BELAJAR YAKIN KEPADA ALLAH DARI NABI

0
1057

إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا ۖ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَىٰ ۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Jikalau kamu tidak menolongnya, sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika kaum kafir mengeluarkannya (dari Mekkah) sedangkan dia satu dari dua orang di dalam gua, di waktu dia berkata kepada sahabatnya, ‘Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’…” (QS At-Taubah, 9:40)

JIC – Ada kisah tentang Da’tsur, seorang jagoan Arab yang ingin menghabisi Rasulullah SAW Setelah sekian lama mencari dan mengintai, saat yang ditunggu-tunggu Da’tsur pun tiba. Dia melihat Rasulullah SAW duduk sendirian di bawah pohon kurma. Saat itu beliau tengah istirahat. Segera saja dia menghampiri beliau, menghunus pedang lalu menodongkannya ke leher Rasulullah SAW

“Wahai Muhammad, sekarang engkau sendirian. Siapa yang akan menolongmu?” gertak Da’tsur.

Dengan mantap Rasulullah SAW mengatakan, “Allah!”

Mendengar kata “Allah” disebut, Da’tsur langsung gemetar, lemas sekujur tubuhnya sehingga pedang yang dihunusnya jatuh. Rasulullah yang mulia segera mengambil pedang itu, lalu balik menodongkannya kepada Da’tsur, “Sekarang, siapa yang akan menolongmu?” seru beliau.

“Tidak ada wahai Muhammad, kecuali engkau mau menolongku!”

Bagi para ahli ma’rifat, kisah ini sangat mudah dibaca. Dengan sangat cepat, Rasulullah SAW mampu mengalihkan perhatian dari makhluk kepada kepada Zat Yang Menguasai makhluk. Mata beliau melihat Da’tsur, akan tetapi hati beliau fokus kepada Allah Azza wa Jalla yang menguasai Da’tsur. Dengan demikian, apa yang beliau ucapkan sangat powerful, penuh kekuatan. Kata “Allah” diucapkan sepenuh keyakinan. Itulah yang membuat Da’tsur terguncang.

Rasulullah SAW adalah sosok yang paling dekat, paling mengenal, dan paling yakin kepada Allah. Keyakinan beliau kepada-Nya adalah keyakinan yang sempurna, puncak dari keyakinan yang bisa digapai oleh seorang hamba. Keyakinan beliau bukan sekadar ‘ainul yaqin atau ‘ilmul yaqin, akan tetapi sudah mencapai derajat tertinggi dalam haqqul yaqin.

Maka, Rasulullah SAW menjadi sosok yang selalu ingat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Beliau tidak pernah sedikit pun lupa kepada Allah Ta’ala. Beliau selalu ingat kepada Allah, entah dalam kesendirian maupun dalam keramaian. Sedang bangun maupun sedang tertidur. Beliau tidak menuhankan apapun sehalus apapun, selain menuhankan Allah, Zat Pencipta alam semesta.

Bagi Rasulullah SAW dunia dan segala kemewahan di dalamnya bukanlah apa-apa. Ada tidaknya harta sama saja bagi beliau. Limpahan harta benda tidak sedikit pun melenakan beliau dari mengingat Allah. Hadirnya limpahan harta berarti hadirnya kedermawanan yang tiada duanya. Usai memenangkan Perang Hunian misalnya, Rasulullah SAW memberikan seratus ekor unta kepada beberapa orang Quraisy, termasuk kepada Abu Sufyan dan kedua puteranya, Yazid dan Mu’awiyah. Memberi 40 uqiyah perak kepada satu dari setiap tiga orang. Memberikan harta berlimpah kepada Hakim bin Hizam dan Al-Harits bin Hisyam. Memberi 300 ekor unta kepada Shafwan bin Umayyah yang kemudian berujar, “Rasulullah memberiku sedemikian rupa. Padahal, beliau adalah orang yang paling aku benci. Namun, beliau terus memberiku sampai dia menjadi orang yang paling kucintai.” (Asy-Syifâ, 1/60, dalam Nizar Abazhah, Pribadi Muhammad SAW hlm. 100)

Beliau tidak pernah takut kehilangan dunia, tidak ada rasa kecintaan kepada dunia sedikit pun. Meski ditawari dunia sebanyak apapun, Rasulullah SAW tidak pernah gentar untuk tetap menegakkan kalimat tauhid.

Kaum kafir Quraisy pernah mengarahkan berbagai macam ancaman dan juga pernah menawarkan kepada Rasulullah SAW Harta, tahta, wanita, dan aneka kenikmatan dunia dengan syarat beliau mau menghentikan dakwah. Namun apa jawaban Nabi? Dengan penuh keyakinan, beliau menjawab, “Demi Allah, seandainya mereka letakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan dakwah ini, aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah sendiri yang akan memenangkan agama ini atau aku binasa karenanya.” Adakah jawaban sehebat dan setegas ini?

Beliau adalah sosok yang sangat sempurna tauhidnya sehingga semua amalnya dilandasi keikhlasan lillâhi ta’âla. Tidak ada di dalam hatinya rasa ingin dipuji, ingin diakui, dihargai demi kepentingan pribadi. Tidak ada! Kalaupun dalam kalimat syahadat ada nama beliau bersanding dengan nama Allah, itu karena kehendak Allah Swt. Beliau hanya senang pada apa yang disenangi Allah dan benci kepada apa yang dibenci oleh Allah Swt. Tidak ada yang beliau lakukan kecuali hanya karena Allah semata.

Meski Rasulullah SAW pernah disakiti, dimusuhi, diperangi, diboikot, dilempari kotoran unta, semua itu sama sekali tidak membuat beliau goyah. Karena beliau ikhlas menjalani perjuangan tauhiid. Tiga belas tahun lamanya beliau dakwah tauhid di Mekkah, selama itu pula berbagai serangan dialamatkan kepada beliau. Namun, beliau tidak goyah.

Bukti bahwa tauhid Rasulullah SAW sempurna adalah beliau tahan menghadapi cobaan sedahsyat apapun. Beliau tetap tenang dalam kondisi sekritis dan sesulit apapun. Rasulullah SAW mampu bersikap seperti ini karena beliau yakin akan janji dan pertolongan Allah Ta’ala.

Maka, ketika kaum Quraisy bahu membahu mengepung Rasulullah SAW saat hijrah, beliau dapat pergi dengan tenang melewati dan menjauhi mereka, lalu bersembunyi di Gua Hira bersama Abu Bakar. Beliau percayakan segala urusan kepada Allah dengan kepercayaan mutlak. Melihat Abu Bakar ketakutan setelah mendengar hiruk-pikuk para pengejar di mulut gua, beliau berkata dengan tenang kepada Abu Bakar, “Janganlah engkau berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita …” (QS At-Taubah, 9:40)

Sumber : tasdiqulquran.or.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

9 + 19 =