
JIC – Kekhusyukan seorang hamba ketika melaksanakan ibadah seperti shalat zikir, adalah kondisi yang diidam-idamkam. Allah Swt menyebut orang beriman itu diantara cirinya adalah shalatnya khusyuk. Namun, seringkali ada beberapa hal yang membuat shalat yang sedang kita laksanakan dirasa kurang khusyuk. Kemudian, apa sebenarnya yang menghalangi khusyuknya shalat? Mengutip al-Khusyu’ fi al-Shalah: Haqiqatuhu wa Asbabuhu karya Abu Abdillah al-Khatib dan beberapa karya lainnya, berikut ini sebab-sebabnya,
Shalat dengan menggunakan pakaian serta atribut-atribut yang dapat mengganggu
Pakaian dan atribut lainnya disaat melaksanakan shalat sangat perlu diperhatikan karena dapat mengganggu penglihatan yang kemudian merasuki hati dan pikiran, semisal, shalat menggunakan pakaian yang bergambar, membawa bendera, gelang, syal dan lain sebagainya.
Shalat dalam kondisi menahan keinginan yang memuncak
Keinginaan yang memuncak untuk melakukan sesuatu sebelum melaksanakan shalat dapat mengganggu hati dan pikiran pada saat melaksanakan shalat, sehingga sulit mendapatkan kekhusyukan. Contohnya, menahan kentut, kencing, buang air besar, lapar dan lain sebagainya.
Shalat dihadapan seseuatu yang dapat mengganggu
Melaksanakan shalat dimanapun berada sah-sah saja asalkan ditempat yang suci, hanya saja perlu diperhatikan tempat-tempat yang sekiranya ada gangguan harus dijauhi, seperti shalat dihadapan TV serta alat elektronik lainnya, dekat orang ngobrol, dan lain sebagainya.
Sering berdebat dan banyak omong
Faktor ini berhubungan dengan kegiatan sehari-sehari dari seseorang, jika dia sering berdebat dan banyak omong tentunya mulutnya akan banyak bersentuhan dengan kesalahan yang pada akhirnya dapat mengeraskan hati. Akibatnya, sulit merasakan kekhusyu’an dalam shalat disebabkan hatinya yang keras.
Tidak memperhatikan semua penyebab datangnya ke-khusyu’an dalam shalat diatas
Faktor terakhir ini tercermin pada seseorang yang tidak memperhatikan serta melaksanakan faktor-faktor penyebab datangnya sifat khusyuk sebagai mana disinggung diatas yang tentunya ia akan melaksanakan sebaliknya. Ia tidak semangat, tidak tulus, tidak pelan-pelan, tidak berusaha menyempurnan, tidak ingat mati dan seterusnya. Wallahu A’lam
Sumber : bincangsyariah.com












