GADIS YANG BUJUK KELUARGANYA HIJRAH KE SURIAH: ‘ISIS TELAH MEMBAJAK DAN MERUSAK ISLAM’ (2)

0
237

Berupaya keluar Suriah

JIC, JAKARTA- Beberapa bulan setelah sampai di Suriah, Nur semakin banyak menemukan gambaran kehidupan di Suriah dalam propaganda ISIS sangat berbeda dengan kenyataan.

“Dari segi keduniaan tidak ada (kesesuaian) – walaupun ada sedikit. Tapi janji -janji yang mereka omongkan di awal itu enggak ada sama sekali yang ditepati.”

“Dari segi agama banyak sekali yang bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri,” kata Nur.

Di sisi lain, ISIS mulai kehilangan wilayah kekuasaannya, terdesak oleh milisi yang dibantu pasukan koalisi pimpinan AS, dan milisi dan pasukan militer pemerintah Suriah yang dibantu Rusia.

Dia pun mulai mencari jalan untuk keluar dari Suriah. Namun keluar dari wilayah ISIS ternyata jauh lebih sulit dibandingkan ketika masuk ke sana.

WNI di kamp Ain IssaHak atas fotoAFP
Image captionPara WNI ditampung di kamp Ain Issa sebelum dipulangkan ke Indonesia.

Setelah gagal meminta bantuan KBRI, Nur dan saudaranya meminta bantuan penyelundup dengan kemampuan bahasa Arabnya yang terbatas.

“Harus diam-diam kabur dari wilayah itu. Dulu saya yang semangat mengajak keluarga untuk berangkat, jadi merasa bertanggung jawab untuk membawa mereka keluar. Saya banyak keliling bagaimana kita mencari jalan untuk keluar,” ujar Nur.

Rombongan kemudian kehilangan dua anggotanya yang disebutnya meninggal karena sakit: seorang kerabatnya, serta neneknya yang berusia 78 tahun.

Akhirnya setelah beberapa kali gagal dan juga ditipu oleh penyelundup, keluarga tersebut berhasil melarikan diri dari wilayah ISIS.

“Situasi lagi genting, jadi harus memanjat jembatan yang sudah dibom,” kata dia.

Akhirnya mereka keluar dari Raqqa melalui Irak, dan ditempatkan di lokasi pengungsian, sementara yang laki-laki sempat diinterogasi dan ditahan. Di lokasi pengungsian, Nur sempat meminta bantuan media. saat itu, BBC News Indonesia pun sempat mewawancarainya melalui telepon.

Deportan ISISHak atas fotoBBC INDONESIA
Image captionSalah satu terdakwa kasus terorisme karena pergi ke Suriah, bersama dengan keluarganya di PN Jakarta Barat.

Ayah dan paman diadili

Setelah kembali ke Indonesia, keluarga tersebut mengikuti program deradikalisasi oleh BNPT. Meski begitu, ayah Nur, Dwi Joko dan dua pamannya Iman Santosa dan Heru Kurnia harus menjalani proses hukum.

Pada Selasa 22 Mei 2018, Iman Santoso divonis empat tahun penjara karena terbukti bersalah melakukan tindak pidana terorisme dengan menjadi simpatisan ISIS di Suriah serta pendanaan terorisme. Hukuman ini lebih rendah dari tuntutan jaksa yaitu tujuh tahun penjara.

Hakim menilai Iman Santoso masih berkomitmen terhadap NKRI dan, disebutkan sempat dianiayaoleh tahanan lain karena berupaya mencegah perekrutan oleh ISIS.

Dwi Joko disebutkan sempat pula dianiaya sesama tahanan karena menjelaskan mengenai kehidupan di bawah ISIS yang berbeda dengan propaganda di media sosial. Dwi Joko dan Heru Kurnia masih diadili di PN Jakarta Barat.

Jaksa menyebutkan Dwi Joko menghadapi dua dakwaan: dengan sengaja membuat ancaman teror dengan mengikuti pelatihan paramiliter di Raqqa Suriah dan membantu dan mendanai terorisme. Dia menghadapi ancaman hukuman seumur hidup.

Menurut jaksa, Dwi Joko berangkat ke Suriah setelah mendengar ceramah Iman, yang dilaporkan dalam pengajian keluarga secara rutin, membrikan ceramah mengenai kewajiban berjihad bagi Muslim. Iman memiliki peranan mengatur perjalanan dan melakukan kontak dengan pemandu lokal.

 

sumber : bbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × four =