
JIC, Surabaya – Rektor Universitas Airlangga Surabaya Prof Mohammad Nasih menyatakan pelaku teror bom di tiga gereja di Surabaya yakni Dita Oeprianto di-“drop out” (DO) atau dikeluarkan Unair pada tahun pelajaran 1993/1994 karena hasil belajarnya tidak memenuhi standar.
“Dita di-`DO` Unair karena indeks pretasi komulatifnya (IPK) tidak memenuhi syarat,” kata Nasih.
Nasih menjelaskan, pada semester satu perkuliahan Dita hanya mendapat IP 1,33 karena hanya menyelesaikan 7 SKS. Semester dua Dita meraih IP 1,11, dan semester selanjutnya hanya meraih IP nol koma.
“Dari total 110 satuan kredit semester (SKS) yang seharusnya ditempuh, Dita hanya 47 SKS dengan IPK 1,47. Karena tidak memenuhi standar nilai, Dita di-`DO` Unair,” ucapnya.
Selain itu, kata Nasih, berdasar penelusuran tim akademik Unair, Dita diketahui tidak pernah aktif dalam kegiatan organisasi mahasiswa. Baik itu di senat mahasiswa, badan eksekutif mahasiwa (BEM) universitas maupun fakultas, hingga unit kegiatan mahasiswa (UKM).
“Yang bersangkutan juga bukan jemaah kajian masji kampus lingkungan Unair,” ujarnya.
Dengan latar belakang tersebut, lanjut Nasih, sangat tidak relevan mengaitkan Dita dengan institusi Unair. Karena pihaknya yakin Dita punya guru atau pembimbing yang sangat berpengaruh di luar sana dibanding dosen waktu berkuliah.
Selebihnya, dia meminta semua pimpinan dan civitas academica Unair tetap bersatu dan tidak memberi peluang tumbuh kembangnya ideologi atau perilaku teror yang tidak beradab.
“Kalau ada mahasiswa yang IP-nya jelek, tolong dosen walinya mengecek sebabnya dan memberi pembinaan khusus,” katanya.











