DOA KETIKA TERTIMPA BENCANA ATAU MUSIBAH

0
358
Sejumlah personel pemadam kebakaran dari PT Sumatera Riang Lestari melakukan proses pemadaman kebakaran hutan yang berbatasan dengan konsesi perusahaan di Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis, Riau, Rabu (27/2/2019). Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Pulau Rupat sudah berlangsung sebulan sejak mulai membara pada 28 Januari 2019, dan tim pemadam gabungan dari Satgas Darurat Karhutla Riau dibantu perusahaan kini mulai bisa mengendalikan kebakaran di daerah tersebut. ANTARA FOTO/FB Anggoro/ama.

 

JIC – Musibah atau anugerah selalu hadir dalam kehidupan manusia. Entah besar maupun kecil. Lazimnya musibah diidentikkan dengan hal-hal buruk yang merugikan kita, sementara anugerah adalah hal-hal baik yang menguntungkan kita. Sejatinya, predikat “baik-buruk” atau “untung-rugi” bukan terletak pada jenis peristiwa atau sesuatu yang kita terima melainkan bentuk sikap kita saat merespon peristiwa atau sesuatu tersebut. Dengan bahasa lain, “musibah” kadang menjadi anugerah bagi orang tertentu namun tidak bagi orang lain, sementara “anugerah”  justru menjelma musibah bagi sekelompok orang tapi tidak bagi orang lainnya.

Rasulullah mengajarkan, saat kita tertimpa musibah agar membaca doa berikut ini:

إنّاَ للهِ وإنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أجِرْنِي فِي مُصِيبَتي وأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْها

Innâ lillâhi wa innâ ilaihi râji‘un. Allâhumma ajirnî fî mushîbatî wa akhlif lî khairan minhâ.

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, karuniakanlah padaku pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya.”Dalam hadits Shahih Muslim disebutkan bahwa barangsiapa membaca doa tersebut, niscaya Allah akan memberinya pahala dalam musibahnya dan memberinya ganti yang lebih baik daripadanya. (Lihat Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Adzkâr, Penerbit Darul Hadits, Kairo, Mesir)

Musibah, meski berwujud dalam satu bentuk, bisa dimaknai dalam berbagai sudut pandang. Musibah dapat diartikan sebagai adzab atau peringatan atau sebagai ujian atau cobaan. Cara memahami musibah dari perspektif pertama ini lebih utama karena dapat menimbulkan introspeksi (muhasabah), yang mendorong manusia mengoreksi kekurangan-kekurangannya lalu berusaha memperbaiki diri.

Sumber : islami.co

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 × five =