JIC, NEW YORK — Dalam musim kampanye para calon Presiden AS yang didominasi Donald Trump, Muslim tidak selalu merasa diterima di AS.
Namun, makanan halal yang disiapkan sesuai syariat Islam termasuk yang tumbuh cepat di AS dan menjadi salah satu makanan kegemaran para milenial negeri Paman Sam.
Pembuat aplikasi panduan restoran halal AS Zabihah, Shahed Amanullah hanya menemukan 200 tempat yang menyajikan makanan halal ketika ia mulai membuat Zabihah pada 1998 lalu.
Kini, Zabihah bisa menelusuri sekitar 7.600 restoran yang menyajikan makakan halal. ”Makanan adalah medium luar biasa berbagi budaya,” kata Amanullah seperti dikutip Bloomberg, pekan ini.
AS memiliki kultur makanan sendiri di mana isu etika pada hewan kini jadi arus utama. Hal serupa terjadi pada makanan Italia di masa lalu dan makanan kosher yang punya kemiripan dengan makanan halal. Aturan Islam menyuruh manusia memperlakukan hewan dengan baik, termasuk saat penyembelihan.
Di hampir semua rantai pasok pangan di AS, produk halal menunjukkan pertumbuhan nyata meski masih kecil. Perusahaan riset, Nielsen, mempredikssi penjualan pangan halal di toko-toko ritel dan sejenisnya mencapai 1,9 miliar dolar AS selama 12 bulan per Agustus 2016. Ini naik 15 persen dibanding 2012 lalu.
Penjualan Makanan Halal Capai 20 Miliar Dolar AS
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Berdasarkan Islamic Food and Nutrition Council of America, secara keseluruhan dari restoran hingga supermarket, penjualan produk halal diproyesikan mencapai 20 miliar dolar AS tahun ini, naik sepertiga dari 2010. Makanan bersertifikat halal, promosi, dan edukasi masuk pula dalam laporan itu.
Pionir perusahaan makanan organik dan alami asal AS, Whole Foods Market Inc., menilai produk halal sebagai salah satu produk yang berkembang pesat dengan tingkat pertumbuhan di kisaran angka galam lima tahun terakhir. Whole Foods bahkan menggelar promo Ramadhan sejak 2011.
Kritikan terhadap Islam dan seruan boikot terhadap produk beraroma Islam, kata Amanullah, justru jadi bumerang bagi dan malah mendorong bisnis produk halal. Saat Whole Foods memulai promo Ramadhan, mereka menuai kritik.
Global Grocery Coordinator Whole Foods, Rickk Findlay, mengatakan perusahaannya tidak gentar atas kritik itu. ”Orang-orang justru datang ke Whole Foods untuk mencari tahu trend setter yang jadi buah bibir itu,” kata Findlay.
Data domografi membuat produk halal nampak tak rentan atas risiko. Menurut riset Pew Research Center, ada 3,3 juta Muslim di AS pada 2015 lalu dan populasi Muslim diprediksi akan tumbuh mencapai 8,1 juta jiwa pada 2050. Dengan begitu, Muslim akan melampaui jumlah populasi Yahudi yang sejauh ini menjadi kelompok agama terbesar setelah Kristen di AS.
Makanan Halal Disukai non-Muslim
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — CEO American Halal Co., Adnan Durrani, memprediksi 80 persen konsumen produk di bawah merek Saffron Road bukanlah penganut Islam.
Mereka hanya penyuka makanan yang menginginkan makanan lebih baik. Saffron Road adalah satu bintang di jaringan Whole Foods and dijual lebih dari 12 ribu lokasi.
Durrani sendiri mengonsumsi makanan kosher saat masih anak-anak mengingat sulitnya mencari makanan halal. Berbeda dengan saat ini di mana manakan halal jauh lebih mudah didapat, salah satunya yang disediakan Halal Guys di New York.
Director of Marketing Halal Guys, Andrew Eck, mengatakan selain New York dan Chicago yang merupakan kota tempat bertemunya aneka etnik, Halal Guys membuat satu gerai di sebuah kota kecil di California.
”Makanan halal tidak hanya disukai warga perkotaan, tapi juga oleh warga pinggiran kota dan mereka non Muslim,” kata Eck menerangkan.
Halal Guys dinilai telah menembus demografi dengan rasa. Di jam makan siang, setidaknya ada 20 orang mengantre di gerai Halal Guys.
Ditanya mengapa mengatre makan di sana, para pengunjung memberi jawaban sederhana, karena ingin makan daging ayam atau kambing, bukan mengikuti agama tertentu. Halal Guys sudah berhenti menyajikan menu daging kambing, tapi konsumen mereka terus meminta.











