IKUT LOMBA KOMPETISI KITAB KUNING INTERNASIONAL, ELDHIYA CILIK RAJUT MIMPI JADI ULAMA PROFESOR

0
86

Sulawesi Selatan (islamic-center.or.id) – Di bawah sinar matahari pagi, ratusan santri berkumpul di halaman Pesantren As’adiyah Pusat di Sengkang, Wajo, Sulawesi Selatan. Di antara mereka, tampak wajah penuh harap Eldhiya Al-Maqassari Ilham (13 tahun), santri asal Pondok Pesantren Al Ikhlas Bone, Sulawesi Selatan.

Dengan kopiah hitam dan kitab kuning yang lusuh di tangan, santri cilik ini menanti giliran tampil dalam ajang Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional 2025 untuk jenis lomba Marhalah Ula (Tingkatan awal).

Bagi Eldhiya, kesempatan ini bukan sekadar lomba tapi jalan untuk mengejar mimpinya. Meskipun, baru pertama kali ia mengikuti lomba membaca kitab Turots ini. “Saya baru mengaji kitab kuning Ramadhan kemarin dan ini pertama kalinya ikut lomba,” ujar Eldhiya kepada Republika saat menunggu antrean di depan ruang kelas. 

Eldhiya berangkat ke Wajo bersama pendampingnya, Ustadz Fadli dengan menempuh puluhan kilometer perjalanan darat. Ia meninggalkan pesantren dan keluarganya demi satu tujuan, membuktikan bahwa ia mampu bersaing dengan santri lainnya.“Kayak seru, bermanfaat juga,” ucapnya mengungkapkan alasannya mengikuti lomba ini.

Meski baru belajar membaca kitab kuning, Eldhiya berhasil menembus semi final. Di kategori lomba ini, ia akan beradu ilmu dengan lima santri putra dari berbagai pesantren lainnya. “Di Marhalah ini ada enam santri putra dan enam santri putri yang masuk semi final, salah satunya Eldhiya,” ucap Ustadz Fadli yang mendampingi Eldhiya.

Pesantrennya memilih Eldhiya untuk mengikuti lomba ini karena bisa cepat dalam memahami pelajaran Nahwu. Dalam MTQ Internasional ini, Eldhiya memang diikutkan jenis lomba Marhalah Ulama bidang Nahwu.

Sebagai persiapan, Eldhiya mempelajari betul kitab nahwu Mukhtasar Jiddan, yang merupakan Syarah Jurumiyah. “Di pondok saya juga mengaji kitab kuning setiap ba’da Subuh dan ba’da Maghrib di masjid,” kata dia. 

Ia tertarik belajar kitab kuning karena kelak ingin kuliah di luar negeri dan menjadi profesor yang bisa menguasai ilmu-ilmu yang diwariskan ulama terdahulu. “Saya ingin menjadi ulama profesor yang bisa mengaji kitab kuning, belajar Islam,” kata Eldhiya. 

Ia pun mengajak seluruh santri di Indonesia untuk tetap semangat dalam mengaji kitab kuning. Karena dengan belajar membaca kitab kuning, ia yakin kehidupan santri akan lebih bermanfaat untuk umat. 

“Tetap semangat belajar, karena kitab kuning itu bermanfaat. Kita bisa ke Al-Azhar misalnya, ke Maroko, dapat beasiswa. Jadi belajarlah kitab kuning karena sangat bermanfaat Dan bisa mengubah kehidupan kita,” ucap dia. 

Eldhiya dan ratusan santri lainnya datang ke Wajo dengan semangat belajar, berkompetisi, sekaligus bersilaturahim. Di tengah arus globalisasi dan disrupsi digital, tradisi membaca kitab kuning seolah menemukan napas baru.

MQK Internasional 2025 tidak hanya menjadi ajang lomba, tetapi juga perayaan warisan intelektual Islam yang diwariskan ulama klasik. Dari kitab kuning itulah lahir peradaban, dan kini santri-santri muda berusaha menapaki kembali jejak kejayaan itu.

Dalam ajang MQK Internasional 2025 ini, Kementerian Agama untuk pertama kalinya juga menghadirkan delegasi dari sejumlah negara. Santri Indonesia berhadapan dengan peserta dari 10 negara ASEAN.  

Mereka tidak hanya dituntut membaca teks Arab gundul, tetapi juga memahami isi, mengurai makna, serta menjawab pertanyaan dewan hakim.

Direktur Pesantren Kementerian Agama (Kemenag), Basnang Said menjelaskan, Kemenag telah menggelar MQK ini sebanyak delapan kali untuk tingkat nasional dan pertama kali untuk tingkat internasional. Ia berharap, ajang ini bisa melahirkan generasi emas yang bisa mengembalikan kejayaan peradaban Islam.

“Seperti kata Pak Menag, melalui MQK ini kita berharap bisa mengembalikan era kemasan Islam,” kata Basnang. 

Sumber: Republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fifteen − three =