JIC– Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) pekan ini di New York untuk pertama kalinya membahas resmi kecerdasan buatan (AI).
Inggris, yang menjabat ketua bergilir Dewan Keamanan selama Juli, menginginkan dialog internasional mengenai dampak AI terhadap perdamaian dan keamanan global.
Pembahasan itu akan digelar pada Selasa (18/7) dan dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly.
Inggris belakangan ini sedang berupaya menjalankan peran pemimpin global soal aturan AI.
Pemerintah negara-negara di seluruh dunia sedang menjalankan upaya mengurangi bahaya kebangkitan teknologi AI, yang bisa membentuk kembali perekonomian serta mengubah tataran keamanan internasional.
Pada Juni, Sekretaris Jenderal PBB mendukung proposal yang diajukan beberapa pemimpin AI mengenai pembentukan badan pemantau AI semacam Badan Energi Atom PBB (IAEA).
Sebelumnya, Wakil Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) atau Jakarta Islamic Centre DR KH Didi Supandi, MA mengatakan, ditengan revolusi teknologi 4.0 yang mejanjadi pusat perhatian disitu adanya Artificial Intelligence (AI).
Menurut Kiai Didi Supandi menilai efek negatif dari Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan ini bisa dijadikan alat untuk memanipulasi di dunia soisal.
Contoh paling sederhana, lanjut Kiai Didi, dari Artificial Intelligence ini memiliki filter wajah yang bisa merubah wajah seseorang sehingga berbeda dengan wajah asli orang tersebut.
“Contoh sederhana wajah nenek bisa diubah menjadi wajah gadis berusia 17 tahun, suara pun bisa diubah menjadi suara yang paling sensual. Mukanya bisa dipilih, suaranya bisa dipilih, pas ketemu mukanya sudah peot,” ujarnya pada saat pembukaan pelatihan pelatihan retorika dakwah yang diadakan Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) Jakarta Utara.
“Ini adalah bahaya-bahaya di era perkembangan teknologi modern di era digital yang kita sebut dengan revolusi industri 4.0,” tandasnya.
 pekan ini di New York untuk pertama kalinya membahas resmi kecerdasan buatan (AI)){kind=link}