JOURNEY TO UIGHUR: EMIN MINARET DAN SHALAT JUMAT YANG HILANG (3)

0
303

 

JIC, JAKARTA–Mr. Chang mengajak kita segera melanjutkan perjalan, karena harus kembali ke kota Urumqi siang ini. Sebelumnya kita akan singgah dulu ke Karez Irrigation (kisah ini akan saya lanjutkan di Journey to Uighur-Xinjiang.

Hari ini hari Jumat. Saat sarapan tadi saya sempat mendiskusikan dengan Lambang akan shalat Jumat di Masjid Grand Bazaar di Urumqi. Perjalanan dari Turpan ke Urumqi memakan waktu sekitar 3 jam. Cukup waktu untuk mengejar shalat Jumat di Urumqi.

Secara fikih, mazhab Syafi’i tidak mewajibkan perempuan mengikuti salat Jumat, melainkan melaksanakan salat Dzuhur. Di Jakarta, saya jarang mengikuti salat Jumat karena memang mayoritas muslim Indonesia bermazhab Syafi’i sehingga tidak banyak masjid yang menyediakan shaf salat Jumat untuk perempuan.

Namun, setiap kali ke luar negeri dan bertepatan dengan hari Jumat, saya pasti akan ikut salat Jumat di masjid-masjid setempat. Kali ini pun saya ingin merasakan shalat Jumat bersama muslim Uighur.

Sampai di tempat parkir Grand Bazaar terlihat masjid besar di seberang jalan. Saya bertanya pada Mr. Chang, “Mengapa masjid itu sepi? Bukankah hari ini hari Jumat? Tidak ada shalat Jumat di sana?” Tanya saya.

“Sesuai peraturan pemerintah yang baru, tidak diperbolehkan lagi untuk shalat,” jawabnya singkat.

Innalillahi wa innailaihi rojiun…

photo

Sebuah bangunan di dekat kompleks makam Muslim Uighur.

 

Tadinya saya berpikir masjid-masjid besar yang ada di pusat kota masih dibuka untuk shalat Jumat atau shalat Ied. Di Tuyoq Valley dan Turpan bisa jadi ditutup karena merupakan kota kecil. Tapi di Urumqi, yang merupakan ibu kota provinsi, saya pikir masih ada masjid yang difungsikan. Tentu saja dengan kontrol ketat dari pemerintah setempat.

Ternyata, shalat Jumat pun sudah tidak lagi didirikan di sini. Saya bertanya dalam hati, apa yang sedang terjadi di negeri ini? Kemana para mujahid yang harusnya membela agama Allah? Bila shalat sebagai tiang agama tak ada lagi yang bisa menyangga, tak perlu menunggu lama sampai bangunan negeri ini akan rubuh dengan sendirinya.

photo

Rumah di Uighur. (Uttiek M Panji Astuti)

 

Sejarah adalah peristiwa yang berulang. Apa yang terjadi hari ini pernah terjadi di masa sebelumnya, sebagai ibrah bagi orang-orang yang berpikir. Prof. DR. Raghib As-Sirjani dalam bukunya Bangkit dan Runtuhnya Andalusia menuliskan: Apa yang terjadi di Andalusia 600 tahun lalu adalah apa yang terjadi di Palestine hari ini.

Kalimat itu sekarang bertambah menjadi: Apa yang terjadi di Andalusia 600 tahun lalu adalah apa yang terjadi di Palestine hari ini. Dan bukan tidak mungkin akan terjadi di Uighur esok hari.

Allahumma ‘a-izzal islama wal muslimina

Allahummanshur ikhwananal musliminal mujahidina fi Uighur

Allahumma tsabbit imanahum wa anzilis-sakinata ‘ala qulubihim wa wahhid shufufahum

Ya Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin.

Ya Allah, tolonglah kaum Muslimin dan Mujahidin di Uighur.

Ya Allah, teguhkanlah Iman mereka dan turunkanlah ketenteraman di dalam hati mereka dan satukanlah barisan mereka.

Urumqi,4/1/2019

Follow me on IG @uttiek.herlambang

Tulisan dan foto-foto ini telah dipublikasikan di www.uttiek.blogspot.com dan akun media sosial @uttiek_mpanjiastuti

 

 

sumber : republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

4 + 7 =