
Sunat vs hak anak
Tahun lalu, sebuah rancangan undang-undang melarang khitan yang dilakukan bukan karena alasan kesehatan di Islandia diusulkan dan kemudian dicabut di parlemen Islandia karena peraturan itu menimbulkan masalah.
Tetapi hal ini belum mereda.
Baik Muslim maupun Yahudi melakukan penyunatan.
Pada tahun 2012, khitan sempat dilarang di Jerman karena sebuah pengadilan memutuskan mengubah badan anak laki-laki Muslim berumur empat tahun secara tetap adalah suatu pelanggaran hak anak dalam menentukan keyakinannya sendiri.
Pengadilan menyatakan hak orang tua dan kebebasan keagamaan tidak dapat dijadikan dasar pembenaran “campur tangan serius dan tetap terhadap kehormatan tubuh.”
Keputusan tersebut diubah enam bulan kemudian, tetapi hal ini menyadarkan masyarakat Muslim dan Yahudi yang mengatakan undang-undang tersebut dapat berarti pelarangan menjalankan keyakinan mereka.
‘Agenda politik’
Kenyataan bahwa tindakan seperti ini pada umumnya didukung partai nasionalis sayap kanan semakin menambah nuansa politik pada masalah ini.
Dengan menghitung dukungan para pegiat kesejahteraan binatang dan hak anak, para politikus dapat diuntungkan disamping juga memenuhi agenda anti-imigrasinya.
Di Belgia, pelarangan adalah hasil kerja menteri kesejahteraan binatang nasionalis di daerah Flanders, Ben Weyts.
Ketika RUU diloloskan parlemen setempat di tahun 2017, Weyts mencuit: “Menteri binatang yang bangga. Bangga menjadi orang Flemish.”
Pada tahun 2014, dia dikecam keras karena menghadiri peringatan 90 tahun pendukung Nazi di Belgia.
Hak atas fotoGETTY IMAGES
Berbicara lewat New York Times, Rabbi Yaakov David Schmahl dari Antwerp mengatakan, “Ini sudah pasti mengingatkan pada peristiwa sejenis sebelum Perang Dunia Kedia, ketika hukum sejenis diterapkan di Jerman.”
Stigmatisasi?
Joos Roets, pengacara yang mewaliki sejumlah lembaga berhaluan Islam, juga mengatakan kepada the Times bahwa larangan ini adalah usaha diam-diam untuk menstigmatisasi sejumlah kelompok keagamaan – bukannya untuk melindungi binatang.
Tetapi Global Action in the Interest of Animals, kelompok hak binatang Belgia, menolak tuduhan tersebut lewat Twitter.
Kelompok itu menulis: “Di #Wallonia, hukum bahkan didukung partai kiri-tengah, jadi SUDAH PASTI bukan suara kanan-jauh!”
Mereka juga menolak pandangan bahwa hukum Belgia tersebut sama dengan larangan penyembelihan binatang.
Hak atas fotoGETTY IMAGES
Terdapat beberapa kasus dimana penyembelihan ritual dipandang dapat diterima jika binatang dibuat tidak sadar – tetapi tidak dibunuh – saat lehernya disayat.
Tetapi interpretasi ini tidak selalu diterima pemimpin keagamaan Muslim dan Yahudi.
Perdebatan sepertinya tidak mereda.
Para pegiat merasa telah menang, sementara para politikus mendesak pelarangan yang lebih luas terkait ritual keagamaan yang bertentangan dengan hukum dan nilai-nilai Eropa.
sumber : bbcindonesia.com












