INDAHNYA MUSYAWARAH KELUARGA

0
36

Serial Keluarga Sakinah (Edisi Ketiga)

Oleh:

Arief Rahman Hakim, S.Sos. M.Ag || Kasubdiv Pendidikan dan Pelatihan PPIJ 

DALAM kehidupan rumah tangga seorang ayah memang berperan sebagai kepala keluarga, namun ia tidak menutup pintu dialog, diskusi dan musyawarah di dalam keluarga inti. Isteri dan anak-anak memiliki hak berpendapat dan mengutarakan keinginannya, termasuk kendala-kendala dalam interaksinya di kampus, pesantren, dan sekolah.

Komunikasi, saling bertukar ide adalah di antara awetnya hubungan rumah tangga, dan anak-anak merasa happy jika aspirasinya didengar dan diterima oleh ayah ibunya selama selalu dalam koridor yang Allah swt ridhai.

Allah swt berfirman,

وَٱلَّذِينَ ٱسْتَجَابُوا۟ لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka

[asy-Syura (42) : 38]

Ayat ini menunjukkan perhatian besar Islam terhadap musyawarah, dan telah mewajibkan semenjak awal-awal dakwah Rasulullah saw, karena surah asy-Syura ayat 38 ini diturunkan di Mekkah.

Sebagai salah satu karakter yang khas di dalam Islam, musyawarah juga salah satu aspek penting ibadah setelah keimanan dan mendirikan salat. Karena itu menurut Prof. Dr. Taufik Yusuf Al-Wa’iy dalam salah satu tulisannya, Siapa pun yang mengingkari atau mengabaikan musyawarah dianggap cacat dalam komitmen terhadap salah satu bentuk ibadah

Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam (Pendidikan Anak dalam Islam), memuat salah satu sub bab Pendidikan dengan Adat Kebiasaan. Bahwa di antara kebiasaan-kebiasaan baik yang diajarkan orangtua akan berpengaruh besar terhadap jiwa dan psikologi anak hingga remaja dan dewasa. Jika ruang-ruang dialog, musyawarah di dalam keluarga senantiasa terbuka lebar maka ayah, ibu dan anak-anak akan terbiasa menghormati pendapat, ide dan usulan orang lain. Sebaliknya, jika ayah, ibu sangat keras dalam berpendapat khawatir respon dan dampak ke anak-anak juga menjadi kurang baik.

Seorang ayah akan selalu teringat pesan Rasulullah saw, Tidak ada pemberian yang lebih baik dari seorang ayah kepada anaknya daripada akhlak yang baik. [HR. Tirmizi]

Dalam Kitab Ihya Ulumiddin Imam Ghazali mengatakan, Anak adalah amanah bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang suci adalah permata yang sangat mahal harganya. Jika dibiasakan pada kejahatan dan dibiarkan seperti dibiarkannya binatang, ia akan celaka dan binasa. Sedang memeliharanya adalah dengan upaya pendidikan dan mengajari akhlak yang baik.

Indahnya musyawarah keluarga menjadikan seorang ayah sebagai kepala keluarga tidak merasa tinggi hati, merasa jumawa bahwa pendapatnya harus selalu diterima oleh isteri dan anak-anak. Isteri bebas terbuka mengutarakan pendapatnya dan bersikap bijak menerima pendapat yang paling baik dan benar. Dan anak-anak merasa dihargai oleh ayah ibunya, semakin tanggung jawab dengan amanah dari kedua orangtuanya dalam mengenyam pendidikan, selalu open dan menjadikan musyawarah keluarga sebagai wadah curhat dan keinginan-keinginan masa depannya berhasil dan lebih baik.

Semoga Allah ta’ala mudahkan kita menjadi ayah ibu yang bijak, sabar mengemong dan mendidik anak-anak. Aamiin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

4 × three =