpinan Aman Abdurrahman.Hak atas fotoULET IFANSASTI/GETTY IMAGES
Image captionKerusakan dan kehancuran di luar Gereja Pantekosta Surabaya, akibat serangan bom bunuh diri yang dilancarkan keluarga Dita Oepriarto yang disebut sebagai tokoh JAD pimpinan Aman Abdurrahman.

Dalam pledoinya Aman megaku menyadari pembelaan “tidak akan mempengaruhi vonis yang sudah disiapkan”.

Aman menyatakan baru mengetahui kasus-kasus penyerangan, seperti kasus gereja di Samarinda, Kampung Melayu, Bima, dan Medan yang didakwakan kepadanya, justru dari proses sidang.

“Kasus-kasus itu terjadi November 2016-September 2017.  Saya diisolasi di LP Pasir Putih NK (Nusa Kambangan) sejak Februari 2016. Di masa isolasi itu saya tidak tahu berita sama sekali dan tidak bisa bertemu maupun berkomunikasi kecuali sipir LP.”

Soal serangan di kawasan Thamrin, Jakarta, Aman juga membantah keterlibatannya.

“Saya tidak mengetahui rencana penyerangan.”

Aman menyebut, kalau guru si pelaku atau teman si pelaku pernah sekali bertemu atau pernah mendengar rekaman kajiannya atau membaca tulisan tentang syirik demokrasi, itu tak berarti ia terlibat.

“Buku-buku dan kajian saya baru bahas tauhid, belum bahas jihad.”

 

Sumber : bbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

12 + two =