‘GERAKAN ISLAM EKSKLUSIF’ TUMBUH SUBUR DI KAMPUS-KAMPUS NEGERI, MENURUT STUDI NU (3)

0
299

‘Mengancam kebhinekaan’

JIC, JAKARTA—LPPM UNUSIA menilai bahwa keberadaan gerakan-gerakan Islam eksklusif di lingkungan kampus yang hadir secara sistematis melalui berbagai organisasi kemahasiswaan berpotensi mengancam pluralitas kampus negeri.

Ancaman itu, menurut mereka, bisa sesederhana mengimbau mahasiswa Muslim untuk tidak mengucapkan selamat hari raya kepada penganut agama lain, hingga mempermasalahkan kepemimpinan sosok perempuan pada suatu struktur organisasi.

“Otomatis dia akan mengeksklusi orang di luar (paham) mereka, sementara logic dari public university itu kan ruang bagi semua,” imbuh Okky.

Koordinator Media LPPM UNUSIA, Okky TirtoHak atas fotoBBC NEWS INDONESIA
Image captionKoordinator Media LPPM UNUSIA, Okky Tirto, khawatir akan munculnya kelas menengah dengan pandangan eksklusif yang bisa membahayakan kebhinekaan.

Ia khawatir apa yang terjadi pada skala universitas bisa berlanjut ke skala yang lebih besar ketika kader-kader tersebut memegang posisi penting di masa depan.

“(Itu bisa) melahirkan kelas menengah baru di republik ini yang cara pandangnya eksklusif dan itu mengancam kebhinekaan,” tuturnya.

Ia merekomendasikan agar kelompok Islam inklusif di kampus segera menyadari peran mereka untuk mencegah semakin besarnya gerakan Islam eksklusif dan untuk segera melakukan langkah terukur. Gerakan sistematis dinilai harus dilawan dengan gerakan yang sistematis pula.

“Misalnya mereka mentoring seminggu sekali, ada liqo (pertemuan) seminggu sekali, rutin sampai terbentuk habitusnya, cara berpikirnya, terus tiba-tiba kita hanya melakukan satu diseminasi, sekali, ya enggak bisa,” jelasnya.

“Kontranya juga harus mengambil pola yang sama.”

Kekhawatiran juga diungkapkan Direktur Eksekutif Wahid Institute, Mujtaba Hamdi, yang hadir dalam diskusi tersebut. Ia mengungkapkan bahwa kehadiran gerakan Islam eksklusif dapat menyebabkan kerusakan pondasi dasar berbangsa.

“Secara public governance, tata kelola publik kita, kita tuh mengayomi semua kelompok. Bayangkan kalau menteri agama tidak mau mengucapkan Selamat Hari Natal, tidak mau mengucapkan Selamat Galungan,” tutur Mujtaba.

Ilustrasi sejumlah mahasiswa menggelar kelompok belajarHak atas fotoANTON RAHARJO/ANADOLU AGENCY/GETTY IMAGES
Image captionIlustrasi sejumlah mahasiswa menggelar kelompok belajar

Sementara itu, staf khusus direktur pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Muhammad Suaib Tohir, yang menjadi salah satu pembicara dalam diskusi itu, menyatakan bahwa gerakan-gerakan Islam eksklusif tidak akan berhenti tumbuh. Untuk itu ia berharap hasil penelitian tersebut dapat ditindaklanjuti dengan aksi konket di lapangan.

Meski demikian, BNPT tidak dapat banyak berkontribusi dalam penanganan gerakan Islam eksklusif di lingkungan kampus.

“Kami mendukung, tapi (karena) beberapa hal, kami tidak bisa terlalu intervensi ke dalam, karena itu adalah (masalah) internal kampus,” ujarnya.

 

sumber : bbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × four =