DEBAT PILPRES 2019: DARI UNICORN SAMPAI ‘PERANG’ TAGAR, APA SAJA YANG DIBAHAS WARGANET?

0
190

Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kedua kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) saling memberi salam seusai debat capres 2019 disaksikan moderator di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019).

JIC, JAKARTA–Dalam debat kedua, topik yang dibahas adalah soal infrastruktur, lingkungan, sumber daya alam, energi dan pangan.

Masing-masing kandidat capres dalam debat kali ini tidak didampingi oleh kandidat wakil presiden mereka.

Dari aksi saling berbalas tagar sampai cek fakta atas pernyataan masing-masing kandidat, berikut lima hal yang dibahas warganet dari debat tersebut.

‘Perang’ tagar antara dua kubu pendukung

Di media sosial, ada dua tagar yang ramai digunakan oleh masing-masing pendukung capres, yaitu #debatpintarjokowi dan #PrabowoMenangDebat.

Dalam catatan Spredfast, saat berita ini diturunkan pada Minggu (17/02) malam, tagar #debatpintarjokowi sudah digunakan dalam hampir 107.000 cuitan sejak tagar tersebut mulai muncul pada Jumat (15/2).

Sementara itu, tagar #PrabowoMenangDebat yang muncul sejak Sabtu (16/2) dipakai di sekitar 101.000 lebih cuitan.

Namun, pengamat politik dari Indikator, Burhanudin Muhtadi menyebut bahwa aksi saling balas tagar yang terjadi di media sosial tak terjangkau oleh sebagian besar pemilih Indonesia.

Saat debat dimulai, pengamat terorisme Sidney Jones berkomentar bahwa Prabowo “seperti Hugo Chavez” sementara Jokowi “terlihat sangat santai dan percaya diri”.

Keriuhan antara pendukung dua capres tersebut pun tidak hanya terjadi di media sosial menggunakan tagar, namun juga lewat yel-yel yang terdengar di lokasi.

Sanksi perusak lingkungan dan konflik agraria

Saat ditanya soal langkah strategis untuk mengatasi akar masalah lingkungan, kandidat capres Prabowo Subianto mengatakan bahwa dia akan melakukan penegakan hukum yang tegas terhadap perusahaan-perusahaan yang melanggar aturan lingkungan dan tidak mau membayar pajak untuk membersihkan limbah.

Selain itu, dia mengatakan, “Saya akan pisahkan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup. Yang satu harus mengawasi yang lain, tidak menjadi satu. Izin-izin akan kita perketat, tidak ada jalan untuk AMDAL yang sangat cepat.”

Namun Presiden Jokowi mengklaim bahwa dalam tiga tahun terakhir, pemerintahannya bisa mengatasi kebakaran hutan dan lahan gambut karena penegakan hukum yang tegas.

“Sudah ada 11 perusahaan yang harus membayar sanksi sebesar Rp18,3 triliun, penegakan hukum kita tegas terhadap pelanggar-pelanggar perusak lingkungan,” katanya.

Namun klaim soal sanksi ini dipertanyakan oleh organisasi lingkungan Greenpeace dan warganet.

Selain itu, pernyataan Presiden Jokowi soal tidak adanya konflik lahan dan agraria dalam pembangunan infrastruktur pun mendapat pertanyaan dari sebagian warganet selain juga oleh LSM hak asasi manusia, KontraS.

sumber : bbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

one − 1 =