JIC – Islam itu agama yang indah. Penuh cinta dan kasih sayang. Islam tidak ingin membuat pemeluknya kesulitan. Hal itu tercermin dalam pelbagai ajaran yang ada dalam Islam. Pun dicontohkan langsung oleh Nabi. Dalam masalah ibadah wajib shalat, Nabi pernah menegur sahabat Muadz bin Jabal, sebagai imam shalat jamahh. Pasalnya, membuat para makmum menggerutu dikarenakan membaca surah yang terlalu panjang.
Para sahabat lain yang jadi makmum kesusahan, disebabkan masih ada aktivitas lain selain shaat. Pun dalam jamaah masih ada orangtua yang sudah lanjut usia. Sehingga akan membuatnya kapayahan berdiri terlalu lama. Teguran Nabi terhadap Muadz bin Jabal itu termaktub dalam sebuah hadis shahih yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Yang bersumber dari Jabir bin Abdillah. Berikut kutipan sabda Nabi;
أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فَيُصَلِّي بِهِمْ الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ الْبَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّزَ رَجُلٌ فَصَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً فَبَلَغَ ذَلِكَ مُعَاذًا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ نَعْمَلُ بِأَيْدِينَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى بِنَا الْبَارِحَةَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا
Sesungguhnya Muaz bin Jabal pernah shalat (di belakang) Rasulullah Saw, kemudian dia kembali ke kaumnya untuk mengimami shalat bersama mereka dengan membaca surah Al-Baqarah.
Jabir melanjutkan kisahnya; ‘Maka seorang laki-laki pun keluar (dari shaf) lalu ia shalat dengan shalat yang agak ringan dan ternyata hal itu sampai kepada Muaz seraya berujar, ‘Sesungguhnya dia adalah seorang munafik.’
Ketika ucapan Muaz sampai pada laki-laki tersebut, laki-laki itu langsung mendatangi Nabi Saw sambil berkata; ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum yang memiliki pekerjaan untuk menyiram ladang, sementara semalam Muaz shalat mengimami kami dengan membaca surat Al-Baqarah, hingga saya keluar dari shaf, lalu dia mengiraku seorang munafik.’
Nabi Saw bersabda; ‘Wahai Muaz, apakah kamu hendak membuat fitnah?’ Beliau mengucapkannya tiga kali. ‘Bacalah surah ‘Was syamsi wa dhuhaha dan sabbihisma rabbikal a’la atau yang serupa dengannya.’
Hadis ini menunjukkan betapa Nabi tidak ingin memberatkan dan menyusahkan umatnya. Lebih jauh lagi, Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Fath al Bāri Syarah Shahīh al Bukhāri, mengomentari bahwa hadis ini menjadi dasar bolehnya seorang makmum berpisah dari jamaah, ketika imam membaca surah terlalu panjang.
Ibnu Rajab Al-Hanbali berikut;
فيستدل بهذا: عَلَى أن الإمام إذا طول عَلَى المأموم وشق عَلِيهِ إتمام الصلاة مَعَهُ ؛ لتعبه أو غلبه النعاس عَلِيهِ أن لَهُ أن يقطع صلاته مَعَهُ ،
“Dan hadis tersebut dapat dijadikan dalil bahwa jika Imam memperpanjang bacaannya, dan dapat menyusahkan orang yang bermakmum pada imam tersebut, karena makmum tersebut capek atau mengantuk, maka makmum tersebut boleh memutus shalatnya bersama imam.
Sumber : bincangsyariah.com












