JIC– Dimanapun tempat baik Al-Quran maupun Hadist, kekerasan dalam Islam tidak diperkenankan, “kekerasan itu bukan karakter dalam ajaran agama Islam,” kata Kordinator bidang dakwah Pusat Pengembangan dan Pengkajian Islam, Senin (7/2/2022).
“Bahkan orang yang mau memeluk agama Islam itu tidak dipaksa, laa Ikraha fiddiin,” terang Ustadz Agus Handoko,M.Phil, ketika ditemui di ruang sektretariat PPIJ Masjid Jakarta Islamic Center Jakarta.
Berkaitan dalam rumah tangga, ustadz alumni Internasional Islamic University Of Islamabad Pakistan ini menilai perkara ini masuk kedalam ranahnya bab muamalah hubungan harmonisasi antara suami dan istri, “jika kasusnya suami tidak memahami fungsinya ataupun sebaliknya maka itu ada batasan-batasannya.”
Ketika ditanya boleh tidaknya suami memukul istri, Ustadz Agus mengatakan dari perspektif boleh tidaknya itu dilihat dari illatnya (dasar hukumnya, red), “karena dalam kaidah uhul fiqh itu hukum syariat akan senantiasa berputar sesuai dengan alasan mengapa hukum syariat itu diberlakukan atau tidak,” ujarnya.
“walaupun didalam Al-Quran ada kalimat wadribuhunna maka pukulah istri kalian, maksud memukul dari ayat tersebut adalah li tarbiyyah dalam rangka untuk mendidik,” jelasnya.
Ketika seorang istri, dia menyimpang dari qodratnya, maka seorang suami wajib menegurnya, “tetapi tegurannya bukan teguran emosi atau kemarahan dengan memukul, tapi bagaimana seorang istri itu bisa kembali kepada jalan yang benar,” tambahnya.
“Mengajak kebaikan harus dengan Ud’u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati, harus dengan hikmah, kalimat hikmah itu adalah qoulan layyina, qoulan kariman, qoulan balighon, yaitu perkataan yang mulia. Istri adalah manusia, istri adalah pendamping hidup,” jelasnya.
“ketika istri sudah terlalu jauh menyimpang, maka disitukan ada tahapan-tahapannya. Kita tegur tidak bisa, kita pisah ranjang, kalau pisah ranjangpun istri tidak berubah maka kalimat wadribuhunna menjadi solusi terakhir seorang suami untuk mendidiknya.” pungkasnya. [fan]
