MANTAN NAPI TERORIS BERALIH JADI TUKANG JAGAL AYAM: ‘SAYA PERNAH DIKAFIRKAN, GARA-GARA ANAK SAYA SEKOLAH DI NEGERI’ (1)

0
451
Hendro Fernando, mantan teroris jaringan ISIS di Indonesia saat ini beralih bisnis ayam potong di Yayasan DeBintal.                                   BBC INDONESIA

Puluhan mantan narapidana terorisme berusaha kembali menjadi bagian masyarakat dengan membuka bisnis rumah potong ayam.

JIC, — Bukan hanya mencari uang, di sini mereka juga saling menguatkan agar tidak kembali pada jaringan teroris, yang disebut seorang pengamat “tak bisa instan”.

Spanduk bertuliskan ‘Rumah Potong Halal DeBintal’ terpasang di antara pepohonan di kawasan pemukiman penduduk di Babelan, Bekasi, Jawa Barat.

Sekitar 20 meter dari situ, terdapat rumah potong hewan yang baru jadi. Pasir-pasir membentuk gunung-gunung kecil, dan batu bata bertumpuk rapi. Beberapa bangunan di sekitarnya masih setengah jadi.

Hendro Fernando dan sejumlah mantan narapidana terorisme (napiter) asyik berbincang di pelataran. Ia melambaikan tangan menyambut tim BBC News Indonesia.

napiter, teroris, mantan teroris

SUMBER GAMBAR,BBC INDONESIA

Keterangan gambar : Spanduk rumah potong hewan halal yang berada di tengah pemukiman penduduk di Babelan, Bekasi, Jawa Barat.

Hendro lalu menunjukkan isi di dalam rumah potong ayam yang dinding dan atapnya didominasi bahan baja ringan.

“[Ayam] pejantan sebelah sana. Kita tutupi karena yang pejantan itu aktif. Ini yang kita beli tadi malam, untuk marketplace kita,” kata Hendro di antara berisik suara ratusan ayam

Hendro adalah Sekretaris Jenderal Yayasan DeBintal. Ia bebas dari penjara Oktober 2020 silam. Pengadilan menyatakannya bersalah karena menyokong sejumlah aksi terorisme.

Perannya sebagai pengatur logistik, khususnya bagi kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) yang berafiliasi ke ISIS: pemasok senjata api, perekrutan, dan pemberangkatan 150 WNI ke Suriah untuk bergabung dengan pasukan ISIS periode 2014-2015.

Dana operasional untuk aksi terorisme sebesar Rp1,3 miliar, ia dapat dari Turki melalui tokoh ISIS di Suriah, Bahrum Syah.

“Semua kan proses ya. Artinya itu buah pemikiran saya dulu. Ketika amal-amal yang dulu kita lakukan itu adalah sebuah kebenaran, ternyata salah. Nah, artinya itu membuat saya menjadi menyesal,” kata Hendro.

Rumah potong ayam merupakan unit usaha dari Yayasan DeBintal. Yayasan yang dikelola sekitar 20 mantan teroris ini berada di bawah pengawasan Densus 88, dan dananya disebut berasal dari “sumbangan perorangan”.

“Sebenarnya ide itu [usaha potong ayam] nggak pernah ada di pikiran saya. Kok saya bisa bisnis ayam, dengan teman-teman alumni napiter. Alhamdulillah, ternyata Allah berkata lain,” lanjut Hendro.

Sejak dibuka Februari 2021, unit usaha potong ayam ini sudah punya pangsa pasarnya sendiri, yang ditawarkan “dari pintu ke pintu”.

“Targetnya ibu-ibu, ranah perumahan. Acara-acara undangan, pernikahan. Kita tawarkan juga ke pedagang-pedagang perumahan, seperti pecel lele, pecel ayam, rumah makan padang,” kata pria kelahiran 1984 yang menargetkan penjualan per hari hingga 600kg daging ayam.

Sumber : bbcindonesia.com

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

13 + one =