JIC – Hari itu Bukit Uhud bergemuruh. Tentara Muslim yang hampir memenangkan pertempuran berbalik tersudut lantaran tentara pemanah tersilau ghanimah hingga melanggar perintah Rasulullah saw untuk tetap di posisi. Seorang wanita paruh baya dengan geram memegang tombak untuk melindungi Rasulullah. Diacungkannya tombak itu ke arah pasukan Muslim yang mundur ke belakang seraya berkata, “Apakah kalian hendak meninggalkan Rasulullah?” Tak ada rasa takut ataupun gentar dalam hatinya, yang ada hanya rasa ingin melindungi sang kekasih Allah swt.
Saat perang Khandaq, perempuan itu kembali menunjukkan keberaniannya. Dengan berani ia pukul hingga tewas seorang Yahudi yang mengintai benteng perlindungan kaum perempuan dan anak-anak. Lalu dipenggalnya kepala Yahudi itu dan digelindingkan ke daerah musuh hingga membuat ciut nyali para musuh Islam. Dialah Muslimah pertama yang membunuh orang musyrik dan termasuk golongan pertama yang masuk Islam.
Perempuan mulia itu adalah Shafiyyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah saw. Sejak muda ia dikenal berkepribadian kuat dengan tutur kata fasih, cerdas, piawai memanah, dan berkuda. Ayahnya adalah Abdul Muthalib bin Hasyim, pemimpin tertinggi dan tokoh Quraisy terkemuka. Sementara ibunya adalah Halah binti Wahb, saudara kandung Aminah binti Wahb, ibunda Rasulullah.
Setelah suaminya, Awwam bin Khuwaylid meninggal. Shafiyyah membesarkan anaknya dalam kesukaran hidup. Ia mendidik anak lelakinya dengan pendidikan yang keras dan penuh keprihatinan. Diajarkan putra kecilnya itu menunggang kuda, menggunakan senjata, memanah, dan memperbaiki busur. Shafiyyah pun tak segan menyuruh putranya melaksanakan tugas-tugas berisiko tinggi dan memukulnya dengan keras bila enggan maju.
Shafiyyah mendapat banyak kritik karena dinilai terlalu keras mendidik anak. Namun ia membantahnya dengan berkata tegas, “Siapa yang menganggapku memukulnya karena marah, maka anggapannya itu salah. Aku memukulnya demi membuatnya semakin mengerti agar kelak ia tidak pernah gentar menghancurkan musuh dan pulang dari medan perang dengan kemenangan.”
Hasilnya terbukti, dari tangan dinginnya terbentuklah sosok mujahid pemberani yang diberi gelar oleh Rasulullah sebagaiHawari (pembela) Rasulullah. Dialah Zubair bin Awwam, yang Umar bin Khattab bahkan menyetarakan kemampuannya dengan 1000 orang. Pedangnya merupakan pedang pertama yang terhunus untuk membela Islam.
Zubair selalu ikut serta dalam setiap peperangan. Banyaknya bekas luka tusukan di tubuhnya menjadi bukti. Ia selalu siap menghadapi segala macam bahaya dan menanggung semua rasa sakit demi kemenangan Islam. Pedangnya selalu siaga kala Rasulullah dihadang bahaya. Nampak jelas ketangguhan Shafiyyah mengalir dalam darah Zubair.
Sumber: Ummi online