SAMBANGI PASAR KEUANGAN DUBAI, BEI KAJI PENDIRIAN BURSA EFEK SYARIAH

0
288
Dirut BEI Tito Sulistio berkunjung di Dubai Financial Market (DFM) di Dubai

Dirut BEI Tito Sulistio berkunjung di Dubai Financial Market (DFM) di Dubai

JIC, Jakarta — Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Hal ini menjadi salah satu potensi besar untuk pengembangan keuangan syariah, termasuk pasar modal atau saham syariah.

Baru-baru ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengkaji pembentukan bursa efek syariah di Indonesia. Demi merealisasikan hadirnya Sharia Stock Exchange tersebut, BEI menjalin kerjasama dengan Pasar Keuangan Dubai (DFM).

Menurut Direktur BEI, Tito Sulistio, pendirian bursa syariah ini merupakan usulan pengusaha yang disampaikan  Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani. “RI bisa jadi hub syariah, hub produk halal dunia, dan kami ingin promotori syariah stock exchange di Indonesia,” ujarnya, Minggu (29/10/2017).

Tito menilai pendirian bursa saham syariah pada dasarnya tidak sulit karena Indonesia sudah memiliki infrastruktur, pasar maupun produk syariah seperti saham. Contohnya, Indonesia termasuk getol menerbitkan sukuk. Indonesia merupakan negara penerbit sukuk terbesar kedua di dunia, setelah Malaysia.

Tito optimistis harapan kerja sama itu bakal terlaksana karena empat keuangan syariah terbesar saat ini yakni Dubai, Turki, Malaysia dan Indonesia memiliki pandangan yang sama bahwa bersinergi lebih baik dalam meningkatkan pangsa keuangan syariah di keuangan global.

Ia menyatakan pernah menyampaikan rencana pengembangan pasar modal syariah kepada otoritas di Indonesia. Ia yakin pemerintah dan otoritas bakal mendukungnya karena itu adalah upaya baru dalam memobilisasi dana sebagai sumber pembiayaan.

Tito mengatakan perlunya membentuk bursa efek syariah yang tidak hanya menyediakan produk, namun juga proses yang sesuai syariah karena negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia itu berpotensi menjadi pusat unggulan bursa efek syariah dunia. “Kita perlu punya bursa efek syariah yang full syariah. Kita bisa jadi center of excellence dunia. Apakah kita bisa? Bisa,” kata Tito.

Ia menjelaskan, Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil pada kisaran 5,0 persen dan berpenduduk Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi untuk tumbuhnya perekonomian syariah, khususnya pasar modal syariah.

Usai bertemu dengan otoritas pasar keuangan di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), Minggu, Direktur Utama BEI Tito Sulistio belum bisa merinci kesepakatan awal itu.

Indonesia, lanjut dia, saat ini memiliki 17 fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) dan 10 peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) soal pasar modal syariah. “Dengan keberadaan pasar modal syariah, maka hambatan dalam pengembangan industri keuangan syariah bisa lebih mudah, terutama dalam proses yang saat ini belum 100 persen syariah. Kita selalu bicara produk, masalahnya sebenarnya bukan itu. Tapi prosesnya (yang jadi masalah). Kita punya produk syariah, tapi prosesnya belum syariah,” tutur Tito.

Dia mengaku sudah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak tapi yang terutama dari market atau pasar sebagai penentu berjalannya bursa syariah. Anggota bursa juga pada dasarnya sudah siap. Saat ini setidaknya ada 12 anggota bursa yang mengembangkan syariah online trading system (SOTS).

Bahkan di Indonesia sebenarnya sudah ada fatwa mengenai penerbitan dan perdagangan waran syariah. “Masalahnya, semua aturan belum dikonversi jadi mekanisme. Produknya belum ada,” ungkapnya.

Rencananya, bursa saham syariah ini akan didirikan di Surabaya. “Saya kira lebih baik di Surabaya,” imbuh Tito. Alasannya, saat ini distibusi broker masih terpusat di Jabodetabek. Diestimasi sekitar 70 persen broker ada di daerah tersebut.

Irwan Abdalloh, Assistant Vice President Sharia Capital Market Development BEI mengatakan, tren pangsa pasar sukuk Indonesia bahkan terus naik. Di 2013 pangsa pasar sukuk Indonesia baru 5,3%.

Pangsa pasar tersebut meningkat di 2016 menjadi 12,1%. Bahkan di 2015 pangsa pasar sukuk Indonesia sempat mencapai 13,2%. Sementara pangsa pasar sukuk Malaysia terus turun. Di 2013 silam, pangsa pasar sukuk Malaysia masih 68,3%. Tapi tahun lalu, pangsa pasarnya susut menjadi 50,6%.

Per September lalu, jumlah sukuk negara yang beredar mencapai Rp 310,38 triliun. Sementara sukuk korporasi mencapai Rp 14,26 triliun. Pasar saham syariah juga menunjukkan peningkatan. Investor syariah di bursa, yakni investor yang membuka rekening efek syariah, terus bertambah.

Sumber ; gomuslim.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

four × five =