KETIKA ISLAM WASATHIYAH JADI PRIMADONA! (2)

0
210

JIC, JAKARTA- Selama tiga hari berdiskusi, pertemuan para ulama dunia itu telah menelorkan Bogor Message, sebuah pesan dari Bogor untuk dunia. Menurut Profesor Din, semua peserta pertemuan berkomitmen untuk merevitalisasi atau memperkuat kembali paradigma Islam Wasathiyah. Ada tujuh poin dari Pesan Bogor, yang semuanya untuk menegaskan kembali tentang makna wasathiyah.

Yaitu, wasathiyah bermakna tawassuth. Ia merupakan jalan tengah yang lurus. Tidak ekstrem kanan dan kiri. Wasathiyah juga berarti i’tidal, berlaku proporsional, adil, dan tanggung jawab. Wasathiyah juga mengandung makna tasamuh, toleran, mengakui dan menghormati perbedaan dalam semua aspek kehidupan. Ia juga berarti syuro, bersandar pada konsultasi dalam menyelesaikan masalah melalui musyawarah untuk mencapai konsensus.

Wasathiyah juga membawa arti islah, terlibat dalam tindakan yang reformatif dan konstruktif untuk kebaikan bersama. Berikutnya, wasathiyah juga bermakna qudwah, melahirkan inisiatif yang mulia dan memimpin untuk kesejahteraan manusia. Terakhir, wasathiyah juga berarti muwathonah, mengakui negara bangsa dan menghormati kewarganegaraan.

Kehadiran Grand Sheikh Al Azhar Dr Ahmad Thoyyib pada acara HLS-WMS juga mempunyai makna tersendiri. Ia diundang langsung oleh Presiden Joko Widodo. Selain menjadi pembicara kunci, dalam kunjungan beberapa hari di Indonesia ia manfaatkan untuk menyampaikan tentang pentingnya wasathiyah dalam berbagai pertemuan. Di Solo ia bertemu dengan sekitar 500 alumni Al Azhar yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Ia menyapa mereka dengan ‘anak-anakku’.

Sheikh Al Azhar menegaskan, para alumni Al Azhar yang berjumlah lebih dari 30 ribu orang harus bisa bekerja sama dengan berbagai pihak. Mereka harus terbuka, tidak boleh eksklusif. Kepada Sheikh Al Azhar, Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar untuk Indonesia Tuan Guru Bajang (TGB) Dr H Muhammad Zainul Majdi menyampaikan bahwa para alumni Al Azhar berkhitmad dalam berbagai bidang.

Dari pebisnis, pendidik, birokrat, hingga politisi dan bidang-bidang lainnya. ‘’Namun ada satu hal yang tidak pernah kami lupakan, Ya Maulana, yaitu meskipun kami terjun dalam berbagai bidang sejatinya kami adalah dai. Dakwah yang kami sampaikan adalah Islam Wasathiyah seperti yang diajarkan Al Azhar,’’ ujar Gubernur NTB ini.

TGB sendiri sejak didaulat memimpin organisasi alumni Al Azhar tahun lalu terus berkeliling ke berbagai wilayah di Indonesia. Ia bersafari dakwah dan bersilaturrahim dengan para tokoh, ulama, dan kiai. Dalam berbagai kesempatan itu ia selalu menyampaikan tentang pentingnya wasathiyah di tengah masyarakat yang pluralistik ini. Wasathiyah bukan hanya di bidang keagamaan, namun juga dalam politik, ekonomi, sosial, budaya, dan seterusnya. Ia mengistilahkan apa yang ia lakukan adalah safari untuk menebar kebaikan.

Selain membahas wasathiyah dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah, para kiai Pondok Modern Gontor, Ketua Umum PBNU Prof Dr KH Said Aqil Siroj, Sheikh Al Azhar juga menggalang koalisi wasathiyah di Indonesia. Antara lain dengan memberi tambahan beasiswa kepada para pemuda Indonesia untuk menimba ilmu di Al Azhar Mesir.

Sumber : republika.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

five − two =