Sambut gembira
JIC, JAKARTA- Dari sisi karyawan, sejumlah orang menyambut gembira cuti bersama Lebaran.
“Ya senang, soalnya liburannya kan panjang. Tapi itu semua tergantung keputusan pabrik. Sebab kadang keputusan pabrik beda dengan pemerintah,” kata Kusniyati, buruh tekstil di Solo.
“Cuti bersama bisa membuat kita dekat dengan keluarga. Waktu istirahat kita juga jadi lebih banyak. Setuju banget,” ucap Asep Suratman, karyawan dealer motor di Bandung.
Akan tetapi, walau bagus buat pemudik dan pekerja, bisa buruk buat pebisnis.
Bagi Ade Sudrajat, ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, cuti bersama yang teramat panjang bakal membuat pebisnis tekstil harus merogoh kocek lebih dalam untuk membayar uang lembur.
“Cuti bersama Lebaran ini terlalu panjang. Resminya kan libur hanya dua hari. Kalau disebut cuti bersama ya berarti keputusan libur sehingga jika tetap bekerja di H+4, dihitungnya lembur. Padahal itu hari kerja biasa. Ini akan berbahaya untuk efisiensi ekonomi kita,” papar Ade Sudrajat.
Hak atas fotoAFP‘Nggak lazim’
Alasan keberatan lainnya dikemukakan Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio.
Menurutnya, kalender cuti di pasar keuangan sudah ditetapkan setahun sebelumnya, yang menjadi dasar bagi investor dalam melakukan rencana investasi, rencana keuangan, dan anggaran.
“Tapi kalau mendadak-mendadak begini, agak nggak lazim,” sebut Tito mengacu keputusan cuti bersama dari 11 hingga 20 Juni yang dibuat pada 18 April lalu.
Tito juga mengeluhkan durasi cuti bersama yang, menurutnya, “terlalu lama dan tidak tepat”.
“Mata uang kita sedang berfluktuasi cukup tajam, naik turun. Ada ketidakpastian di dunia. Tiba-tiba dua minggu bursanya tutup.”
“Kalau tiba-tiba ada perbaikan atau ada perubahan, tidak ada action selama dua minggu. Saya banyak menerima complaint dari investor asing, terutama,” papar Tito kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.
Hak atas fotoAFP/GETTY IMAGESBagaimanapun, ada juga sektor ekonomi lain yang justru mendapat imbas positif dari cuti bersama, seperti dikemukakan pengamat ekonomi, Josua Pardede.
“Dengan adanya libur yang cukup panjang ini akan mendorong spendingmasyarakat yang mudik dan berwisata. Tren ekonomi kita sekarang kan berubah spending-nya menjadi jalan-jalan, leisure. Jadi kemungkinan bisa mendorong sektor pariwisata selama cuti Lebaran,” papar Josua.
Di balik pro dan kontra dampak ekonominya, yang perlu dipikirkan ke depan, apakah keputusan itu adil bagi semua karyawan yang harus rela jatah cutinya dipotong tidak atas dasar kemauan mereka.
Sumber : bbcindonesia.com













