
JIC – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk menghadapi musim hujan. Salah satunya adalah menyediakan sebanyak 1.243 lokasi pengungsian yang tersebar di lima wilayah Ibu Kota.
“Karena pandemi Covid-19, jumlah pengungsi maksimal dalam satu lokasi dibatasi. Sehingga, ada jaga jarak antarkeluarga yang mengungsi,” kata Plt Kepala BPBD DKI Jakarta, Sabdo Kurnianto dalam keterangan tertulis resminya, Kamis (28/1).
Sabdo menjelaskan, jumlah lokasi pengungsian tersebut setidaknya dapat menampung 172.936 orang. Namun, karena sedang menghadapi pandemi Covid-19, kapasitas pengungsi di lokasi pengungsian akan dibatasi.
“Kapasitas tampungan maksimal berkurang menjadi hanya sepertiganya, yakni 65.828 orang,” ujarnya.
Sabdo menuturkan, pihaknya juga telah memasang tanda dan arah lokasi pengungsian di 267 wilayah Kelurahan. Selain itu, BPBD DKI Jakarta pun bakal menyediakan layanan rapid test antigen bagi para pengungsi korban banjir.
Menurut dia, hal itu dilakukan untuk mencegah penularan virus corona di lokasi pengungsian. Ia menyebut, layanan rapid test antigen tersebut akan dilakukan oleh petugas dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
“Di masa pandemi Covid-19 itu kita harus tetap menerapkan protokol kesehatan, jadi pelibatan dari teman-teman semua dan terutama Dinas Kesehatan itu melakukan screening awal, tentunya melihat, kemudian ada terkonfirmasi, kemudian lanjut di rumah sakit rujukan, dengan demikian maka ini bagian daripada antisipasi,” jelas Sabdo.
Sabdo mengungkapkan, layanan rapid test antigen di lokasi pengungsian merupakan standar operasi prosedur (SOP) yang harus dijalankan selama pandemi Covid-19. Dia mengatakan, Pemprov DKI Jakarta pun sudah menyiapkan alat rapid test antigen yang dibutuhkan untuk memeriksa para pengungsi korban banjir.
“Jadi persoalan rapid antigen ini bagian yang bisa dilakukan dan insyaallah kita siap untuk barangnya sendiri, SOP-nya demikian,” tutur dia.
Di sisi lain, Sabdo menambahkan, pihaknya juga sudah mengeluarkan buku panduan mengenai kesiapsiagaan menghadapi banjir untuk masyarakat. Total ada sebanyak 33.311 buku panduan.
Adapun buku panduan tersebut sudah dibagikan kepada para pengurus RT/RW. Masyarakat pun dapat mengunduh buku panduan tersebut melalui .
“Panduan tersebut berisi penjelasan kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir. Mulai dari saat tidak terjadi banjir (tas siaga bencana), jika sudah ada potensi banjir, pada saat terjadi banjir. Jika berada di lokasi pengungsian dan setelah banjir,” ungkapnya.
“Harapannya, masyarakat lebih siap, meski personel dan pendukung lainnya kita kerahkan,” imbuh Sabdo.
Untuk mengantisipasi penumpukan pengungsi, lurah dan camat menyiapkan lokasi pengungsian alternatif sebanyak 2-3 kali lipat. Pemprov DKI juga menyiagakan petugas atau relawan kesehatan, serta gugus tugas daerah. Kemudian, melakukan sterilisasi lokasi pengungsian secara teratur, menyediakan hand sanitizer atau tempat cuci tangan dilengkapi tandon air dan sabun.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta mengeluarkan peringatan dini atas potensi curah hujan dengan intensitas yang lebat dapat disertai kilat/petir dan angin kencang/puting beliung di wilayah DKI Jakarta pada 28 Januari – 2 Februari 2021. Peringatan dini ini berasal dari data BMKG. Masyarakat pun diminta lebih waspada dan mempersiapkan diri.
BMKG telah mengeluarkan prakiraan cuaca berbasis dampak (IBF) untuk dampak banjir/banjir bandang dalam dua hari ini, yakni pada 28 – 29 Januari 2021. DKI Jakarta masuk dalam potensi dampak dengan status Siaga.
BMKG mencatat sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 94 persen dari 342 Zona Musim saat ini telah memasuki musim hujan. Hal ini juga telah diprediksi sejak Oktober 2020 lalu, bahwa puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021 di sebagian Sumatera bagian selatan, sebagian besar Jawa termasuk DKI Jakarta, sebagian Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat dan bagian selatan Papua.
BMKG juga mengeluarkan peringatan waspada gelombang tinggi dengan tinggi 1,25 sampai dengan 2,5 meter terjadi di Perairan utara Banten, Perairan Kepulauan Seribu, Laut Jawa Bagian Barat, Perairan Karawang-Subang dan Perairan Indramayu-Cirebon. Berdasarkan kondisi tersebut, maka kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan.
Sumber : republika.co.id