JIC, JAKARTA —Masjid yang digagas pembangunannya pada 1880 oleh komunitas Muslim di Rusia ini baru terealisasi pada 1913. Banyak faktor mengapa ide ini terelasi setelah lewat 33 tahun. Di antaranya, rezim yang berkuasa saat itu tidak tertarik dengan keberadaan Muslim di Rusia sehingga izin pendirian masjid baru keluar pada 1907. Ini menyusul pergantian kekuasaan di tangan Tsar Nicholas II.
Tsar Nicholas II mengeluarkan izin pembangunan masjid untuk memeringati 25 tahun kekuasaan Abdul Ahat Khan, Emir Turkistan di Bukhara, tokoh Muslim berpengaruh di Rusia. Setelah mengantongi izin, tak serta-merta masalah tuntas.
Setelah mendapatkan izin pembangunan, pembangunan tak serta-merta dimulai, kendala selanjutnya adalah dana. Mereka menggalang dana selama 10 tahun. Selama 10 kurun waktu itu pula terkumpul sebesar 750 ribu rubbels. Ahun Ataulla Bayazitov menjadi ketua komite pembangunan masjid. Sementara, pembelian lokasi berikut biaya pembangunan seluruhnya dibayar oleh Said Abdoul Ahad, seorang emir dari Bukhara.
Peletakan batu pertama berlangsung pada 3 Februari 1910, dihadiri oleh pemerintah, tokoh-tokoh agama, dan tokoh masyarakat, termasuk Amir Buharskiy, Hrusin Novikov, duta besar Turki dan Persia, mufti Orenburg Sultanov, pimpinan partai Islam di Gos Duma Tevkelev, dan ketua komite pembangunan sekaligus inisiator pembangunan masjid, Ahun Ataulla Bayazitov.
Konon, ide dasar Masjid Agung St Petersburg yang direstorasi besar-besaran pada 1980 dan menjadi salah satu masjid terbesar di Eropa ini terinspirasi dari arsitektur Masjid Tamerlan’s, Asia Tengah.
Di tangan para arsitek non-Muslim yang memenangkan kontes desainnya, yaitu Nikolai Vasilyev, Stepan Krichinskiy, dan Alexander von Gogen, masjid yang berdiri di atas lahan seluas 1.921 hektare ini menonjolkan keindahan berbasis tradisionalitas Islam yang tampak pada tiap bagian eksterior dan interior.
Lampu gantung raksasa di pusat ruang utama dan hiasan kaligrafi terlihat menawan. Ruang mihrab menjadi bagian dari hiasan yang tidak terlewatkan karena selaras dengan keramik berwarna biru yang menempel di setiap tembok dalam masjid.
Bentuk kubah Masjid Saint Petersburg, Rusia, ini menjadi bagian yang paling unik di antara bagian lain yang terdapat pada masjid ini. Bentuk kubah ini terinspirasi dari bangunan Musolium Gur Emir di Samarkand yang dibangun pada abad ke-15.
Terdapat lubang pada kubah. Konsep lubang serupa diterapkan pada fasad yang menyatu dengan bagian pintu utama masjid yang mampu menampung 5.000 jamaah ini. Namun, lubang-lubang yang terdapat pada pintu utama ini dibelah secara vertikal sehingga terlihat jelas detail ukiran kaligrafi Alquran dari celah lubang itu.
Tampilan kubah semakin menawan dengan kolom-kolom penyanggah lengkungan yang tertutup dengan pualam hijau. Keelokan kubah tersebut kian lengkap dengan pendampingan dua menara setinggi 49 meter yang bermahkotakan kubah setinggi 39 meter.
Sekilas, kubah menyerupai gulungan rambut gimbal yang jatuh ke bawah, sementara bagian dalam kubah menyerupai sarang lebah dengan bulatan menonjol ke dalam. Masing-masing tonjolan tersebut dihiasi motif bunga. Inilah bagian terunik masjid yang didominasi corak biru pada tiap lekukannya. Meski secara umum tembok masjid ini mengusung konsep alami, warna batu granit abu-abu tua menutup sebagian besar dinding masjid.
Pada tahun 1956, Presiden Sukarno tengah melakukan layatan kenegaraan ke Moskow, Rusia. Di tengah lawatan itu, Sukarno singgah ke St Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, kota yang terkenal dengan keindahan arsitekturnya.
Saat melintasi Jembatan Trinity Bridge, pandangan Presiden Sukarno tertuju ke sebuah bangunan berkubah biru. Ia menduga, bangunan dengan menara menjulang tinggi ini adalah masjid. Ia meminta agar diantarkan menuju lokasi tersebut, tetapi tak diindahkan oleh para pengawalnya.
Penasaran, Presiden Sukarno diam-diam berangkat ke bangunan tersebut. Dugaannya benar, ternyata sebuah masjid yang beralih fungsi sebagai gudang! Singkat cerita, ia pun meminta Pemerintah Rusia untuk mengembalikan gedung itu seperti semula, masjid, tempat ibadah umat Islam. Wali kota Leningrad akhirnya mengabulkan permintaan tersebut sesampainya Sukarno di Tanah Air. Hingga kini, masjid ini menjadi tempat favorit untuk beribadah bagi Muslim di Petersburg. Bahkan, ketika Jumat, masjid ini ramai sesak dengan jamaah.