MEMANFAATKAN UMUR

0
818
memanfaatkan-usia

“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa”
[Surat Ar-Rum (30): 54]

JIC– Allah ta’ala mengingatkan tentang proses penciptaan manusia. Berasal dari tanah, kemudian air mani, lalu segumpal darah dan menjadi segumpal daging, kemudian menjadi tulang yang dibalut dengan daging dan ditiupkan ruh ke dalamnya.

Sosok yang lemah tubuhnya tercermin dalam sel kecil dan berwujud janin manusia. Lalu lahir menjadi bayi dan anak-anak. Berlanjut menjadi sosok yang kuat dalam kondisi remaja dan dewasa. Kekuatan dalam fisik tubuh, dalam bangun kemanusiaan dan dalam bangun jiwa dan akalnya. Jika tidak ada ruh keimanan dan tekad yang kokoh dalam merawat hal-hal yang prinsip, niscaya ia akan lemah bahkan lebih lemah dari hewan yang hanya mengandalkan insting.

Setelah kuat pada fase remaja dan dewasa, Allah kembali menjadikan manusia lemah pada usia lanjut; rambut beruban, tubuh mulai renta melemah. Usia tua ini fase penurunan ke arah kondisi kanak-kanak, bisa disertai dengan kelemahan jiwa yang timbul dari kelemahan kehendak. Terkadang orang usia tua berlaku tak jelas seperti kanak-kanak.

Allah Maha Mengatur, menciptakan apa yang Dia kehendaki, dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Allah juga menentukan setiap makhluk ajalnya, kondisinya dan fase kehidupan sesuai dengan ilmu-Nya yang kokoh dan penetapan yang cermat.

Dari Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw pernah menasehati seseorang:

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara; waktu muda sebelum datang waktu tua, waktu sehat sebelum datang waktu sakit, dan waktu kaya sebelum datang waktu kefakiran, masa luang sebelum datang masa sibuk, dan masa hidup sebelum datang kematian” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak).

Sufyan at-Tsauri yang dikenal sebagai Amirul Mukminin dalam bidang hadis, dan ahli tafsir dari kalangan Tabi’in, pernah berkata, “Barangsiapa yang telah mencapai umur seperti umur Rasulullah, maka hendaklah ia menyiapkan kain kafannya“.

Di antara aktifitas pemanfaatan umur:

Pertama, Menuntut ilmu agama

{ …. إِنَّمَا یَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰۤؤُا۟ۗ ….. }

“….. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama ….”

[Surat Fathir (35): 28]

Menurut Raghib Al-Ashfahani, kata الخشیة artinya adalah rasa takut yang diiringi pengagungan. Hal ini bisa dicapai kalau dia mengetahui sesuatu yang ditakuti. Oleh karena itu dikhususkan dalam ayat ini hanya para ulama.

“…… Dan (juga karena) Allah telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) dan Hikmah (Sunnah) kepadamu, dan telah mengajarkan kepadamu apa yang belum engkau ketahui. Karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu itu sangat besar” [Surat An-Nisa’ (4): 113]

Diriwayatkan dari Malik bin Dinar, Apabila seseorang mencari ilmu untuk diamalkan, akan bertambah tawadhu. Barangsiapa yang menuntut ilmu tidak untuk diamalkan, akan menambah kesombongannya.

Tidak ada kata terlambat dalam memulai sebuah kebaikan terkhusus menuntut ilmu agama. Allah ta’ala sangat sayang kepada para hamba-Nya yang mendekat dengan penuh kesadaran diri, berarti memahami salah satu urgensi ilmu yaitu sebagai pintu ketaatan kepada Allah.

Kedua, Menyebarkan ilmu

{ … لَتُبَیِّنُنَّهُۥ لِلنَّاسِ وَلَا تَكۡتُمُونَهُۥ… }

“Hendaklah kamu benar-benar menerangkannya (isi Kitab itu) kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya,”… [Surat Ali ‘Imran (3): 187]

Menurut Imam Ibnul Jauzi, Orang yang miskin dan betul-betul miskin adalah yang lenyap umurnya tanpa ada ilmu yang diamalkannya.

Ketiga, Bersahabat dengan orang-orang saleh

Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda:

“Demi jiwaku yang berada di Tangan-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian kutunjukkan sesuatu yang apabila kalian melakukannya, pasti kalian akan saling mencintai, yaitu sebarkanlah salam di antara kalian” (HR. Muslim).

Karena karakter dan sifat seseorang banyak dipengaruhi oleh sahabatnya. Siapa yang bersahabat dengan orang saleh dia akan memetik sifat-sifat mereka dan terbiasa mengikuti jejaknya.

Suatu saat, Abdullah bin Mubarak ditanya, Mengapa engkau jarang duduk-duduk bersama kami? Dia menjawab,Aku pergi untuk duduk-duduk bersama para sahabat dan tabi’in. Maksudnya, dia sedang membaca riwayat para sahabat dan tabi’in.

Keempat, Melibatkan diri dalam komunitas, organisasi, majelis-majelis yang selalu mengingatkan kebesaran Allah dan aktif dalam proyek perbaikan umat dan bangsa.

{ وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِیُهۡلِكَ ٱلۡقُرَىٰ بِظُلۡمࣲ وَأَهۡلُهَا مُصۡلِحُونَ }

Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim, selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan” [Surat Hud (11): 117]

Tiga titik tolak aktifis komunitas, organisasi dan majlis-majlis;

a. Bersih dari ambisi pribadi dan kepentingan materi
b. Hanya mengharap pahala dari Allah ta’ala, bukan dari manusia
c. Cinta pada umat

Kelima, Memperbanyak komunikasi dan ruang dialog dalam lingkup keluarga inti (suami, isteri, anak-anak)

{ وَذَكِّرۡ فَإِنَّ ٱلذِّكۡرَىٰ تَنفَعُ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ }

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin” [Surat Adz-Dzariyat (51): 55].

Suami isteri harus terus memperbaharui semangat cintanya, agar bisa berlanjut dengan terpeliharanya rasa cinta yang hangat. Jika tidak mampu melakukannya, khawatir akan muncul rasa bosan dan ada keinginan untuk mengganti pasangan hidupnya.

Membudayakan tanasuh (saling menasehati) dalam rumah tangga-rumah tangga muslim agar visi dan misi bahtera keluarga tetap terjaga. Ada sikap saling menghargai pasangan, anak-anak hormat dan patuh kepada kedua orangtuanya serta memiliki tanggung jawab, antar saudara kandung penuh persaudaraan senantiasa saling mendo’akan agar sukses dunia akhirat bersama.

Semoga Allah ta’ala mudahkan kita dalam memanfaatkan usia, agar mudah pertanggungjawaban di Akhirat kelak dan mumpung Allah ta’ala masih memberikan umur dan kesehatan. Aamiin

*Tulisan adalah materi dari Ayat-Ayat Pendidikan bagian ke-19 yang ditulis oleh:

Ustaz Arief Rahman Hakim, M.Ag (Kepala Sub Divisi Pendidikan dan Pelatihan PPIJ)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × two =