INI TANTANGAN PESANTREN DALAM PERKEMBANGAN ZAMAN

0
316

JIC, Surakarta — Dalam dunia pondok pesantren ada dua hal penting yang harus dipertahankan dan diperjuangkan yakni, keilmiahan dan moralitas. Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin menjelaskan bahwa pihaknya sejauh ini merumuskan pendidikan pesantren bukan hanya ilmu agama.

“Selain ilmu agama, life skill juga perlu diperkuat agar pondok pesantren memiliki ketrampilan,” ujar Kamaruddin saat memberikan pidato kunci dalam seminar nasional ‘Revitalisasi Pondok Pesantren untuk Penguatan Perguruan Tinggi Islam’ di Graha Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Kamis (19/10/2017).

Seminar nasional ini digelar dalam rangkaian silaturahim daerah AyoMondok Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hadir Ketua Pengurus Pusat  Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama KH Abdul Ghafarrozin, Sejarawan Universitas Sebelas Maret Hermanu Joebagyo, Rektor IAIN Surakarta H Mudofir dan guru besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga H Abdul Munir Mulkhan.

Sementara itu, peringatan HSN (Hari Santri Nasional) yang sudah dua tahun ini digelar menjadi momen penting untuk terus menjaga akhlak santri dan meningkatkan kompetensinya.

“Pesantren sebagai jangkar keislaman tak dapat dipisahkan dari ilmu agama. Apalagi pesantren masih mengakui hal yang ghaib,” tambah dia.

Di kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Pusat  Rabithah Ma’ahid Islamiyyah Nahdlatul Ulama KH Abdul Ghafarrozin menegaskan bahwa, semangat juang, semangat jihad kalangan pesantren untuk mempertahankan NKRI tak bisa dipungkiri.

“Kendati resolusi jihad (sebagai landasan perjuangan),  bukan hanya dilakukan NU, ada A. Hassan yang identik dengan Persatuan Islam (Persis), KH Mas Mansur (Muhamamdiyah),  dengan begitu, resolusi jihad kemengan umat Islam Indonesia,” jelas Gus Rozin, panggilan akrabnya.

Dia menambahkan, kekuatan pesantren tak hanya pengajaran, tapi juga pendidikan. Membentuk kepribadian secara utuh terhadap santrinya. Selain itu, santri mudah digerakkan. Dengan banyaknya jumlah santri  bisa dimulai dari mana saja tak harus linier dengan keilmuan yang dimilikinya.

Sementara sejarawan Universitas Sebelas Maret, Hermanu Joebagyo, menguatkan bahwa peran santri dalam kontribusi kemerdekaan dan pembangunan bangsa Indonesia, sangat besar.

“Ini fakta sejarah, tak bisa dipungkiri, bahwa, sumbangsih kaum santri dalam kemerdekaan dan kebangsaan sangatlah besar,” kata dia.

Hal senada juga diungkapkan oleh Guru besar UIN Sunan Kalijaga, H Abdul Munir Mulkhan, pesantren lebih menyunguhkan tantangan. Di pendidikan Islam ini harus mau dan mampu menganalisa perkembangan zaman.

“Perkembangan teknologi dan kerumunan dunia digital tidak bisa dinafikan, pesantren tidak boleh memandang teknologi sebagai hal yang tabu tetapi lebih pada sarana dan mitra dalam penyebaran ilmu dan ideologi Islam yang rahmatan lil alamin,” tandasnya.

Dengan demikian, hal tersebut menjadi langkah kongkret dilakukan IAIN Surakarta dengan membacakan Risalah Solo yang berisikan sembilan poin.

“Intinya terdapat sinergitas antara perguruan tinggi Islam dan pesantren dalam membangun, mengembangkan kualitas pendidikan masa depan untuk kemajuan bangsa dan peradaban,” pungkas Abdul.

Sumber ; gomuslim.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

sixteen − 6 =