Home News Update Islam Indonesia MANTAN NAPI TERORIS BERALIH JADI TUKANG JAGAL AYAM: ‘SAYA PERNAH DIKAFIRKAN, GARA-GARA...

MANTAN NAPI TERORIS BERALIH JADI TUKANG JAGAL AYAM: ‘SAYA PERNAH DIKAFIRKAN, GARA-GARA ANAK SAYA SEKOLAH DI NEGERI’ (2)

0
415

Bujono alias Babeh, mengaku dikafirkan oleh kolega jaringan teroris kini beralih menjadi pengurus Yayasan DeBintal. SUMBER GAMBAR,BBC INDONESIA

DIKAFIRKAN TEMANS ENDIRI

JIC,– Selain Hendro, ada juga Bujono alias Babeh yang terlibat aktif di Yayasan DeBintal.

Sebagai mantan anggota ISIS Indonesia, Babeh mengaku pernah menculik seorang pendeta. Bahkan, mantan sopir taksi ini mengklaim pernah mengucap sumpah mati dalam rencana serangan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, 2016 silam.

Ia telah menjalani hukuman penjara bertahun-tahun, dan mengaku sudah bertobat.

Pertobatan itu setelah ia mengenal sejumlah orang di dalam penjara yang mengklaim diri sebagai Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Menurut Babeh, mereka memiliki pemahaman “takfiriyah”, yang “mengkafirkan siapa saja yang tak sepaham dengan dia”.

“Di situ saya mulai goyang,” kata Babeh.

“Setelah terjadi Bom Surabaya [2018], kok bisa melibatkan anak-anak dan perempuan, apakah perang Islam seperti itu, di situ saya mulai berubah. Karena saya sendiri pernah dikafirkan, gara-gara anak saya sekolah di negeri. Bagi mereka, karena saya tahu kalau belajar Pancasila sudah musyrik saja,” lanjut Babeh.

Di DeBintal, Babeh berperan sebagai pengemudi. Ia bersama teman-teman satu yayasan melakukan penjemputan narapidana teroris yang baru keluar dari penjara. Mengajak untuk tidak lagi mengambil jalan teror. Yayasan DeBintal melakukan pendekatan ekonomi kepada mantan napiter.

“Kalau dia memang mau berkeliling, dagang, atau buka kios agen ayam, itu bisa kita support. Nah, Alhamdulilah, teman-teman dari Cirebon itu sudah ada yang keliling di sini, pakai motor subuh-subuh berangkat [berjualan], pagi pulang lagi,” kata Hendro.

Sejauh ini dari pengalaman Hendro, kebanyakan mantan napiter kesulitan mendapatkan pekerjaan setelah keluar dari penjara.

Mereka punya administrasi dengan catatan kejahatan khusus, dan sulit mendapat penerimaan yang penuh dari masyarakat. Hal-hal yang membuat mantan napiter mudah kembali ke jaringan lama. “Makanya untuk saat ini, DeBintal masih di tahap itu [bentuk dukungannya],” kata Hendro.

Bagaimana penerimaan masyarakat?

napiter, teroris, mantan terorisSUMBER GAMBAR,BBC INDONESIA
Keterangan gambar : Sebagian masyarakat sekitar sudah menerima keberadaan DeBintal, namun sebagian lain masih “belum paham benar”.

Sejauh ini, keberadaan RPH Debintal juga dimanfaatkan masyarakat sekitar, di antaranya Mulyono yang mengaku sudah mengetahui latar belakang dari pengurus dan anggota DeBintal.

Mantan sopir angkot ini sekarang menjadi agen daging ayam.

“Kalau takut sih nggak, saya. Cuma kalau kita sama-sama orang Muslim, [mereka dulunya] salah gaul. Salah pergaulan. Karena kita hidup di NKRI, ngapain kita musuhin NKRI,” kata Mulyono.

Sekarang Mulyono ikut berjualan ayam potong yang diambil dari Yayasan DeBintal. “Istilahnya kita bisa berjualan dan dimodalin. Nggak kayak kita dagang, ada modal. Kalau nggak laku ya dibalikin yang laku duitnya disetor,” katanya.

Namun, Mulyono mengakui tak semua warga bisa keberadaan mantan napiter yang berada di DeBintal. “Ada warga yang belum paham benar. Istilahnya belum sehati sama di sini. Ada juga, tapi kan karena dia belum tahu,” katanya.

Saat ini, juga terdapat dua orang non-Muslim yang bekerja di DeBintal.

Tak ada jaminan

napiter, teroris, mantan teroris

SUMBER GAMBAR,DEBINTAL

Keterangan gambar ; Menjemput mantan napiter dari penjara, kegiatan lain dari Yayasan DeBintal

Direktur Identifikasi dan Sosialisasi Densus 88 Antiteror Polri, MD Shodiq mengatakan sejauh ini belum ada satu pun teori dan metodologi yang 100% bisa mengubah pemikiran radikal menjadi moderat.

“Sampai hari ini pun, belum ada saya baca baik jurnal, maupun di buku-buku maupun dari pakar ahli, bagaimana orang yang sudah radikal tinggi dengan berbagai teori dan metodelogi supaya kembali pada pemikiran yang moderat,” katanya.

Namun Shodiq meyakini, Yayasan DeBintal bisa menjadi “model percontohan” strategi mengubah pandangan radikal menjadi moderat. “Artinya, tidak lagi kehidupan yang ekslusif, dia berbaur dengan masyarakat,” katanya dalam sebuah webinar.

Tak ada jaminan tentang bentuk program deradikalisasi ini menyusul mantan teroris yang kembali melakukan serangan, meski pernah menjalani program deradikalisasi.

Contohnya, pasangan suami-istri Ruille Zeke dan Ulfa yang meledakkan diri di gereja Katolik, Pulau Jolo, Filipina, 2019 silam yang menyebabkan 22 orang tewas dan ratusan lainnya luka .

napiter, teroris, mantan teroris

SUMBER GAMBAR,DEBINTAL

Keterangan gambar ; Para mantan napiter ditawarkan untuk berjualan ayam potong keliling, setelah keluar dari penjara.

Pengamat Terorisme dari Universitas Indonesia, Ridwan Habib juga menilai apapun bentuk program deradikalisasi tak jadi jaminan 100% mengubah mantan napiter atas pemikiran tentang negara Islam, dan jihad.

Tapi, dia menyebut pendekatan untuk mengubah perilaku, lebih berhasil. “Kalau perubahan perilaku ini kita bisa meyakinkan dengan pendekatan-pendekatan ekonomi. Pendekatan-pendekatan sosial, humanis, itu lebih berhasil,” kata Ridwan.

“Pada perubahan perilaku, apa gunanya misalnya mereka berpindah kognitifnya seolah-olah pro-Pancasila, tapi sebenarnya mereka masih ingin menegakkan khilafah,”.

Sekjen DeBintal, Hendro Fernando mengamini tak ada jaminan bagi mantan napiter kembali ke jaringan teroris. Apa yang ia yakini saat ini, hanya mantan napiter yang sudah berpikiran moderat yang bisa membantu yang lainnya untuk tidak kembali ke jalan teror.

“Artinya pengawasan itu bukan hanya peminjaman modal, dikasih unit usaha, selesai. Tapi pendampingan terus menerus… Nah, monitoring itulah yang diperlukan. Siapa yang bisa begitu? Ya, napiter-napiter sendiri. Saling menguatkan,” kata Hendro.

Sumber : bbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

twenty + 6 =

toto

toto

Situs Toto