
JAKARTA — Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama tentang Sinergi Program Bidang Ketenagakerjaan Berbasis Masjid demi meningkatkan produktivitas.
Menaker Yassierli dalam keterangan resmi di Jakarta, Ahad (18/5/2025), mengatakan wujud kesepahaman bersama tersebut menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan masyarakat tak hanya sebatas spiritual, tetapi juga produktif dan kontributif terhadap kemajuan bangsa.
“Kalau boleh bermimpi, masjid-masjid besar kita nanti memiliki pusat pelatihan vokasi tentang future skill dan dipadukan dengan (pemanfaatan teknologi) digital, sehingga masjid dapat menjadi daya tarik,” ujar Yassierli.
Lebih lanjut, Menaker menegaskan nantinya masjid tak lagi hanya membahas persoalan keimanan dan ketakwaan, melainkan dapat juga mengulas pelatihan (exercise) dan pertukaran pengetahuan (sharing knowledge) terhadap sesuatu yang baru.
Menurut Yassierli, ini juga sesuai dengan harapan DMI untuk menjadikan masjid menjadi salah satu pusat pembinaan umat seutuhnya.“Tak hanya bicara iman dan takwa tetapi juga mindset kompetensi ekonomi sehingga memberikan dampak kepada ekonomi bangsa,” ujar dia.
Sekjen DMI Rahmat Hidayat menegaskan melalui kesepahaman bersama ini, diharapkan masjid menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan produktivitas.
Sesuai pernyataan Menaker Yassierli, Rahmat menilai bahwa salah satu masalah atau tantangan besar yang dihadapi saat ini adalah produktivitas tenaga kerja Indonesia masih di bawah rata-rata negara ASEAN.
“Karena itu penting kerja sama DMI dengan Kemnaker ini ditingkatkan kapasitas dan kualitasnya. Peran masjid selain masalah hard skill, tetapi juga bagaimana soft skill-nya bagus dan berintegritas,” kata Rahmat.
Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla mengingatkan agar masjid bisa memaksimalkan fungsi dan perannya dalam memajukan perekonomian masyarakat saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) dan Halal Bihalal DMI di Jakarta pada Sabtu.
“Memakmurkan masjid dan dimakmurkan masjid itu adalah misi kita. Kita harus lebih perkuat lagi karena kelemahan umat Islam bukan keimanan, ibadah dan pengetahuan, melainkan kita lemah dari ekonomi,” kata JK.
Rakernas dan halal bihalal tersebut juga dihadiri Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid, Menteri Tenaga Kerja Yassierli, serta perwakilan Bank Tabungan Negara (BTN) sekaligus menandatangani kesepahaman bersama untuk mendukung kesejahteraan ekonomi dan sosial umat Islam.
“Kita ajak Mendikdasmen karena kita ingin membuat satu masjid satu perpustakaan. Kita ingin mengurangi ketergantungan anak-anak bermain gawai dengan literasi,” ujar dia.
Selain perpustakaan, JK juga telah meminta setiap masjid memiliki PAUD sebagai upaya membangun generasi muda Islam yang lebih baik dan memiliki dasar Islam.
Sementara itu, kerja sama dengan Kementerian ATR/BPN dilakukan untuk menyelesaikan administrasi tanah-tanah wakaf agar tidak terjadi sengketa antara pengurus masjid dengan keluarga pemberi wakaf.”Banyak kasus tiba-tiba jadi sengketa karena ingin diambil alih oleh ahli waris,” ucapnya.
Sedangkan dengan Kemenaker, DMI akan bersinergi untuk mencetak tenaga kerja yang siap kerja melalui pelatihan-pelatihan dan pengembangan.”Mari kita cetak tenaga kerja yang tidak hanya terlatih, tetapi juga religius,” tutur dia.
Guru besar dari Maroko
Guru Besar Ilmu Perbandingan Agama dari Universitas Ibnu Tufail, Maroko, Prof Mariam Ait Ahmad, mengagumi arsitektur megah Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) serta semangat toleransi beragama yang hidup di tengah masyarakat Indonesia.
Mariam dalam keterangan di Surabaya, Jumat, menyampaikan kekagumannya terhadap desain arsitektur MAS yang dinilainya megah dan mencerminkan nilai-nilai keislaman yang kuat.
Ia juga menyoroti semangat toleransi yang dijaga oleh pengurus masjid, terlebih lokasi MAS yang berdekatan dengan Gereja Katolik Sakramen Mahakudus di kawasan Pagesangan Baru, Jambangan, Surabaya.
“Saya memilih berkunjung ke Masjid Al-Akbar karena namanya sudah sangat dikenal di negara kami. Saya berharap pertemuan kami dengan para mahasiswa Indonesia ini mendapat keberkahan karena dilakukan di masjid terbesar di Indonesia,” katanya.
Ia juga memuji pengelolaan MAS yang dinilainya sangat baik dan profesional.”Kami disambut dengan sangat hangat. Pengelolaan masjid ini sangat istimewa. Kiai Sudjak juga menjelaskan secara detail tentang manajemen masjid yang menginspirasi,” tuturnya.
Tak hanya itu, Mariam juga mengapresiasi kegiatan sosial dan filantropi yang dilakukan MAS, termasuk manajemen wakaf dan pemberdayaan generasi muda.
“Kami ingin memperkuat hubungan ilmiah dan keagamaan antara Kerajaan Maroko dan Indonesia. Kami juga berkesempatan untuk bertemu dengan alumni pelajar Indonesia yang pernah menempuh pendidikan di Maroko,” ujarnya.
Sumber : Republika