Tak ada akar rotan pun jadi. Prinsip itu yang terus mengemuka di pemikiran Ustad Fadhlan dalam mengeliatkan syiar Islam di tanah Papua. “Allah memberikan kita masyarakat Indonesia dengan kekayaan alam yang luar biasa, untuk itu kami memanfaatkanya guna menggeliatkan syiar Islam di tanah Papua,” kata dia saat dihubungi republika.co.id, via sambungan telepon, Selasa (26/7).
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–Tak ada akar rotan pun jadi. Prinsip itu yang terus mengemuka di pemikiran Ustad Fadhlan dalam mengeliatkan syiar Islam di tanah Papua. “Allah memberikan kita masyarakat Indonesia dengan kekayaan alam yang luar biasa, untuk itu kami memanfaatkanya guna menggeliatkan syiar Islam di tanah Papua,” kata dia saat dihubungi republika.co.id, via sambungan telepon, Selasa (26/7).
Ustad Fadhlan yang menggunakan medium sabun sebagai alat untuk mengeliatkan syiar Islam tentu memikirkan cara lain agar tidak tergantung dengan produksi sabun buatan pabrik. Maka langkah selanjutnya, tepatnya sejak tahun lalu, Ustad Fadhlan bersama umat Islam di Papua mengembangkan sabun yang terbuat dari tanah liat.
Dikatakan Fadhlan, pembuatan sabun dari tanah liat memiliki nilai ekonomis tinggi. Karena tidak membutuhkan biaya besar. Apalagi proses pembuatannya tidak memakan waktu lama. “Alhamdulillah, dengan merujuk pada Alquran dan hadist, kami akhirnya mengetahui alam dapat dimanfaatkan kesejahteraan manusia,” kata dia.
Keistimewaan sabun ini, kata Fadhlan, terdapat pada bahan-bahan yang digunakan. Sebut saja, zaitun yang memiliki manfaat bagi kesehatan kulit. Lalu, sebagai pewangi digunakan aroma alam seperti sereh, melati atau tumbuhan lainnya. “Alhamdulillah, kita coba dan berhasil,” kata dia.
Kini, kata Fadhlan, umat Islam Papua mulai menyadari dengan kekayaan alamnya untuk dipergunakan dalam aktivitas mengeliatkan syiar Islam. Yang terpenting, pihaknya tidak begitu tergantung dengan dermawan yang dengan baik hati menyuplai sabun-sabun buatan pabrik. “Sudah menjadi Janji Allah kepada siapa saja yang hendak menggeliatkan syiar Islam diseluruh penjuru dunia, termasuk tanah Papua,” pungkas dia.












