Suasana Pembukaan Workshop Fotografi media Islam 23 Agustus 2016 /Foto by FLP
JIC, Bogor –– Workshop Fotografi Untuk Media Islam yang diselenggarakan oleh Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia diikuti oleh 66 orang dari berbagai instansi dan perwakilan media Islam seperti Islamicgeo, Jakarta Islamic Centre, Dakwatuna, Onedayonejuz, NU Online, Litbang, Forum Linkar Pena, PP muhamadiyah, dan MUI, diselenggarakan di Hotel Seruni, Jl Raya Pirus Cibeureum Cisarua, Bogor, mulai dari tanggal 22 hingga 24 Agustus.
Dalam sambutan pembukaan, Dirjen Bimas Islam. Prof. Dr. H. M. Machasin, MA menekankan pada seluruh peserta yang hadir, bahwa sebagai media yang bernafaskan Islam, penting untuk para jurnalisnya memahami kekuatan sebuah foto dan hubungannya dengan keislaman.
“Karena dalam sudut pengambilan yang tepat, sebuah foto bisa bercerita lebih banyak dari tulisan, namun jika memang sebuah foto memerlukan penjelasan untuk memperkuat maknanya, maka harus tetap dijaga agar penjelasan itu tidak melencengkan makna foto tersebut,” papar Prof. Machasin.
Karena sebuah foto jelas memiliki kekuatan dalam mendukung sebuah informasi, maka Bimas Islam Kemenag merasa penting untuk mengedukasi para jurnalis, agar nantinya lebih berhati hati dalam memilah foto yang akan dipasang di media masing-masing.
Misalnya, agar tidak memasang foto yang salah hingga mengakibatkan sebuah viral hoax. Karena bukan hanya berfungsi sebagai penyampai berita, tapi media-media Islam juga harus ikut bertanggungjawab terhadap keharmonisan antar umat beragama,
Menurut Prof Machasin, para jurnalis juga harus mencoba untuk menayangkan sebuah berita dengan berimbang dan membiarkan pembaca bersikap.
Selanjutnya, Prof. Dr. H. M. Machasin, MA menambahkan, karena nilai-nilai keislaman yang harus tetap dijunjung tinggi, maka sebagai jurnalis penting untuk membiasakan diri mengambil foto yang berpedoman pada nilai kesopanan atau etika, baik itu yang berkaitan dengan objek foto atau para pembaca medianya.
Ia juga menegaskan bahwa tugas jurnalis bukan menyetir fakta, apalagi fakta sejarah. Acara workshop yang resmi dibuka oleh Kepala Dirjen Bimas Islam Prof Machasin tersebut, menghadirkan trainer para fotografer profesional dari media nasional ternama.
“Foto-foto perlu diarsipkan sebagai bukti sejarah. Karena sebuah foto, atau sebuah berita di masa sekarang ini bukan hanya bisa dibaca oleh kita, namun kelak bisa diakses oleh anak cucu kita. Jangan sampai antara kita dan generasi berikutnya mendapatkan kesimpulan atau pemahaman yang berbeda akan satu kejadian,” kata Kepala Dirjen Bimas Islam tersebut menguraikan.
Menurut panitia, acara ini diselenggarakan untuk meningkatkan profesionalitas dan kualitas fotografi media-media Islam. Selain itu, juga sebagai sarana untuk meningkatkan potensi media Islam dalam menjalankan tugasnya sebagai media yang memberikan informasi dalam koridor jurnalistik Islam. /editbyina/Sum;FLP