HIKMAH JUMAT; PEMUDA DAN TUJUH BUTIR BATU

0
612

JIC – Tak akan ada yang lolos dari pengadilan Allah kelak di akhirat. Saban anggota tubuh manusia akan memaparkan kesaksian di akhirat kelak. Tubuh manusia bersaksi terkait pelbagai hal yang manusia kerjakan selama hidup di dunia. Allah berfirman dalam QS An-Nur: 24;

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

ArtinyaPada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang terlebih dahulu mereka kerjakan.

Tak akan ada dusta di hadapan Ilahi. Kaki menjadi saksi. Tangan menjadi barang bukti. Mulut digembok, tak bisa berbohong. Pandangan mata yang sayu, tunduk seolah membenarkan kesaksian anggota tubuh. Allah hakim yang adil. Di hadapan Ilahi, manusia disidang, terkait pelbagai amal-kebajikannya di dunia.

Allah dalam Q.S Yasin ayat 65;

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.

Bukan saja anggota tubuh yang bersaksi. Para makhluk lain pun akan angkat bicara kelak di alam akhirat. Pepohonan. Tumbuh-tumbahan. Air lautan. Air sungai. Binatang. Semuanya jadi saksi kita diakhirat. Ia bisa jadi saksi yang memberatkan hukuman. Pada sisi lain, semua ini bisa meringankan hukuman manusia kelak di akhirat.

Hal ini sebagaimana termaktub dalam sabda Nabi. Melalui hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Nabi meneragkan kelak bumi akan jadi saksi atas tindakan manusia. Tak akan yang lolos dari persaksian kelak. Nabi bersabda;

إِنَّ أَخْبَارَهَا أَنْ تَشْهَدَ عَلَى كُلِّ عَبْدٍ أَوْ أَمَةٍ بِمَا عَمِلَ عَلَى ظَهْرِهَا أَنْ تَقُولَ عَمِلَ كَذَا وَكَذَا يَوْمَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَهَذِهِ أَخْبَارُهَا

Artinya: Sesungguhnya yang diberitakan oleh bumi adalah bumi jadi saksi terhadap semua perbuatan manusia, baik laki-laki maupun perempuan yang telah mereka perbuat di muka bumi. Bumi itu akan berkata, “Manusia telah berbuat begini dan begitu, pada hari ini dan hari itu.” Inilah yang diberitakan oleh bumi. (HR. Tirmidzi ).

Berangkat dari ayat dan hadis Nabi di atas, Ibnu Athaillah al Sakandari dalam kitab Miftah Al Falah wa Misbah Al Arwah fi Dzikir Allah Al Karim Al Fattahmemuat kisah apik antara; batu dan pemuda alim. Berikut kisahnya.

Alkisah, seorang pemuda sedang berada Arafah. Ia sedang menjalankan wukuf. Di tangannya, ia menggenggam tujuh butir batu. Si pemuda lantas berkata, “Wahai batu, saksikanlah bahwa akau bersaksi tida Tuhan selain Allah, dan Muhammad utusan Allah,” begitu ia kata kepada bebatuan itu.

Tak berselang lama, ia tergolek. Istirahat. Pada saat itu mentari memang sedang terik. Cuaca panas menimpa Arafah. Dalam kondisi ini, si pemuda tadi pun tertidur. Dalam tidur, ia bermimpi. Kiamat sedang terjadi.

Ia pun dihisab oleh Allah. Hasil sidang di luar ekspektasi. Putusan hisab, ia ditetapkan masuk neraka. Pasalnya, dosanya, lebih banyak dari amal kebajikannya. Di neraka, pelbagai siksaan tiada tara menunggunya.

Setelah diputuskan masuk neraka, segera ia digiring ke pintu neraka Jahanam. Tatkala sampai di pintu neraka, tiba-tiba datanglah batu-batu. Adalah batu itu, yang dulu ia minta persaksian di Arafah. Batu itu, kemudian menjatuhkan diri persis di depan pintu neraka.

Seketika, para malaikat Azab berkumpul. Mereka saling bahu membahu untuk menyingkirkan bebatuan itu. Mulailah satu demi satu mengeluarkan tenaga. Mereka berusaha mengangkat batu itu. Nahas, batu itu tak semili pun  bergeser. Meraka tak sanggup menyingkirkan batu itu.

Malaikat pun bergerak menuju pintu kedua. Lelaki itu pun digiring kembali. Bergerak menuju pintu neraka selanjutnya. Sayang, usaha itu tak berhasil. Terjadiah peristiwa, persis di pintu pertama. Begitulah sampai pintu ke tujuh. Tak ada yang berhasil.

Putus asa menimpa para malaikat. Lelaki itupun digiring ke Arasy. Meminta petunjuk kepada yang Maha memberi petunjuk. Agar persoalan yang menimpa pemuda ini selesai. Ketika di Arasy Allah berfirman kepadanya;

“Wahai hamba Ku, Engkau telah persaksikan batu batu itu. Maka kami tidak akan menyia-nyiakan hak mu. Dan aku menyaksikan kesaksian mu atas tauhid kepada Ku. Maka masuklah kamu ke dalam surga,” begitu Ilahi memutuskan nasib si pemuda tadi.

Kalimat syahadat kemudian menjadi kunci pembuka surga. Si pemuda tadi tersenyum indah. Nasib baik menimpa dirinya. Tujuh butir batu itu menjadi saksi, sekaligus penyelamatnya di pengadilan Ilahi. Beruntunglah manusia yang senantiasa memperbuat kebajikan, dan alam menjadi saksinya.

Sumber : bincangsyariah.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

6 + fourteen =