UIGHUR CHINA: MODEL FESYEN MENGUNGKAP KEHIDUPAN DI DALAM KAMP PENAHANAN, ”SEKARAT DI SINI ADALAH HAL TERAKHIR YANG SAYA INGINKAN’ (2)

0
242

JIC,– Pada 2009, Merdan Ghappar – seperti masyarakat Uighur lainnya – meninggalkan Xinjiang untuk mencari kehidupan yang layak di kota-kota besar China.

Setelah menempuh studi tari di Xinjiang Arts University, dia sempat bekerja menjadi penari dan kemudian, beberapa tahun sesudahnya, menjadi model di kota Fushan yang terletak di China selatan.

Teman-temannya mengatakan, Ghappar dapat menghasilkan uang sebesar 10.000 Rmb, atau sekitar Rp20 juta per hari

Kisahnya tampak seperti sebuah iklan “China Dream” dari Presiden Xi Jinping, yang menggambarkan perekonomian negara itu yang dinamis dan tengah booming.

Tetapi orang-orang Uighur, dengan bahasa Turki mereka, kepercayaan Islam dan ikatan etnis dengan orang-orang dan budaya Asia Tengah, telah lama dipandang sebagai obyek kecurigaan oleh penguasa China dan menghadapi diskriminasi di masyarakat yang lebih luas.

Kerabat Ghappar mengatakan Ghappar diberitahu bahwa karirnya di dunia model akan lebih baik jika dia mengecilkan identitasnya sebagai komunitas Uighur, dan lebih mengedepankan karakter wajahnya sebagai “setengah Eropa”.

China, Uighur

Merden Chappar pindah dari Xinjiang pada 2009 untuk mengejar karir di dunia model

Dan mesikpun dia menghasilkan banyak uang untuk membeli apartemen, mereka mengatakan dia tak bisa mendaftarkannya sebagai miliknya, akan tetapi menggunakan nama temannya yang berasal dari China.

Bagaimanapun, ketidakadilan itu tampak tak seberapa dibandingkan dengan apa yang yang terjadi padanya saat ini.

Setelah serangan brutal yang menargetkan pejalan kaki dan komuter di Beijing pada 2013 dan kota Kunming pada 2014 – yang disebut China dilakukan oleh separatis Uighur – negara telah mulai memandang etnis Uighur sebagai tidak hanya mencurigakan tetapi juga hasutan.

Menjelang tahun 2018, ketika China menerapkan sistem kamp penahanan dan penjara yang dibangun dengan cepat dan luas di seluruh Xinjiang – Ghappar masih tinggal di Foshan, di mana hidupnya tiba-tiba berubah menjadi lebih buruk.

Pada bulan Agustus tahun itu, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman 16 bulan penjara karena menjual ganja, sebuah tuduhan yang menurut teman-temannya dibuat-buat.

BBC
China, UighurSUMBER GAMBAR,REUTERS
Lebih dari satu juta Muslim diperkirakan ditahan di kamp penjara di seluruh Xinjiang

Akan tetapi, setelah dibebaskan pada November 2019, kelegaan yang ia rasakan setelah menjalani masa tahanan tak berlangsung lama.

Sebulan kemudian, polisi mengetuk pintunya, mengatakan kepadanya bahwa dia perlu kembali ke Xinjiang untuk menyelesaikan prosedur pendaftaran rutin.

BBC telah melihat bukti yang menunjukkan bahwa dia tidak dicurigai melakukan pelanggaran lebih lanjut, dengan pihak berwenang hanya menyatakan bahwa “dia mungkin perlu menjalani pendidikan di komunitas lokalnya selama beberapa hari” – sebuah eufemisme untuk kamp.

Pada tanggal 15 Januari tahun ini, teman-teman dan keluarganya diizinkan untuk membawa pakaian hangat dan teleponnya ke bandara, sebelum ia melakukan penerbangan dari Foshan dan dikawal oleh dua petugas kembali ke kota asalnya, Kucha di Xinjiang.

Ada bukti bahwa warga Uighur lainnya dipaksa untuk kembali ke rumah, baik dari tempat lain di China atau dari luar negeri, dan keluarga Ghappar yakin bahwa ia telah menghilang ke kamp re-edukasi.

Namun sekitar sebulan kemudian mereka menerima kabar luar biasa.

Entah bagaimana, dia berhasil mendapatkan akses ke teleponnya dan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan dunia luar.

Sumber : bbcindonesia.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

9 − 8 =