ISLAMIC DIGITAL FEST 2025, SAAT DAKWAH ISLAM MENYAPA DUNIA MAYA

0
35

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) atau Jakarta Islamic Centre (JIC) kembali menghadirkan Islamic Digital Fest 2025, sebuah forum kreatif yang mengusung semangat dakwah digital. Acara yang berlangsung dua hari, 29–30 September di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, ini mengangkat tema “Transformasi Dakwah Masjid Masa Kini: Dari Mimbar Konvensional ke Panggung Digital.”

Sekitar 75 peserta yang merupakan perwakilan Islamic Centre dan Masjid Raya dari Aceh hingga Makassar berkumpul untuk bertukar gagasan. Kepala Divisi Komunikasi dan Penyiaran JIC, H. Afifuddien, menyebut forum ini sebagai ruang kolaborasi insan kreatif Muslim. “Islamic Digital Fest hadir bagi insan kreatif yang membangun dunia digital agar sesuai dengan nilai Islam,” ujarnya dalam pembukaan acara, Senin (29/9).

Ia menambahkan, dakwah digital adalah jawaban atas kebutuhan zaman sekaligus peluang besar untuk memperluas jangkauan dakwah Islam. “Kami ingin masjid-masjid di Indonesia tidak hanya kuat secara spiritual, tetapi juga melek teknologi. Dakwah harus bisa menyapa generasi muda yang setiap hari hidup di dunia digital,” jelas Afifuddien.

Kepala JIC KH Muhyiddin Ishaq memberikan catatan penting. Menurutnya, dakwah Islam selama ini tertinggal dalam hal strategi komunikasi. “Metode dari panggung ke panggung, sekarang sudah era digital. Kita kalah dalam hal marketing,” ungkapnya. Ia menekankan perlunya pendekatan baru agar masjid bukan sekadar tempat ibadah, melainkan pusat peradaban Islam yang adaptif dengan kemajuan teknologi.

Namun, era digital juga membawa tantangan. Media sosial, kata KH Muhyiddin, memiliki dua wajah, yakni manfaat sekaligus musibah. Ia berkelakar, “Bermanfaat jika untuk dakwah, tapi jadi musibah kalau dipakai menyebarkan fitnah—menjadi ahlul fitnah wal jama’ah.” Karena itu, ia mengingatkan umat agar bijak bermedia sosial. “Jangan mudah percaya lalu menyebarkan. Rasulullah menyebut orang yang muflis itu kehilangan pahala salat, zakat, infaq, hingga yang tersisa hanya dosa,” pesannya.

Kisah-kisah pribadi pun ia bagikan untuk menguatkan pesan. Ia mencontohkan pengalaman masjid yang kerap mengusir anak kecil saat salat Jumat. “Kalau anak-anak disuruh keluar, itu bagian dari marketing yang keliru,” katanya.

Ia juga menceritakan perjalanan seorang mualaf berusia 43 tahun yang akhirnya menemukan Islam setelah pergulatan batin. Menurutnya, semua itu menunjukkan bahwa dakwah harus lebih ramah, kreatif, dan menyentuh hati.

Dukungan terhadap digitalisasi dakwah juga datang dari pemerintah daerah. Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda DKI Jakarta, Ali Maulana Hakim, menilai dakwah dan teknologi bisa bersinergi. “Dakwah Islam rahmatan lil alamin dengan sentuhan inovasi digital. Ini sejalan dengan semangat Jakarta sebagai kota global, kota jasa dan perekonomian dengan standar dunia,” kata Ali. Ia menegaskan Jakarta akan menjadi kota cerdas yang berakar pada nilai budaya Betawi dan Islam.

Sebagai penutup, KH Muhyiddin berharap Islamic Digital Fest 2025 menjadi tonggak perubahan dakwah di Indonesia. “Media sosial bisa jadi manfaat, bisa jadi musibah. Mari kita gunakan dengan bijaksana. Mudah-mudahan acara ini membawa manfaat,” ujarnya.*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 × two =