JIC, JAKARTA — Presiden Nusantara Foundation dan Imam Besar Masjid New York, Imam Shamsi Ali berencana akan membangun pesantren pertama di Amerika Serikat (AS). Rencananya pesantren tersebut akan didirikan di daerah bagian Connecticut, letaknya tidak terlalu jauh dari Kota New York, AS.
Imam Shamsi mengatakan, lokasinya sangat strategis sekali karena daerah tersebut tergolong sepi. Meski akan ramai dikunjungi turis di musim panas karena terdapat danau kecil yang pemandangannya sangat indah. Sehingga akan menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang sekitar. Sebenarnya, diungkapkan dia, rencana pendirian pesantren di AS sudah cukup lama.
“Awalnya sejak beberapa tahun terakhir, saya bercita cita mendirikan mualaf center di Amerika Serikat untuk dijadikan pusat pengkaderan dai dan imam,” kata Imam Shamsi, Selasa (14/11).
Ia menerangkan, kebetulan beberapa pekan terakhir ditawari tanah dan bangunan yang letaknya tidak jauh dari Kota New York. Hanya memerlukan waktu 100 menit dari Kota New York ke lokasi yang akan dijadikan pesantren. Ternyata, tanah dan bangunan tersebut akan dijual dengan harga yang cukup murah. Yakni seharga 750 ribu dolar AS untuk tanah seluas 7,3 hektare berikut bangunannya.
Menurutnya, harga sebesar itu termasuk cukup murah kalau di AS. Oleh karena itu segera memutuskan tanah tersebut akan dibeli untuk dijadikan pesantren. Sekarang sedang proses pengumpulan dana untuk pembelian lahan tersebut.
“Saya optimis, sekembali lagi saya ke Amerika, tanah ini akan kita beli dan kemudian kita akan melakukan perencanaan besar atau master planing,” ujarnya.
Ia melanjutkan, setelah melakukan perencanaan besar, selanjutnya pembangunan pesantren akan dimulai. Optimis pada Juli atau September 2018 tanah dan bangunan yang dibeli sudah bisa dimanfaatkan. Di atas tanah tersebut juga sudah ada delapan gedung. Tanah dan gedung tersebut awalnya bekas bangunan sekolah. Kemudian sekolah tersebut ditutup.
Akhirnya tanah dan gedung tersebut disewakan untuk dijadikan peternakan ayam. Gedung-gedung tersebut masih layak pakai. Ada yang sudah rusak karena dipakai kandang ayam. Tapi dengan beberapa renovasi dan pembersihan, maka sudah bisa dimanfaatkan untuk kegiatan belajar dan mengajar.
“Kemudian peternakan ayam ini bangkrut, akhirnya pemilik tanah yang kebetulan orang Islam, pemilik tanah ini berharap ada baiknya kalau Muslim juga yang membeli tahan tersebut,” ujarnya.
Imam Shamsi menilai, Amerika tidak akan terlalu mempersulit perizinan pendirian pesantren selama persyaratan-persyaratannya dipenuhi. Terkadang tantangannya bukan dari pemerintah, tetapi dari masyarakat setempat.
“Tapi, Alhamdulillah lokasi yang akan dibangun pesantren ini masyarakat sekitarnya sudah cukup bersahabat,” kata Imam Shamsi. Sehingga, tidak akan terlalu khawatir akan ada tantangan dari masyarakat setempat saat proses pendirian pesantren. Sebab, masyarakat di lokasi yang akan didirikan pesantren cukup ramah.
Kalau dari segi perizinan kepada pemerintah AS, menurut Imam Shamsi, tinggal mengikuti peraturan yang ada di negara tersebut. Kalau persyaratannya bisa dipenuhi, maka tidak perlu khawatir akan ditolak oleh pemerintah AS.
“Sebab, kalau sampai pemerintah menolak kita karena alasan agama, padahal persyaratan sudah dipenuhi, maka itu diskriminasi dan ini tidak dibenarkan di Amerika,” ujarnya.
Ia juga menginformasikan, pesantren akan didirikan di lahan seluas 7,3 hektare. Di atas tanah seluas itu sudah ada bangunan bekas sekolah yang kemudian menjadi peternakan ayam. Sehingga, dengan beberapa renovasi dan pembersihan, tanah dan bangunan tersebut optimis bisa mulai dimanfaatkan pada Juli atau September 2018.
Imam Shamsi menambahkan, saat ini, sedang fokus mengumpulkan dana untuk membeli tanah dan bangunan yang akan dijadikan pesantren. Pemilik tanah akan menjualnya seharga 750 ribu dolar AS, harga tersebut termasuk sangat murah sebab pemiliknya juga seorang Muslim. Setelah pembelian tanah dan bangunan itu, baru akan membuat perencanaan besar pendirian pesantren.
Ia menerangkan, guru-guru yang akan direkrut harus mempunyai kualitas. Kualitas yang harus dimiliki di antaranya, wawasan, keilmuan dan kemampuan bahasa Inggris. Sebab, pengantar bahasa saat belajar mengajar di pesantren akan menggunakan bahasa Inggris.
“Saya kira itu syarat utama guru itu,” ujarnya. Imam Shamsi menegaskan para pengajar harus memiliki kemampuan bahasa dan ilmu agama yang harus cukup baik untuk bisa direkrut jadi tenaga pengajar. Namun, menurut pandangannya, kalau mendatangkan guru-guru dari luar AS seperti dari Indonesia. Maka akan terbentur dengan permasalahan visa.
“Itu mungkin bisa kita selesaikan karena Nusantara Foundation, yayasan saya di sana juga sebenarnya sudah punya hak untuk mensponsori visa,” kata Imam Shamsi.
Pesantren ini akan menyasar warga AS agar mereka bisa menjadi dai dan imam. “Target prioritasnya warga Amerika, tujuannya supaya bisa mengkader orang-orang Amerika untuk menjadi imam dan dai di masa depan,” kata Imam Shamsi.
Imam menyampaikan, dai dan imam di AS kebanyakan dari luar negeri. Bahkan kebanyakan dari mereka imigran, terkadang bahasa Inggris mereka juga kurang cukup fasih. Selain itu, terkadang memahami budaya masyarakat setempat dengan tidak tepat.
Menurutnya, AS memerlukan orang-orang AS asli yang bisa menjadi dai dan imam. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang ingin didirikannya pesantren di AS. Supaya warga AS bisa menjadi dai dan imam di masa depan.
Sumber ; republika.co.id