Islamic Centre Ikon Sebagai Tempat Peradaban Islam

0
249

POTRET hitam Kramat Tunggak di Jakarta Utara sudah berubah. Lokasi yang dihuni penjaja seks dan mucikari pun sudah lenyap. Wanita penjaja seks pun sudah meninggalkan lokasi itu. Kisah-kisah pembunuhan dan penjambretan pun menjadi kisah masa lampau.

Kramtung pernah dihuni oleh 1.615 wanita tunasusila, 258 germo, 700 pembantu pengasuh, 800 pedagang asongan, serta 155 tukang ojek dan tukang cuci. Lokalisasi pelacuran yang sudah ada pada tahun 1970-an itu telah lenyap dari tanah Kramtung. Yang ada sekarang ini adalah bangunan Jakarta Islamic Centre yang berdiri megah dengan sebuah bangunan masjid yang anggun. Boleh dikata, perubahan yang ada bak bumi dan langit.

Jakarta, Pelita – POTRET hitam Kramat Tunggak di Jakarta Utara sudah berubah. Lokasi yang dihuni penjaja seks dan mucikari pun sudah lenyap. Wanita penjaja seks pun sudah meninggalkan lokasi itu. Kisah-kisah pembunuhan dan penjambretan pun menjadi kisah masa lampau.

Kramtung pernah dihuni oleh 1.615 wanita tunasusila, 258 germo, 700 pembantu pengasuh, 800 pedagang asongan, serta 155 tukang ojek dan tukang cuci. Lokalisasi pelacuran yang sudah ada pada tahun 1970-an itu telah lenyap dari tanah Kramtung. Yang ada sekarang ini adalah bangunan Jakarta Islamic Centre yang berdiri megah dengan sebuah bangunan masjid yang anggun. Boleh dikata, perubahan yang ada bak bumi dan langit.

Menurut Buku Jakarta Islamic Centre: Dari Ufuk Timur yang Cemerlang terbitan JIC, ditutupnya Kramtung dilatarbelakangi kuatnya desakan masyarakat serta rekomendasi hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Universitas Indonesia tahun 1996/1997 dan 1997/1998. Mengingat parahnya dampak keberadaan Lokasi Rehabilitasi Sosial (Lokres) Kramtung bagi masyarakat seperti tingginya angka kriminalitas, rusaknya nilai sosial masyarakat, hingga tingginya penyebaran penyakit akibat perzinaan (HIV/AIDS, sipilis, dan lainnya), tim peneliti merekomendasikan: Lokres Kramat Tunggak harus ditutup selambat-lambatnya akhir Desember 1999.

Jakarta Islamic Centre diharapkan menjadi salah satu simpul Pusat Peradaban Islam di Indonesia dan Asia Tenggara yang merupakan wilayah konsentrasi baru kebangkitan Islam di dunia, sehingga keberadaannya di Ibukota negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar dapat menunjukkan peran strategisnya sebagai Pusat Pembaruan Menuju Tata Nilai Kehidupan yang lebih Islami. Bahkan, kini, Islamic Centre tidak saja sebagai pusat kegiatan Islam, namun dijadikan 12 destinasi wisata pesisir . Masyarakat ikut merasa memiliki dan menjadikannya sebagai lokasi wisata Islam.

Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiono juga memberikan perhatian serius terhadap syiar Islamic Center, baik sebagai pusat kegiatan Islam juga menjadi lokasi wisata Islami. Pemda Jakarta Utara sendiri melakukan berbagai kegiatan di Masjid Islamic Center tersebut.

Diantaranya, dengan menggelar Festival Maulid Nabi Muhammad SAW ala Betawi. Dengan kegiatan tersebut selain untuk memperingati Maulid Nabi juga pada tahun 2011 ini untuk memperingati HUT Koja Jakarta yang Ke 484. Selain memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, pagelaran festival juga untuk melestarikan seni dan budaya islami, khususnya yang tumbuh dan berkembang di Betawi. Serta mengangkat keunikan dari budaya Betawi yang terus berkembang.

Selain ada ceramah tentang maulid, pengunjung juga diberikan suguhan tentang seni budaya Betawi Selain itu, diharapkan dengan adanya festival ini masyarakat Jakarta , termasuk masyarakat Jakarta Utara akan terhibur dan dapat mempererat hubungan tali silahturahmi dan pelestarian budaya bangsa sendiri.

Bambang Sugiono mengatakan, Islamic Centre merupakan salah satu dari 12 destinasi wisata pesisir. Untuk itu budaya seperti palang pintu, marawis, ceramah dan pagelaran lainnya yang bernuansa Islama ini sangat perlu dipertahankan, dan promosinya juga harus gencar, supaya masyarakat luas bisa datang ke Jakarta Islamic Center. “Islamic Center adalah ikon Jakarta Utara sebagai tempat peradaban Islam,” ujarnya. Menurutnya, tujuan dari dibuatnya jalur wisata, untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi masyarakat. Sebab, wisatawan domestik dan mancanegara akan datang. Mereka membutuhkan souvenir, makanan dan lainnya. Yang pada akhirnya masyarakat juga yang berperan menyediakan dan menjual hal itu. ”Ini juga salah satu cara mengentaskan kemiskinan,” kata Bambang. (adv/PelitaOnline.Com)

http://www.pelitaonline.com/read-metropolitan/1988/islamic-centre-ikon-sebagai-tempat-peradaban-islam/

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

19 − 13 =